20 tahun yang lalu Felix memegang sebuah perusahaan yang berkaitan erat dengan gang viper di sampingnya, dia hanya sekedar bekerja sama dengan mengaitkan uang kotor di sana. Tapi meskipun begitu, itulah bagaimana dia bisa menjadi sosok Park Taesung, dia mendapatkan uang dari sana dan beruntung dia tidak mendapatkan uang dari keluarga. Sesuai yang di katakan di awal adalah dia menghidupi uang yang ia dapatkan sendiri, semua ia lakukan sendiri termasuk segala cara mendapatkan uang dalam hal yang berkaitan seperti ini.
Berbagai bar malam telah di bangun oleh gang viper sendiri dan mereka hanya ingin Felix masuk dan mengecek dengan sendirinya. Setiap pertemuan dengan gang viper akan masuk ke dalam bar dan menikmati tarian kupu kupu malam di sana. Tapi suatu malam yang sangat menyeramkan. Seorang pria baru saja memukul pria lain hingga terjatuh ke bawah, tak hanya satu kali. Dia berkali kali memukul kepala lawan nya itu dengan tongkat pemukul hingga kepala nya benar benar pecah. Orang orang yang ada di sana hanya memandang dengan senyuman menikmati karena pria pemegang tongkat pemukul itu adalah pemimpin asli dari gang viper, Changang nama miliknya. "Haha.... Berani main main di sini lagi huh... Tidak tahu saja siapa yang menguasai tempat ini...." dia membuang tongkatnya setelah beelumur darah, dia sendiri juga tak bersih dari darah yang meluncur ke tubuhnya tadi. Lalu dia berjalan masuk ke bar. Dia berhenti berjalan ketika melihat Felix duduk di salah satu sofa ruangan sambil merokok.
"Kapan kau datang?" tanya Changang.
"Melihat kau sedang bermain di luar, aku memutuskan ke dalam sendiri," balas Felix dengan tatapan dingin.
"Oh baguslah.... Kebetulan aku punya kupu kupu baru di sini," kata Changang. Lalu datang seorang wanita berpakaian pelacur datang ke depan mereka berdua. Dia adalah Nalika yang memperkenalkan diri sebagai Leya.
"Aku Leya.... Ku.. Kupu kupu baru... Di sini," dia mengatakan nya dengan ketakutan. Felix hanya terdiam tak peduli, dia lalu melemparkan dokumen pada Changang. "Aku akan pergi... Itu dokumen yang kau minta, jika pihak gang di rusia tidak mengirimkan umpan balik maka tawaran mu di tolak.... Jangan mengharap terlalu banyak dengan orang orang rusia yang kuat..." dia lalu berdiri.
"Hei... Kau tak mau mencoba nya... Dia masih perawan.... Aku baru saja mendapatkan nya, dia pasti sangat enak jika kau ingin merasakan nya," tatap Changang.
Lalu Felix melirik ke Nalika yang dari tadi menundukkan pandangan.
"Suruh dia ikut aku," kata Felix.
"Haha... Itu baru kau.... Hei... cepat ikuti dia... Layani dia dengan baik," Changang menatap Nalika yang mengangguk ketakutan lalu berlari menyusul jalan nya Felix.
Nalika masuk ke ruangan hotel yang sudah di masuki Felix tadi. Dia membuka pelan dan mengintip tiba tiba Felix menangkap kerah baju Nalika membuatnya tertarik ke dalam. Dengan cepat Felix melemparnya ke ranjang membuat Nalika terbaring di sana.
"Sudah berapa jam kau bekerja di sana?" tatap Felix yang berdiri agak jauh dari ranjang menatap serius.
"Aku... Aku baru saja di sana.... Tu.. Tuan Changang memintaku bekerja di... sana," balas Nalika sambil ketakutan.
Felix terdiam mengendurkan dasi nya. "(Aku sudah bosan melakukan ini....)" dia teringat sesuatu.
"(Apa yang harus kulakukan.... Tuan Changang memintaku untuk merayunya agar dia mau... Dia juga bilang pria ini tidak buas dalam seks jika tidak suka pada pasangan nya,)" Nalika terdiam. Lalu menelan ludah dan keluar dari ranjang, dia perlahan berjalan dan mendekat ke Felix yang terdiam serius menatapnya.
Dia meninggikan kakinya dan mencium bibir samping Felix dengan lembut. Ia juga menatap Felix dengan mata miliknya yang ketakutan dan harus mencoba menahan itu semua.
"Kenapa kau mau bekerja pada Changang?"
"Aku...." Nalika terdiam lalu melihat ke samping, melihat ke jendela. "Ibuku memiliki hutang padanya, dan dia memintaku untuk bekerja di sini... Ini adalah pekerjaan pertama untukku bersamamu, aku mohon lembut lah padaku."
Felix hanya terdiam mendengar itu, dia tak mau peduli pada urusan sesuatu. Dia mengambil sesuatu dari sakunya dan menunjukan nya yang rupanya itu obat penghilang rasa sakit.
"Minumlah ini, kau tidak akan merasakan sakit di malam pertama mu... Aku hanya ingin cepat..."
"Kenapa memberikan ku ini?" Nalika menatap khawatir.
"Karena rasa sakitnya pasti akan membunuh mu," Felix membalas dengan tatapan tajam.
--
Tak lama kemudian Nalika terbangun di ranjang yang sama. Dia bangun duduk dengan tubuh yang telanjang, tangan nya mencoba menutupi tubuhnya dengan selimut di sana. Ia melihat sekitar sudah tak ada Felix. Lalu ia sedih dan kecewa. Putus asa dalam keterpurukan nya saat ini itu sudah pasti. Tapi ia melihat sebuah kertas foto di bawah.
Ia bingung lalu mengambilnya. Foto itu adalah foto seorang gadis yang sangat manis. Berambut hitam dengan mata yang berwarna merah permen.
"(Ini.... Siapa?)" dia membalik foto itu yang bertuliskan suatu kata.
Yakni. (Amai Akai harus di temukan.)
Sudah jelas bahwa yang di foto itu adalah Neko semasa waktu dia kecil.
"Apa ini... Putrinya... Tapi tahun di sini sudah sangat lama.... Umurnya mungkin sudah melebihi ku... Siapa gadis ini?" Nalika masih bingung.
Dia berencana untuk menemui Felix di gedung perusahaan Felix sendiri.
Dia lorong dia akan berpapasan dengan seorang pria yang rupanya Negan membawa dokumen dari suatu ruangan tadi. Negan awalnya mengira Nalika hanya karyawan tapi ia berhenti berjalan ketika melewati perempuan itu.
"Hei siapa kau?" dia mendekat dengan serius.
"Ma... Maafkan aku... Aku datang untuk mencari Tuan Park," tatap Nalika dengan ketakutan.
"(Bagaimana dia bisa masuk?) Urusan apa.... Jika ingin sesuatu tinggal katakan padaku aku bisa mengatakan nya pada nya," kata Negan.
"Oh baik.... Ini... tolong kembalikan padanya.... Dia meninggalkan ini," Nalika memberikan foto itu padanya. Negan menerimanya dan terkejut melihat foto itu. "(Foto ini... Bagaimana dia bisa???)" dia kembali melihat ke Nalika yang tak tahu apa apa.
"Tunggu.... Kau sudah melihat foto ini?" tanya Negan.
"Oh... Aku... tentu saja sudah lihat... Apa ada masalah?"
" . . Tidak, maksudku... Ini masalah... Sebaiknya kau lari sekarang," kata Negan yang memperingati Nalika.
"Hah kenapa?" Nalika menjadi terkejut.
"Ini... Foto yang harus di pegang oleh Bos.... Tapi kau sudah melihatnya... Apa yang harus kulakukan..... Hiz.... Ck cepat pergi saja," kata Negan.
"Ah baik.... Sekali lagi maaf," Nalika menundukkan badan lalu berjalan pergi.
Malam itu Felix kembali datang ke tempat di mana bar Changang saat itu berada.
Kebetulan Nalika berjalan dan melihatnya. "Tuan Park!" dia mendekat membuat langkah Felix berhenti.
"Tuan Park, Anda datang kemari lagi," tatap Nalika dengan senang.
"Kau... Yang menemukan foto itu?" Felix menatap serius seketika Nalika terdiam.
"Katakan saja padaku," Felix menatap kesal dan di saat itu Changang datang. "Wo wo... Ada apa ini?"
"Aku bawa dia," kata Felix seketika menarik tangan Nalika yang terkejut.
"Ba... Bawa katanya.... Bawa.... (Itu artinya... Dia mengangkat Nalika?!)" Changang menjadi terkejut.
--
"Tunggu Tuan Park..... Aku.... Aku bisa jelaskan itu... Jangan bunuh aku kumohon," Nalika mencoba menahan diri dan lepas dari Felix.
"Kenapa tidak kau coba hibur aku di ranjang nantinya... Aku akan membunuhmu di sana..." kata Felix. Seketika Nalika terkejut mendengar itu. Dia ingat perkataan Changang padanya.
"(Ingat Nalika... Jika dia menyukaimu dia akan mengatakan kata kasar seperti membunuh atau apalah.... Tapi jika itu di kaitkan dengan ranjang yah... Terserah sih... Mungkin suka?)"
"(Tuan Park... Suka padaku!?)" Nalika menjadi tersenyum senang.
--
"Tuan Park..." panggil Nalika yang berbaring di samping Felix di ranjang. Tangan kanan Felix juga memeluknya.
"Apa menurut mu aku sangat baik dalam hal ini?" tatap Nalika yang mulai akrab sepertinya.
"Aku tidak tahu, itu kau yang nilai sendiri," Felix membalas sambil fokus pada ponsel yang di pegang tangan satunya.
"Bisa aku datang setiap hari menemuimu?" tanya Nalika.
"Jika aku tidak sibuk," balas Felix. Lalu Nalika tersenyum sendiri tapi Felix masih fokus pada ponselnya.
Hingga saat itu dia mengunjungi Felix setiap hari.Tapi suatu masa di kantor. Membuka pintu dan Felix menoleh padanya dengan cuek saja.
"Tuan Park, bisa kita kencan hari ini?" Nalika menatap.
"Aku tidak bisa," balas Felix seketika Nalika terdiam.
"Kenapa?"
"Aku akan pergi ke vegas... Aku tidak akan kembali," balas Felix sekali lagi sambil masih fokus pada pengerjaan nya.
"Tapi kenapa... Bagaimana dengan malam kita selalu?" tatap Nalika dengan tak percaya.
Felix terdiam dan menatapnya dengan bingung. "Apa yang kau maksudkan?.... Kau mengaitkan apa di sini?..."
"Tuan park... Kau suka padaku kan?" Nalika mendekat dengan panik.
Felix kembali terdiam bingung dengan mengkerut kan alis nya.
"(Jangan jangan dia...) Kau... Menganggap ku... Teman ranjang?" Nalika menatap.
"Bukankah itu yang sebenarnya terjadi? ... Apa masalahmu?"
"Tunggu... Tuan Park kau memang bersikap bodoh amat tapi kenapa kau bersikap seperti ini padaku... Katakan kau suka aku, dari awal kau ingin membantuku kan?"
"Siapa yang mau membantumu? Suka pada pelacur sepertimu adalah hal yang sangat biasa, kenapa kau se enaknya menyebutku suka padamu?"
"Tapi.... Tapi," Nalika menjadi tak percaya tapi Felix memegang kepala Nalika membuatnya terdiam.
"Cari orang lain untuk membayar mu," kata Felix lalu dia berjalan pergi.
Nalika terdiam tak percaya. "(Sekarang aku tahu... Tuan park.... Tidak tahu arti dari cinta.... Dia tak bisa membaca mana sifatnya yang suka apa tidak... Sikapnya sangat lah aneh... Jadi dia hanya menganggap ku pelacur untuknya, kupikir menyerahkan keperawanan ku padanya adalah hal yang bagus... Tapi...)" Dia menjadi terdiam putus asa. Tapi ia menjadi ingat sesuatu. "(Saat kau pulang nanti... Aku akan meminta mu untuk membantuku.... Tuan Park harus menjadi milikku, aku akan menunggumu hingga kita benar benar bertemu.)"
Nalika terlalu berharap pada Felix. Padahal Felix sudah bilang dari awal pada Neko bahwa sudah banyak wanita yang tidak tersisa. Salah satunya Nalika, jadi Nalika bukanlah wanita pertama untuk Felix. Tapi dia hanya memiliki keinginan menjadi yang pertama untuk Felix. Padahal perempuan yang pertama di pandang Felix adalah Neko sendiri.