Mata yang hijau menatapku tajam, sengaja tidak mengedipkan matanya seolah mengancamku jika bergerak sedikit saja aku akan dilahap. "Oka tau? 1 tahun lalu aku menemukan seseorang yang sangat menarik, walau hidup nya terkesan biasa saja namun sifatnya yang terkadang acuh dengan sekitarnya itu menarikku untuk memperhatikannya. Selama setahun aku melihatnya dari kejauhan, setiap hari setiap saat. Dan suatu ketika ia mendapatkan kabar kalau orang tuanya meninggal karna pembunuhan. Jangankan menangis, mengeluarkan ekspresi pun dia enggan. Sifatnya yang seperti itu… Sangatlah menarik, aku ingin tau manusia seperti apa dia, apa makanan kesukaannya, pakaian apa yang biasa dia pakai, siapa orang terdekatnya, seperti apa kamarnya… Dan bagaimana manusia lain menurut pandangannya…" Ucapnya dengan wajah maniak, seakan ia sedang menjelaskan kitab yang ia selalu puja puja.
"Kalau aku menjadi orang itu, sudah pasti aku akan mengabaikannya. Maksudku selama setahun namun hanya memperhatikan dari jauh? Hobinya jelek." Ucapku datar. Akupun berjalan melewati ia yang melihatku dengan gairah itu, dan menuju kerumahku. "Ka lista sebaiknya pulang, sedang marak maraknya pembunuhan di daerah sini." Dan ia merangkul tanganku. "Dan kamu harusnya nganterin aku kan? Kayaknya kamu pernah bilang deh. Kalau kamu gamau kenalan mu kenapa – napa." Ucapnya tersenyum kepadaku. Aku mencoba melepas tangannya dariku. "Harusnya kakak aman sendirian, aku sudah ngantuk." Lalu ia tersenyum sembari melihatku pergi. Dan sesampainya dirumah, aku menaruh barang – barangku dan merokok di balkon.
Sembari melihat bulan yang begitu terang dan angin sepoi sepoi membuatku sedikit nyaman. Setelah selesai aku kembali dan segera siap untuk tidur. Aku mengunci pintu dan tidur di dalam kamarku. Dan pagi pun tiba, aku yang masih agak mengantuk melihat ke arah jam dinding, waktu sudah menunjukkan jam 7, akupun menuju ke arah kamar mandi dan Bersiap untuk berangkat.
Setelah selesai mandi akupun memakai seragamku dan duduk untuk mengumpulkan nyawaku, aku masih agak mengantuk walau sudah mandi. Hp ku berdering dan kulihat ada 59 panggilan tidak terjawab dari nomor tidak dikenal dan beberapa chat dari nomor tersebut.
" Pagi Oka, kamu udah siap berangkat?"
"Kan udah kubilang kemarin jangan merokok, gabaik untuk kesehatanmu."
"Kok gabales sih?"
"Harusnya tadi aku bangunkan sekalian ya."
"Okaaa…."
"Aku udah tunggu didepan lho."
"Wajah tidur kamu lucu banget, aku udah foto yang banyak. Kamu jangan marah ya hehe."
"Sarapannya jangan lupa dimakan ya, menu kesukaanmu itu."
Dan ada beberapa pesan lainnya yang tak mungkin aku baca, bisa memakan waktu seharian untuk membacanya. Aku menuju kaca balkon untuk melihat ke depan, dan aku melihat gadis dengan rambut pirang itu sedang berdiri didepan. "Mungkin omonganku salah ya?" Pikirku. Aku melihat ke arah meja makan dan melihat ada omelet dengan susu disitu, karna kebetulan aku juga lapar mungkin aku akan memakannya.
Setelah selesai memakannya, aku mencuci piringnya dan segera berangkat kesekolah. Ia yang menungguku di depan tersenyum dan menyapaku ramah. "Pagi Oka… Berangkat bareng ya." Katanya meraih tanganku dan merangkulku, dan aku mencoba melepaskannya. "Kalau jadi bahan omongan bukannya buruk untuk reputasi mu?" Kataku datar. Dia tertawa kecil, dan kami berdua berjalan bersama ke sekolah, walau begitu saat hampir sampai sekolah tetap banyak murid yang terpana melihat ketua osis. Bagaimana bisa orang ini membuat Image seperti ini disekolah? Menurut ku dengan menjadi ketua osis saja tidak cukup, setidaknya kau harus mempunyai skill bicara, pendekatan, dan latar belakang keluarga yang bagus.
Setelah sampai sekolah aku menaruh sepatuku dan menggantinya dengan sepatu khusus sekolah. "Aku ada urusan diperpustakaan pagi ini, jadi sampai sini saja." Kataku. Akupun berjalan ke arah perpustakaan meninggalkan ketua osis, dia hanya tersenyum dan melihatku pergi. Sebelum pergi ke perpustakaan aku menaruh tas ku di kelas, namun aku belum melihat Emi dikelas. Biasanya dia masuk pagi, apa dia ketiduran? Namun hal ini hanya terbesit dikepalaku dan akupun pergi ke perpustakaan.
Sesampainya di perpustakaan aku melihat satu orang yang sedang berjaga, mata hitam pekat dengan rambut twintaill itu dengan serius membaca buku sangat serius, seakan menghilang dari bumi. Kacamatanya yang terkadang akan jatuh dan ia yang akan selalu membenarkannya setiap menit membuatku ingin melepasnya. Aku mendatanginya dan menyapanya. "Kau jaga hari ini? Bukannya terlalu pagi untuk baca buku?" Kataku datar. Dia tidak menjawabku, bahkan tidak melihat kearahku. Aku yang kesal menggebrak meja. "Woi!"
Dia yang kaget, bukunya terjatuh dan kacamatnya hampir terlepas dari wajahnya. "Ah! Ada orang? Ahh… Kak Oka, bikin aku kaget saja." Ucapnya lugu. Aku menaruh jari telunjuk ku dan menekan dahinya. "Kau itu kalau ada orang masuk seengaknya nengok lah, gimana mau jadi penjaga perpus kalo kamu sibuk baca buku hah?!" Kataku kesal.
"Ahh, iya maaf kak. Buku ini bagus banget soalnya jadi ak… ahh… ahh, jangan teken teken jidatku kak, hehehe…." Katanya tersenyum. "Perlakuan kakak ke cewe kasar banget sih… Hehe, gimana kalau orang lain salah pa-"
"Bacot ah! Kok kamu mengatur?" Kataku memotong omongannya. Lalu sembari cengir cengir ia berkata. "h-hehe, maaf kak." Ucapnya. Aku masuk kedalam kasir perpustakaan dan duduk disebelahnya. Pelajaran pertama akan mulai saat jam 10, aku mempunyai jadwal untuk jaga perpus hari ini. "Rum, bagi minum." Ucapku. Dia kebingungan dan melihat sekitarnya mencari minuman, dan ia menemukan 1 minuman didepannya dekat computer perpus. "Tapi ini punyaku ka-"
"Hah?!" Ucapku kesal. "Hehehe, m-makasih kak. Ini minumannya." Lalu ia memberikan minuman tersebut kepadaku. "Iya, sama – sama." Kataku datar. Lalu aku meminumnya dan merasa lega karna jalan pagi tadi lumayan melelahkan. "Tumben tadi pagi telat kak, biasanya dateng cepet." Tanyanya penasaran. Sembari melanjutkan membaca bukunya. "Iya, ada yang menggangguku tadi pagi." Ucapku sembari mencari buku yang bisa dibaca, lalu aku menemukan buku tentang "Memahami cara membaca bahasa tubuh." Dan membacanya. "Humm, cewe yang mana kak? Pertama atau kedua." Tanyanya.
"Yang kedua, kali ini dia berani karna omonganku sendiri. Kayaknya salah ngomong aku." Ucapku datar. Ia pun tertawa dan berkata. "Haha, tumben banget. Biasanya gamau ngaku kalau salah." Ucapnya meledekku. Akupun menjitak kepalanya karna kesal. "Berisik." Ucapku datar. Ia yang mengelus – elus kepalanya sembari cengir – cengir bodoh. "Makasih kak." Ucapnya kegirangan. Akupun menghiraukannya dan melanjutkan membaca buku ku. Gadis ini adalah Rumi arum, dia adik kelas ku dan merupakan penjaga perpustakaan, tahun lalu aku bertemu dengannya di perpustakaan sedang membaca novel.
"Oiya, kakak sudah dengar pembunuhan yang terjadi belakangan ini di kota sebelah? Katanya pembunuhnya laki laki paruh baya loh. Tapi katanya mayat pembunuhnya udah ketemu di pinggiran sungai dekat rumahku. Dan katanya ada 12 luka tusukan di mayatnya, ngeri banget ya." Ucapnya. Aku sembari meminum minumanku dan membaca novel. "Hmm, aku ga begitu tertarik sih. Lagian kalo pembunuhnya deket rumahmu harusnya kamu hati – hati kalau keluar." Ucapku datar. Ia melihatku dengan tatapan meledek. "Tumben nih, khawatirin aku." Ledeknya padaku.
"Kau mau di jitak atau di cekek hah?!" Ucapku kesal. Lalu ia tersenyum girang dan menunjuk lehernya sendiri. "Cekek aja kak… Hehehe." Ucapnya kegirangan. Aku yang risih melihatnya segera menghiraukannya. "M-makasih kak." Katanya seakan menahan rasa girangnya. Beberapa jam pun berlalu dan jam pertama pun dimulai. Aku dan rumi segera angkat kaki dari kasir perpus digantikan oleh guru yang menjaga. Diperjalanan lorong mulai sepi karna murid murid sudah masuk ke kelas.
"Kak, kamu nanti ada urusan sepulang sekolah? Aku mau main kerumah kakak." Ucapnya tesipu. Aku melihatnya curiga. "Mau ngapain? Kalo aneh aneh langsung kuusir sih." Ucapku datar. "G-ga aneh aneh kok, aku cuma mau main." Ucapnya sembari melihatku, matanya berbinar seakan memohon. "Yaudah, aku gada urusan juga." Kataku memalingkan wajah. Dan kami berpisah, karna kelas 1 berada di lantai bawah dan kelas 2 di lantai atas. Sesaat sampai di kelas aku melihat kalau Emi duduk di bangkunya melihat kearah jendela, akupun segera duduk dan menyiapkan alat tulisku. Ia yang menyadariku, melihatku dan menyapaku. "Okaa… Kemana aja kamu dari pagi udah ngilang? Padahal aku chat nitip beli sarapan tau." Ucapnya merengut. Aku melihatnya bingung dan membuka hp ku, aku melihat kalau ada notifikasi chatnya yang memintaku untuk membelikan sarapan.
"Ahh, tadi ada urusan di perpus." Aku mengeluarkan cadagan roti di dalam tas ku dan memberikannya kepada Emi. "Nih, gantinya." Ucapku. Lalu ia dengan senang mengambil rotinya dari tanganku dan segera memakannya. "Makasih Okaa…. Sayang deh." Ucapnya senang. Aku kembali melihat hp ku dan mengahapus notifikasi dari hp ku. "Nanti ganti loh." Ucapku datar.
"Ck, kirain gratis kalo udah bilang sayang." Ucapnya merengut, dan lanjut memakan rotinya hingga habis. Dan jam pertama pun dimulai, hari ini aku lumayan menyerap pelajarannya entah kenapa. Dan selang berapa waktu jam istirahat tiba, aku yang lapar segera ke kantin untuk membeli bento untukku, Emi berlari kearahku dan merangkul tanganku. "Kamu laper kan? Kebetulan banget aku juga. Sebenernya aku pengen banget ramen di kantin, tapi aku terlalu malas ke kantin, kalooo aja ada orang baik yang mau aku titipin kesana." Ucapnya.
Aku melihatnya dengan rasa malas. "Aku gamau beliin lho." Ucapku datar. Ia yang merenggut melepas tangannya perlahan. "Oka yang kutau padahal baik loh orangnya." Ucapnya dengan wajah sedih. Aku yang melihatnya seperti itu menghela nafas. "Kubeliin kola, tapi syaratnya harus ke kantin." Ucapku.
"Yeeeyyy…Oka baikk dehh, yuk kekantin…" Dan kami berduapun berjalan ke arah kantin. Sesampainya di kantin aku memesan bento ku dan membeli beberapa minuman untukku dan Emi. Emi membeli ramen yang ia ingin sekali makan itu dan kami berdua makan berdua di kantin. "Oka tumben beli bento kamu ga sarapan emang?" Ucapnya sembari menyeruput ramen nya. "Sarapan, tapi anehnya aku masih lapar." Ucapku. "Kayaknya kamu kurang nutrisi itu, lain kali aku buatin sarapan deh. Yang sehat."
"Yaa… Bukannya aku ga sarapan sih… Tapi ya lupakan saja." Ucapku lanjut sembari membuka kotak bentonya. Wajah Emi terlihat bingung namun ia tampak menhiraukan ucapanku. Dan beberapa menit sesaat kami makan, ada yang mendatangi meja kami. "Kalian, tempat ini kosong? Boleh aku duduk disini." Katanya sembari menarik bangku kantin yang agak lusuh itu. "Oh, boleh kok… Lho ketua osis? Tumben kak makan disini." Kata Emi. Ketua osis tersenyum melihatku dan duduk disamping Emi, aku menghiraukannya dan lanjut memakan bentoku. "Iya, aku lagi pengen aja makan di kantin… Kamu namanya Aliviyah?" Tanyanya kepada Emi. "Iya kak, kok kakak tau?"
"Oka yang memberi tahunya." Sembari tertawa kecil. "Hee… Oka kenal sama ketua osis? Kalian deket?" Tanya nya kepadaku. Aku menghiraukannya, dan terlihat kalau Emi melihatku curiga. "Hahaha, enggak kok. Kemarin Oka sempet bantu bantu diruang osis, jadi kami berbincang dan namamu tersebut."
Emi yang awalnya curiga, berubah menjadi agak seperti lega? "Ohh gitu toh, aku kira gimana hehehe." Ucapnya agak senang. Dan kami bertiga pun kembali makan bersama. "Oh iya, aku harus panggil kamu apa? Aliviyah? Atau kamu ada panggilan lain?" Tanyanya kepada Emi. "Emi aja kak, oka biasa manggil aku itu kok." Ucapnya tersenyum. "Oke, kalo gitu Emi ya. Senang berkenalan denganmu." Ucapnya tersenyum, dan samar kalau ketua osis melihatku dan tersenyum kecil. Namun aku tidak memperdulikannya.
Setelah beberapa saat jam istirahat pun selesai dan kami semua kembali ke kelas masing – masing. Hingga jam pelajaran selesai Emi tidak berbicara padaku sama sekali. Aku menghiraukannya dan segera untuk pulang kerumah. Diperjalanan pulang aku sedang berfikir mau makan apa malam nanti. Dan sesampainya dirumah aku melihat ada seorang gadis yang sedang duduk menunggu di depan pintu kontrakanku. Dan gadis itu adalah Emi, kukira Rumi. Begitu pikirku. "Kau ngapain? Gamasuk?" Kataku datar.
***