Chereads / Drop Blood: Amai Akai / Chapter 280 - Chapter 280 Snow and Hug

Chapter 280 - Chapter 280 Snow and Hug

Tak lama setelah Neko kembali menyimpan pewarna itu, ia mendengar suara langkah kaki yang sangat ia kenali.

Neko menoleh sambil melepas apron yang ia pakai. Terlihat Felix yang baru saja pulang bekerja berhenti di depan dapur.

"Kau ingin aku siapkan air hangat?" tatap Neko dengan tatapan biasanya.

"Tidak perlu, aku cukup berkeringat hari ini, dan sangat panas," balas Felix sambil mengendurkan dasi yang ia pakai. Lalu ia melihat banyak makanan enak di meja dapur. "Sama seperti biasanya, masakan yang akan terasa enak."

"Mandilah terlebih dahulu, aku akan menunggumu," kata Neko sambil menodongkan sumpit.

"Baiklah, istriku," balas Felix seketika Neko terkejut mendengar itu. "Apa yang kau katakan?!" Neko menjadi memerah.

"Aku yakin kau masih suka aku menyebutkan nama itu, bagaimana jika aku memanggilmu sesuatu yang dekat mulai sekarang," kata Felix, seketika ia memeluk Neko dari belakang.

"Apa yang kau lakukan, memang nya kau akan memanggil ku apa?!" tatap Neko dengan kesal.

"Kau bisa memilih, Sayang, Honey, Baby, My Wife atau Candy?" kata Felix seketika Neko terdiam kaku.

"Akh.... Pria mesum, bau mulut sudah tidak nyaman. Bau parfum yang tercampur keringat dan rokok, mandilah dulu!!" Neko mendorongnya dengan risih.

"Kau tidak mau memilih yah, baiklah. Aku akan memilihnya untuk mu. 'Mandi bersama ku Honey," kata Felix seketika Felix menggendong Neko membuat Neko terangkat di bahunya. "Akhhh jangan panggil itu!!" Neko memberontak dengan kesal. Lalu mereka masuk ke kamar mandi bersama.

--

Malam nya Seperti biasanya, tampak Felix meletakan Neko di ranjang karena Felix baru saja menggendong Neko.

"Kau memakai baju itu lagi?" tatap Felix menatap kaus putih yang dipakai Neko selalu saat tidur.

"Yah, begitulah."

"Bagaimana dengan piyama couple an kita?"

"Kau hanya harus tinggal tidur," lirik Neko dengan dingin.

"Baiklah, aku dengar juga suhu perempuan yang hamil sangat tinggi, mereka akan cepat gerah," kata Felix. Ia berjalan ke sisi lain ranjang sambil melepas baju atasnya, sama seperti biasanya juga, ia tidur telanjang dada. Lalu berbaring di samping Neko. Neko terdiam melihatnya, tapi tiba tiba tangan Felix menariknya membuatnya harus memeluk tubuh Felix.

Mereka berdua menutup mata bersama dan di saat itu juga mimpi Neko muncul di tidurnya yang cepat nyenyak.

Dimana ia terbangun di tempat yang sama, yakni taman sangat luas, taman bunga dan anehnya mimpi itu masih memunculkan warna hitam putih. Neko perlahan berdiri dan melihat sekitar. "(Mimpi yang kemarin? Kenapa aku bisa memimpikan ini dua kali? Bukankah mimpi hanya sebuah kebetulan?)" ia terdiam.

Tapi tiba tiba ada suara tawa itu lagi, suaranya bahkan sangat dekat, Neko berputar untuk melihat sekitar dengan waspada, tapi tak ada apa apa. Warna sekalipun tak ada hingga ia melihat ke bawah.

Ia terdiam baru sadar karena di bawahnya ada mawar berwarna hijau bercahaya, tapi anehnya mawar itu masih sangat kecil, meskipun masih kecil, mawar itu memiliki kelopak terbuka yang sangat cantik.

"(Mawar ini lagi, bukankah kemarin sudah layu... Apa dia hidup lagi, atau kelopak yang kemarin itu membuat nya berenkarnasi?)" Neko terdiam bingung. Ia lalu duduk dan memandang mawar itu di depan nya. Ia tak berani menyentuhnya karena ia ingat pada mawar kemarin yang ia sentuh dan malah menjadi mati.

Bunga mawar hijau kecil itu terlihat sangat indah. Neko tergoda untuk menyentuhnya tapi ia menjadi menggeleng cepat tak jadi berpikir akan mengambilnya.

"(Kenapa mimpi yang kemarin itu seperti sangat menggambarkan sesuatu dalam kehidupan ku, maksud ku aku mencoba memperbaiki bunga mawar itu bahkan dengan pengorbanan darah ku, tapi dia tidak merespons apapun hanya respon palsu itu yang aku lihat, bunga itu seperti mempermainkan aku dan sekarang yang di depan ku juga pasti akan mempermainkan aku,)" pikir Neko. Tapi tiba tiba saja bunga mawar itu perlahan lahan tidak bercahaya dan semakin pudar membuat Neko terdiam kaku melihat itu dan seketika bunga itu menjadi berwarna abu abu tak berwarna.

"Apa.... Apa yang terjadi... Aku tidak melakukan apapun, kenapa kau pudar?!" Neko menatap tak percaya, ia melihat bunga itu tak berwarna lagi, itu seperti mengartikan bahwa bunga itu tidak mempedulikan Neko lagi, dia seperti bergabung dengan yang lain nya yang tidak mengenal Neko.

Lalu Neko terdiam dengan wajah kecewa. Ia lalu menatap langit yang berwarna putih abu abu.

"(Ada apa dengan dunia ini, kenapa begitu menyakitkan, setangkai bunga saja bisa membuat hatiku tidak nyaman, ini seperti mengingatkan ku pada seseorang yang sudah pernah menyakitiku,)" pikir Neko.

Tapi tiba tiba ada suara bergema di telinga Neko, suara itu berbunyi. 'Kemarilah'

Seketika Neko menolehkan kepalanya sambil memegang telinganya. Ia melihat sekitar tak ada siapa siapa tapi kenapa suara tadi begitu jelas terdengar di telinga nya.

"(Sebenarnya siapa?)" Neko menatap ke depan dan di saat itu juga ia melihat seseorang. Tepatnya seorang wanita tinggi berambut panjang dan bergaun putih. Tapi dia juga berwarna hitam putih.

Neko terkejut ada seseorang di sana lalu ia berlari ke sana. "Hei..." sembari memanggil agar orang itu menoleh.

Tapi bukan nya menoleh, dia menghilang bak butiran debu yang terbang ke langit, itu artinya dia tak pernah ada. Neko terdiam bernapas cepat karena berlari tadi. Ia melihat ke depan dan menemukan sebuah bangunan di sana. Bangunan itu berupa teras vila yang tak terlalu besar.

Ia mencoba berjalan ke sana dan masuk ke sana, "(Kenapa tempat ini seperti khusus di buat untuk sesuatu?)" ia berpikir dan terdiam ketika melihat vas bunga kaca yang terlihat ada air murni menggenang di dalam vas itu dan di samping vas kosong tanpa bunga itu ada sebuah bunga mawar hitam di sampingnya.

Bunga itu tampak sempurna, ada batang, duri, daun dan kelopak yang besar. Ukuran mawar itu lebih besar dari sebelumnya dan dari di antara yang lain.

Neko terdiam mendekat perlahan ke meja itu, ia menatap duri di mawar itu juga sangat tajam dan panjang.

Neko berpikir bahwa dengan adanya vas di sana mungkin bunga itu bisa hidup dengan air di dalam vas karena bunga itu benar benar tak punya tanah untuk di tempati karena dia memang sudah tercabut.

"(Apa aku harus melakukan nya?)" Neko terdiam, ia lalu mengambil bunga itu, ia menahan rasa sakitnya dan memasukan batang itu perlahan hingga bunga itu benar benar masuk.

Neko terdiam menatap bunga itu sangat cantik di vas itu meskipun dia tak memiliki warna, dengan luka tangan Neko yang berdarah sangat banyak, Neko tak peduli dengan tidak melihat lukanya dan malah melihat ke bunga itu.

Tiba tiba saja, di air vas itu, air nya berubah menjadi biru, biru kristal yang sangat indah. Hal itu membuat bunga itu memunculkan warnanya, yakni biru kristal.

Neko terkejut melihat perubahan cepat itu, ia tak menduga bunga itu akan berubah warna.

"Ini.... Sangat cantik," tatap nya, dan tergoda akan menyentuh pelan kelopak bunga itu tapi ia terdiam ketika mengingat apa yang dilakukan tangan nya pada bunga sebelumnya.

Ia lalu tak jadi menyentuh bunga itu dan memilih memandang nya. "Aku tidak akan melakukan apapun yang membuat mu layu," kata Neko.

Tiba tiba ada angin kencang membuat bunga itu bergerak dengan di bersamai rambut Neko yang terbang menutupi pandangan Neko.

Neko lalu menyilakkan rambutnya dan kembali menatap bunga itu, tapi ia terkejut.

"Hah?!" bunga itu hilang dari vas nya, dan vas nya telah terguling tumpah mengalirkan air di meja itu, Neko melihat ke sekitar, ia lalu melihat warna biru ada di antara bunga tak berwarna itu. Sepertinya itu mawar biru tadi yang terbang dan mendarat di sana.

Neko keluar dari tempat itu dan menatap bunga biru itu nampak terbaring di antara bunga tak berwarna.

Neko akan mengambilnya tapi ia terdiam dan ragu karena melihat duri itu yang sangat banyak.

"(Tangan ku.... Akan sakit... Tapi jika aku biarkan, dia akan layu,)" Neko tak ada pilihan lain, ia mengambil bunga itu dengan paksa. Di saat itulah ia tersakiti, dengan kedua tangan nya yang menahan hingga ke vila teras tadi. Tapi Neko baru sadar sesuatu bahwa vas berisi air tadi telah tumpah.

Ia kini terdiam tak tahu harus apa, dan sekarang perlahan bunga itu akan menjadi pudar di tangan Neko karena tidak mendapat nustrisi.

"Tidak, jangan pudar," Neko menatap memohon pada bunga itu. Tapi warnanya akan semakin hilang, hal itu membuat Neko panik dengan melihat sekitar.

Ia tidak tahu harus apa, hingga harus berlutut putus asa. "Aku mohon jangan pudar," Neko menjadi menangis, seketika air mata jatuh di bunga itu dan hal itu membuat warna biru di bunga itu menjadi terang kembali. Bunga itu tak jadi pudar dan layu karena air mata Neko.

"(Apa... Apa yang terjadi?)" Neko menatap dengan air mata yang masih mengalir. Bunga itu tampak segar dan satu satunya warna di sana.

Perlahan duri di batang bunga itu menjadi hilang, Neko terkesan dengan hal itu karena bunga itu tak memiliki duri dan tampak aman dipegang.

Neko tersenyum senang, ia lalu memeluk bunga itu dengan lembut. Hal itu membuatnya sangat senang.

Di saat itu juga Neko terbangun, ia masih berada di pelukan Felix di ranjang. Dengan Felix tidur berbaring dan tangan kanan nya menjadi bantal Neko memeluknya. Neko lalu bangun duduk, ia kembali menatap Felix. Ia mengingat mimpi tadi. "(Mawar biru? Apa artinya, kemarin mawar hijau dan sekarang mawar biru?)" pikirnya, ia lalu melihat ke jam dinding menunjukan pukul 6 pagi.

"(Biasanya dia bangun pagi... Kenapa jadi lambat begini?)" tatap Neko yang menatap Felix yang masih tertidur, ia lalu memegang leher Felix dengan tangan lembutnya.

"(Aku sudah lama tak merasakan darah di sini,)" pikirnya, di saat itu juga Felix terbangun membuat mereka berdua saling menatap.

"Ada apa? Kau harus darah?" tanya Felix.

Lalu Neko mengangguk cepat. Felix menjadi tersenyum kecil dan membuat Neko mendekat. "Kemarilah..."

Neko tersenyum senang dan mendekat padanya, itu akan jadi hari yang sangat bahagia bukan? Kecuali memang tak ada Kelelawar Di Malam Gelap Lagi.

END SEASON 2