Chereads / Quokka / Chapter 2 - Orang Aneh

Chapter 2 - Orang Aneh

 "Oka ya… Nama yang aneh untuk orang aneh." Ujarnya seraya tersenyum kecil. "Kenapa pesan ku ngga kamu baca ya? Padahal aku sudah baik lho menunggu didepan rumahmu dari pagi." Aku menghela nafasku. "Ketua osis, ada butuh apa denganku?" Seakan senang dengan perkataanku, ia mendekatiku dan melihat mataku. Matanya yang berwarna hijau itu terkadang mengingatkanku akan giok, bagaimana orang orang ini bisa mempunyai warna mata yang aneh seperti ini ya?

 "Kamu hari ini bantu bantu osis ya? Gimana kalau kita ke ruangan osis bareng?" Katanya sembari mencoba meraih tanganku. Aku menepis tangannya seakan menjauh. "Kalau cuman jalan kesana aku ayo aja." Dan mulai berjalan kearah ruangan osis. "Uwah, jahat banget." Katanya seraya tertawa kecil. Lalu ia mulai mengikuti dari belakang. Ruangan osis berada di lantai 2 gedung Selatan jadi perjalannya agak jauh, lorong sekolah terasa sangat sepi karena hampir semua murid yang datang hanya untuk keperluan eskul.

 Setelah beberapa lama kemudian akhirnya kami sampai diruangan osis, sudah banyak yang berkumpul diruangan tersebut dan salah satunya orang orang dari kelasku yang tidak mengikuti eskul dihari sabtu alias siswa nganggur lainnya. Kemudian ketua osis mulai memperkenalkan dirinya. "Pagi semuanya, seperti yang kalian tau saya adalah ketua osis Bayan Calista, kalian bisa memanggil saya Calista. Kegiatan hari ini bersih bersih beberapa fasilitas sekolah, jadi mohon buatlah menjadi beberapa grup agar pekerjaan dibagi rata ya." Katanya dengan senyum yang begitu ramah. Beberapa murid yang mendengarnya begitu terpana mau itu laki – laki ataupun perempuan.

 Lalu masing masing orang dibagi menjadi beberapa kelompok, aku membersihkan beberapa peralatan di ruang kimia. Lalu selang beberapa jam kami semua berkumpul lagi di ruang osis untuk beristirahat, kami diberikan beberapa minuman dan makanan cemilan. Jujur saja aku ingin pergi dari sini, hari ini aku merasa malas sekali entah kenapa. "Kamu udah kerja keras ya, nih buatmu." Sahutnya dari belakang sembari menempelkan susu dingin ke pipiku. "Kamu suka susu kan, duh. Kamu juga tadi pagi ga sarapan apa apa ya, nih ambil rotinya." Ia tersenyum kepadaku lalu berbisik padaku. "Dan jangan sering makan mie lho, gasehat buat badanmu. Dan untuk beberapa saat jangan keluar malam malam ya, karna lagi marak pembunuhan di jalanan."

 "Baik, terimakasih." Ucapku datar. Lalu kami semua melanjutkan kegiatan hingga siang hari hingga waktunya untuk pulang. Aku segera mengambil sepatuku dan berangkat untuk pulang, diperjalanan aku bertemu dengan Emi, badanya penuh dengan keringat. "Kau ga pulang?" Tanyaku. "Kegiatanku masih sekitar 1 jam lagi. Oka mau pulang? Ga mau bareng? Kalo mau tunggu aku aja dikantin, beliin aku minuman ya hehe…" Katanya tertawa kepadaku. Aku menghela nafasku. "Kau cuma mau nitip minuman kan?" Ujarku. "Kola ya, nanti aku belikan."

 

 Ia tersenyum dan berlari kearah gerombolan eskul lari yang lain. "Makasih Okaa…Sayang deh!" Katanya sembari berlari. Lalu aku berjalan kearah kantin, diperjalanan aku menemukan ada beberapa sepeda tergeletak di halaman sekolah. Aku mencoba menghiraukannya namun aku melihat orang yang familiar disana yang mencoba untuk membereskan sepeda - sepeda tesebut, warna rambutnya yang cerah terkena sinar matahari membuatnya menjadi semakin cerah. Disaat aku sedang melihat lihat, tiba tiba matanya seakan melihat kearahku di kejauhan. Ia melambaikan tangannya padaku, dan mengisyaratkan untuk datang kesini dan bantu aku. Aku menghiraukannya dan berjalan ke arah kantin, saat berjalan sebentar tiba tiba tangan merangkul ku dari belakang.

 "Ha..rus..nya… Kamu bantu orang yang kesusahan kan." Ujarnya kesal. Lalu ia menyeretku dan aku terpaksa untuk membantunya, setelah beberapa menit kemudian semua sepeda sudah tertata rapih. "Kenapa ketua osis ngerjain hal kayak begini sendirian? Bukannya biasanya tinggal minta anak yang lain, setauku itu kerjaan ketua osis?" Ucapku. Mendengar ucapanku ia pun tersenyum. "Aku harus jadi teladan bagi anggota yang lain kan? Kalo ngga begitu aku ngga bisa jadi ketua yang baik. Kamu mau ke kantin kan Oka? Ayo sekalian, aku juga ingin membeli beberapa minuman." Dan kami berduapun berjalan ke kanti bersama, diperjalanan banyak sekali murid murid yang selesai eskul menyapa ketua osis ini. Namun untungnya keberadaanku dianggap tidak ada.

 Kami berdua sampai di kantin. "Tunggu di meja, aku akan belikan minuman. Anggap ini terima kasihku karna sudah bantu tadi." Ucapnya tesenyum. Aku menunggu di meja yang agak lusuh, walau fasilitas sekolah lainnya diurus. Aku penasaran kenapa hanya perabotan di kantin yang agak lusuh, namun ini hanya tebesit dikepalaku. Lalu ia membawakan kresek yang isinya beberapa minuman.

 

 "Kola ya? Nih ambil aja, kamu ga pulang? Padahal udah ngga ada kegiatan lagi." Tanya nya sembari tersenyum. "Aku sedang menunggu kenalanku." Ucapku datar. Aku melihat ke kresek dan menemukan kalau ada susu disana. "Kenalanmu? Ahh, Aliviyah Emily ya? Kamu dekat sekali dengan dia ya, teman masa kecil?" Ujarnya. "Iya, begitulah." Aku mencoba membuka dan meminum susu yang sudah ia belikan untukku, namun aku hanya meminum setengahnya karena aku sudah minum susu sebelumnya. "Kamu ga tertarik ikut osis Oka? Kayaknya kamu berkompenten deh, kamu lumayan jago pengarsipan kan? Aku sedang butuh orang untuk merapihkan beberapa dokumen osis. Gimana? Kamu tertarik?"

 

 Setelah meneguk susuku aku berkata. "Aku lebih suka kehidupan sekolah yang santai, jadi aku harus menolak tawaran kak Lista." Ucapku datar. Melihat responku ia pun tertawa "Kamu ini malas ya, ya emang dari dulu kamu begitu sih. Kayaknya aku akan menggangu privasi mu kalau begitu, aku pergi dulu. Titip salamku ya." Lalu ia pergi. Aku menghiraukan ucapannya, dan beberapa saat setelah kak Lista pergi ada orang yang merangkul ku dari belakang, dan itu adalah Emi. "Mana minumanku… Uwah ada 2 kolanya kamu baik banget Okaa." Ucapnya tersenyum. "Iya, jangan minum banyak kola. Gabaik bukannya buat badanmu?"

 "Kalau untuk gadis lain, selalu ada sisa untuk makanan manis diperutnya kan? Kalau untukku selalu ada sisa untuk kola tau. Kamu disini tadi lagi sama orang?" Tanyanya. "Iya, ada kenalanku. Dia ajak bicara sedikit." Ucapku datar. "Hmm, yaudah kalo gitu ayo pulang." Dan berjalan menuju keluar sekolah, aku mencoba mencari handuk kecil yang selalu aku bawa, dan aku melemparkannya ke Emi. "Basuh badanmu yang penuh keringat itu, menempel padaku."

 

 Lalu ia pun tersenyum. "Hehe, aku lupa. Tapi kamu suka kan?" Ucapnya sembari cengir cengir bodoh. Akupun menghiraukannya dan kami berdua berjalan pulang bersama, perjalanan dari sekolah kerumaku tidak terlalu jauh. Tapi anak ini dia harus jalan sekitar 30 menit untuk sampai kerumahnya, jadi terkadang ia mampir kerumahku untuk istirahat atau mengganguku. Sesaat sampai rumahku, akhirnya aku merasa lega karna di kota ini siang hari panasnya sangat ekstrim. "Hari ini mau main lagi? Aku siap menang beberapa ronde nih." Katanya semangat. Aku menghela nafasku. "Biarkan aku istirahat sebentar, kau terserah mau ngapain." Dan aku menjatuhkan diriku di sofa masih mengenakan seragamku. "Kamu gamau ganti baju dulu gitu? Aku mau minjem kamar mandinya sih, aku pake baju ganti dari lemarimu ya." Ucapnya. "Ya, ya. Terserah pokoknya aku malas ganti baju. "Ucapku sembari memejamkan mataku. Ia pun tertawa karna reaksiku, dan menuju ke kamar mandi. "Jangan kaget loh kalo pas bangun tiba tiba kamu udah ganti baju, aku kadang risih sendiri."

 

 Aku mengihiraukannya, dan tertidur lelap. Disaat terbangun sudah sekitar jam 6 sore, aku melihat Emi yang sedang bermain game dengan konsolku sendirian. "Kau… gapulang?" Tanyaku sembari menguap. Ia melihat kearahku. "Ah, selamat pagi… Nyenyak tidurmu? Aku sebenarnya malas pulang, tapi ya aku akan pulang jam 7 nanti. Kamu laper kan? Telur orak arik ada di meja, buatanku." Ucapnya. Lalu aku melihat kearah meja dan ada telur orak arik dengan nasi goreng. "Aman kan?" Tanyaku datar. Ia pun tertawa karna pertanyaanku. "Ngga ada yang tau sih, gimana kalo kamu coba dulu."

 

 Aku memakan telur dan nasi tersebut, dan setelah selesai makan aku membersihkan piring dan peralatan lainnya. Aku mengambil teh dari kulkas dan mengambil dua gelas dan menuangkan teh tersebut dan memberikannya ke Emi. "Terimakasih, perhatian banget temanku ini. Kamu yakin gamau main? Aku bosan main sendiri." Aku duduk di sofa dan sembari meminum tehnya. "Aku juga sedang malas melakukan sesuatu hari ini, seperti mau tidur seharian." Ucapku datar. Ia merenggut dan kembali bermain.

 

 Setelah beberapa menit, aku berencana untuk pergi ke minimarket lagi. "Aku ingin keluar sebentar, kau bagaimana? Ingin pulang atau tidak?" Lalu ia bangun dan mengambil beberapa barangnya. "Aku pulang deh, sekalian anterin aku ya." Ia memakai hoodienya dan kami berdua pergi keluar. "Aku anter sampe minimarket aja." Ucapku. "Iya gapapa." Ucapnya datar. Sepertinya moodnya hilang karna aku ga ajak bermain tadi, lain kali aku ajak main lagi. Perjalanan ke minimarket hanya memakan beberapa menit untuk sampai, dan aku berpisah dengan Emi. "Makasih ya Oka, aku pulang dulu." Katanya pamit sembari tersenyum. Aku melambaikan tanganku dan segera mengambil kebutuhan ku di minimarket, aku ingin sekali merokok karna sudah agak lama. Mungkin malam ini langsung ku habiskan.

 

 Setelah mencari beberapa barang yang kubutuhkan, aku membayarnya dan segera pulang kerumahku. Sesaat keluar dari minimarket, dekat dari situ aku melihat wajah yang familiar lagi. Rambut pirang dengan mata berwarna hijau giok itu seakan menungguku keluar dari minimarket. Ia tersenyum kepadaku."Kamu mau pulang…Oka? Rokok ngga bagus untuk kesehatanmu tau, padahal saat kamu pulang tadi aku sudah repot repot beli minuman kesukaanmu kan. Ya tapi karna ada yang menggangu jadi aku langsung pergi sih."

 

 "Kenapa ketua osis disini?" Tanyaku datar. "Jangan panggil aku ketua osis, kan kita sudah dekat lho." Ucapnya sembari tertawa kecil. "Tapi kamu lelaki yang aneh ya Oka, jujur saja terlalu aneh buatku. Aliviyah Emi..ly ya? Namanya terdengar dari luar negeri, latar belakang keluarganya tidak diketahui, dan kamu hanya bertindak sebagai teman masa kecilnya? Walau terdengar asal asalan tapi dia selalu rapih dalam membersihkan mangsanya ya… Walau masih muda tapi ia cukup terampil ya, apalagi larinya sangat cepat. Wajar saja dia adalah andalan eskul lari." Ucapnya tersenyum kepadaku. Raut wajahnya mulai terlihat bingung dan bertanya "Tapi yang lebih aneh lagi itu kamu Oka, walau melihat teman masa kecilmu membunuh orang, tapi kamu masih bisa bersikap seperti itu, atau bisa dibilang kamu terlalu santai ya." Katanya tertawa kepadaku.

 

 "Kita sama – sama aneh kan, ketua osis." Ucapku. "Panggil aku lista." Ucapnya tersenyum kepadaku. Ponselku menyala, dan terlihat kalau ada banyak sekali notifikasi chat dan riwayat panggilan dari nomor tidak dikenal.

 

 

 

***