Chereads / Bloody Line: Under The Drop of Blood / Chapter 279 - Chapter 279 Snow and Hug

Chapter 279 - Chapter 279 Snow and Hug

Nampak Neko terbaring menatap langit langit kamar dengan Felix yang tertidur di sampingnya menatap pada nya dengan tangan Felix berada di atas perut Neko.

Neko terdiam, ia hanya terjaga dari tadi, setelah itu menoleh ke Felix dan di mata Neko, Felix benar benar sempurna saat tidur membuat Neko terdiam kaku.

"(Kenapa kau bisa tidur tanpa adanya wajah aneh?)" Neko menjadi menampar Felix dengan kesal. Felix yang merasakan itu menjadi membuka mata dan menatap Neko. Ia memegang tangan Neko. "Kau mengingau?"

"Tidak, hanya ingin saja menamparmu," balas Neko tanpa kebohongan.

Lalu Felix terdiam dan tiba tiba saja menarik Neko untuk mendekat padanya.

"Apa yang kau lakukan?" Neko menatap kesal.

"Kau harus tertidur, aku tahu kau terjaga bukan, apa yang membuatmu tidak tidur?" kata Felix sambil memeluk Neko.

"Aku akan tidur, berhenti memelukku," Neko mendorong Felix, tapi Felix terlalu kuat. Alhasil Neko terlalu lelah dan perlahan menutup mata. Ia akhirnya tertidur.

Tapi Neko terbangun tapi anehnya, ia tidak terbangun di ranjang, tetapi di suatu tempat dengan warna yang hitam dan putih, tak ada apa apa selain dinding putih dan hitam yang sangat aneh.

Neko bangun duduk, ia terdiam melihat sekitar. "(Apa yang terjadi?)" ia terdiam agak panik.

Lalu terdengar suara tawa kecil dan lembut dari seorang wanita, tetapi tak ada asalnya. Suara itu muncul begitu saja membuat Neko terus menoleh ke sekitar untuk waspada.

Ia lalu berdiri dan mencari asal suara itu yang masih terus muncul, tapi suara itu ternyata bergema, tak diketahui asalnya, suara itu dari manapun tetap muncul.

Tiba tiba saja pandangan itu menghilang dan memunculkan taman bunga yang sangat luas. Neko berada di antara bunga mawar hitam. Semuanya hitam putih, seperti tengah buta warna. Bahkan bunga yang seharusnya warna warni itu tidak terlihat warnanya, hanya hitam putih yang dilihat Neko.

Dia yang masih bingung menjadi keluar dari taman mawar itu, ia menginjak ke jalanan datar di samping taman mawar itu, ia juga bisa melihat tak hanya ada bunga mawar di sana, tetapi banyak jenis bunga yang nampak hitam putih.

"Apa yang terjadi, bunga ini tidak berwarna... Bahkan langit juga tidak," Neko menatap pada bunga mawar di depan nya, ia akan memegang pelan bunga itu tapi ia menjadi terkejut dan mundur menarik tangan nya.

"Apa yang?" Neko menatap telapak tangan nya, rupanya tangan nya menjadi berbekas luka goresan duri yang sangat banyak di telapak tangan nya.

"Ini...." Neko semakin membuka mata lebar, karena darah yang muncul di lukanya itu bukan berwarna merah melainkan berwarna hitam.

Darah itu membuatnya takut. "(Aku.... Aku yakin ini hanya sebuah mimpi,)" ia menjadi terdiam.

Tapi tiba tiba suara tawa wanita itu menjadi muncul lagi padahal tadi sudah berhenti. Neko terkejut mendengarnya, ia melihat sekitar dengan panik mencari suara itu, tapi sejauh mata memandang di taman bunga itu, tak ada siapa siapa selain dia.

Tapi ada hal yang membuatnya terdiam melihat satu tempat. Ia melihat satu warna dari balik bunga bunga yang akan menghalangi jalan nya.

"Bunga itu, berwarna?" pikir Neko, ia akan kesana tetapi ia berhenti tak jadi ke sana karena melihat bunga bunga di depan nya. Bunga bunga itu rupanya berduri, ia tak mungkin mengorbankan diri hanya untuk bunga berwarna itu, tetapi warna itu pasti ada maksud tersembunyi.

"(Apa yang harus aku lakukan?)" Neko terdiam, tapi ia kembali mendengar suara tawa itu semakin kencang di bagian bunga itu. Neko semakin menduga bahwa bunga itulah yang memunculkan tawa.

"Aku tidak peduli," ia langsung menerobos bunga bunga itu, ia terus berlari tak peduli bunga bunga itu sudah menyakitinya. Lalu ia berhenti berlari dengan napas cepat, bunga itu.... Semakin jauh. Padahal dia sudah berlari dan malah tak sampai sampai di bunga itu.

"(Bunga itu....)" ia melihatnya, bunga itu berwarna hijau bercahaya dan berbentuk mawar, hanya setangkai dan dia tidak memiliki duri.

Neko perlahan berjalan, ia menahan sakitnya terkena duri hingga mengenai pipinya sekalipun.

Untungnya dengan berjalan, ia benar benar sampai di bunga itu. Ia terdiam di sana melihat bunga yang ada di bawahnya, tawa itu kini hilang ketika Neko sudah sampai di depan hinga mawar biru itu.

Ia terdiam sejenak dan akan mencoba menyentuhnya, ia menyentuhnya tapi tiba tiba, kelopak bunga itu jatuh membuat Neko terkejut, di susul kelopak lain membuat bunga itu kini tak memiliki kelopak.

Kelopak kelopak yang masih berwarna berjatuhan di bawah Neko. "Apa.... Kenapa?!" Neko terkejut, ia mencoba mengambil satu persatu, tapi kelopak itu sudah menjadi hitam. Ia terdiam berlutut di sana.

"(Apa... Apa maksud ini semua.... Kenapa sangat aneh?)" ia terdiam gemetar. Tak ada warna lagi di sana.

Saat Neko akan mengambil batang bunga itu, ia sudah memegang nya, tapi tak di sangka sangka ia terkejut menarik tangan nya kembali dan terlihat tangan nya terluka kembali dengan banyaknya luka duri.

Rupanya batang bunga yang telah tanpa kelopak itu menjadi memunculkan duri yang sangat tajam, lebih tajam dari yang lain. Itu membuat tangan Neko benar benar sakit, darah berwarna hitam menjadi membuatnya mengepal tangan menutupi lukanya dari mata nya sendiri.

Neko berdiri dan melihat, di depan itu, tak ada apapun bunga berwarna lagi. Tapi saat ia mencari di belakangnya, ia melihat ada kelopak mawar hijau tadi yang masih berwarna.

Neko terdiam tersadar ia lalu berlutut mengambil satu kelopak kecil itu.

Saat diletakan nya di telapak tangan nya, tiba tiba saja telapak tangan nya yang penuh luka menjadi sembuh, luka nya sudah hilang karena kelopak itu, tapi siapa sangka. Kelopak itu malah menjadi hitam lagi.

"Apa... Kenapa tidak bercahaya?" Neko menjadi panik. Ia lalu melihat ke batang bunga tadi, ia menelan ludah dan langsung mengambil batang itu dan mencabutnya dengan cepat menahan rasa sakitnya.

Kini ia mengepal batang itu dengan banyak darah keluar menetes dari tangan nya karena barang duri yang ia genggam.

Neko menahan sakitnya dan tetesan darah itu yang menetes menjadi mengenai kelopak kelopak bunga yang berjatuhan tadi. Di saat itulah darah itu membuat warna di kelopak. Neko yang melihat itu menjadi tersenyum senang, ia lalu mengambil kelopak kelopak itu dengan satu tangan nya, kelopak hijau bercahaya itu menjadi satu satunya warna di sana.

"(Aku berhasil membuat warna,)" ia menjadi senang. Lalu ia melihat bunga di sekitar sana, tepatnya bunga yang tidak memiliki warna. Ia berjalan ke salah satu bunga dan meneteskan darahnya di atas hinga itu dengan harapan bunga itu berwarna.

Tetapi apa yang terjadi, bunga itu bukan nya berwarna tetapi malah menggugurkan kelopaknya. Neko menjadi menurunkan senyumnya menjadi kecewa. Bunga itu menunjukan seakan akan tengah disakiti olehnya.

Neko berhenti memegang batang berduri itu, ia meletakan barang itu di bawah dan menjadi memegang kelopak yang berwarna tadi.

-

Neko terbangun, ia terbangun dengan terkejut dan menatap langit langit karena ia tertidur dengan terbaring. Sekarang ia melihat telapak tangan nya yang ia angkat ke atas untuk matanya bisa melihatnya.

Lalu terdengar suara pintu terbuka dan tertutup. Neko terbangun duduk dan menoleh, rupanya itu Felix yang baru saja mandi, terlihat dia hanya memakai celana panjang, telanjang dada dan handuk di kepalanya.

"Bagaimana tidurmu?" tatap Felix yang bersandar di pintu kamar mandi itu.

". . . Aku baik baik saja," balas Neko tapi ia masih bingung, apakah yang tadi itu mimpi.

". . . Kau baik baik saja? Butuh sesuatu?" Felix kembali bertanya.

". . . Tidak, aku benar benar baik baik saja, cepatlah bekerja," kata Neko, ia bahkan tak mau menceritakan mimpinya itu.

"Baiklah, saat aku pulang nanti, aku ingin tahu apakah kau ingin sesuatu," Felix berjalan mendekat dan mencium bibir Neko. Lalu ia berjalan pergi setelah memakai bajunya.

Neko hanya terdiam di tempatnya. "(Mawar hijau, setelah aku pikir pikir... Mawar seperti itu memanglah tidak ada.)"

--

"Ibu, lihat," Hwa menunjukan sesuatu pada Neko yang di dapur memasak, dari punggung Hwa, dia baru saja pulang sekolah karena ia memakai tas nya.

Lalu Neko menoleh dan melihat setangkai mawar putih di tangan nya. "Hwa? Dari mana kau mencabut nya? Kau tidak terluka kan?" Neko langsung panik, ia berlutut memegang tangan Hwa.

"Apa yang ibu bicarakan, aku mendapat bunga ini dari orang yang membagikan nya di jalanan, mereka berbagi sambil berkata 'semoga harimu bahagia," balas Hwa.

Lalu Neko menghela napas lega, ia mengambil mawar itu, memang benar mawar itu tidak memiliki duri sama sekali karena seseorang sengaja membaginya pada orang lain.

"Ibu, aku dengar bunga mawar akan berubah warna jika kita mencampur nya dengan air yang telah di beri warna," tatap Hwa.

Lalu Neko tersenyum kecil dan membelai kepala Hwa. "Ya, ibu benar Hwa, apa kau mau mencoba nya?" tatap nya.

"Boleh kah?" Hwa langsung bersemangat.

"Tentu, biarkan ibu mencari pewarnya nya dulu, letakan mawar ini di vas kaca yang sudah di beri air, tunggu... Kau sudah makan Hwa?" kata Neko sambil memberikan mawar itu. Lalu Hwa mengangguk. "Ya, aku sudah makan disekolah, aku memakan bekal ibu yang sangat enak."

Tak lama kemudian, Hwa menatap mawar itu ada di atas meja dengan adanya vas air jernih menyegarkan mawar itu.

"Ibu, apa ibu masih lama?" panggil Hwa. Lalu Neko muncul mendekat membawa botol kecil berwarna hijau. "Ibu benar benar tak bisa menemukan pewarna lain nya, apa kau tidak keberatan memakai warna ini?" tatap Neko. Neko memang tidak bisa menemukan pewarna lain nya karena sepertinya warna hijau yang ada.

"Ya, tak apa apa ibu," balas Hwa. Lalu Neko meneteskan beberapa tetes pewarna itu di vas tersebut hingga airnya berubah menjadi hijau.

Hwa yang tak sabar menunggu dengan wajah senangnya, kini menjadi pudar karena bingung. "Ibu, kenapa mawarnya tidak berubah?" ia menatap kecewa.

"Haha, butuh beberapa jam untuk berubah, letakan di kamar mu dan lihat esok hari apa perubahan nya ok?" kata Neko sambil memberikan vas itu.

"Baik Ibu, aku akan meletakkan nya."

"Ya, lelaki pintar, belajarlah sekarang ya," tatap Neko dengan ramah lalu Hwa mengangguk dan berjalan ke kamar nya.