Chereads / Bloody Line: Under The Drop of Blood / Chapter 276 - Chapter 276 Snow and Hug

Chapter 276 - Chapter 276 Snow and Hug

"Felix!! Apa yang kau katakan!! Kupikir kau bersikap cuek karena kau menerimaku!! Apa yang kau pikirkan sebenarnya... Sudah jelas aku lebih cantik dari pada gadis itu!! Ini tidak adil!!" teriak Nalika dengan kencang. Ia berteriak dengan sangat sangat lepas.

"Ini tidak adil... Aku tidak bisa menerima ini!!!" tambahnya dan seketika, ia mengeluarkan sebuah pistol tembakan peluru jarak jauh.

Felix dan Neko yang ada di sana tentu saja sangat terkejut melihat itu.

"Jika kau tak bisa menjadi milikku, maka aku juga tak akan mau melihat kau tersenyum bersamanya.... Selama ini kau tidak pernah tersenyum padaku!!" kata Nalika. Seketika ia mengarahkan peluru ke Felix.

Felix akan berjalan ke Nalika tapi peluru sudah terlepas kan.

"Awas!!!" teriak Neko. Ia melompat memeluk tubuh Felix. Refleks, Felix juga menerima tubuh Neko dengan menggendong nya. Alhasil yang terkena peluru itu adalah pinggang Neko.

"Akh...!" Neko menahan nya dengan memeluk erat baju Felix.

"Amai!!" Felix terkejut.

"Sialan!! Minggir lah kau!!!" Nalika kembali berteriak, ia juga akan kembali menarik pelatuknya.

Tapi ia tiba tiba terjatuh, di jatuhkan oleh seseorang yang menyerangnya dari belakang. Orang itu adalah Acheline, dan Acheline menyerangnya dengan menendangnya tadi. "Berani sekali kau menyakiti atasan ku yang baik itu," kata Acheline.

Tiba tiba Felix melewati Acheline dengan buru buru. Acheline menoleh dan menjadi berwajah cemas akan kondisi Neko.

"Sialan!! Apa yang kau lakukan!!" Nalika berdiri dan menyondorkan pistol itu lagi. Ia menarik pelatuk pistolnya tapi terdiam karena pelurunya tak ada.

Acheline yang dari tadi berwajah biasa menjadi tersenyum kecil sambil menunjukan isi peluru yang ia bawa.

"Hah... Kapan kau!?" Nalika menjadi terkejut.

"Sudahlah, ikutlah aku dan Boss akan mengurus mu."

"Aku tidak mau!!" teriak Nalika. Tapi ia terkejut ketika kedua tangan nya sudah terikat. "Apa?! Kapan?!"

"Haha, mungkin tidak banyak yang di ketahui orang, aku Acheline... Aku di latih untuk mengikat dan menyiksa," balas Acheline seketika wajah Nalika menjadi pucat.

--

"Ah... Apa yang kau lakukan?!!!" teriak Nalika yang dilempar Felix ke salah satu ruangan kosong rumah sakit. Felix menariknya lagi dan menjatuhkan nya di ranjang. "Kau telah menghancurkan semuanya!! Kau membuat Amai masuk ke dalam ruang gawat darurat!! Dia tengah mengandung dan kondisinya sangat lemah... Kau malah membuatnya semakin buruk!! Jika terjadi apa apa pada dia dan bayi yang ia kandung, aku akan membunuhmu!"

"Kenapa kau menyalahkan aku... Apa kau lebih memilih dia dari pada aku!!!?"

"Tentu saja!!! Memangnya siapa kau!!!" Felix menyela membuat Nalika terdiam. "Kau.... Kau.... Apa kau mau membuatku gagal!!!.... Kau dulu sangat perhatian padaku dengan sifat gila mu... Membunuh semua orang.... Dan menyelamatkan aku seorang saja untuk mengisi kehidupan mu.... Tapi kau pergi hanya untuk membawa perempuan lain.... Aku tak bisa memaafkan ini Felix!!"

"Kau sekarang membuat kesalah pahaman untuk Amai, ingat saja, jika dia tidak bangun nantinya... Aku akan membunuhmu, dari awal aku membuat kisah untuk Amai... Bukan untuk jalang sepertimu," Felix menambah lalu berjalan pergi.

Nalika menjadi terdiam kesal dan sangat marah. "(Kenapa kau seperti ini Felix.... Padahal aku yang harus kau cintai...)"

--

Felix duduk menunggu di kursi tunggu dekat ruang operasi dengan lorong yang gelap karena malam. Sudah lebih dari 6 jam dia duduk di sana menunggu dengan memegang keningnya saat ini.

"(Apa yang di lihat nya hari ini akan berdampak buruk untuk semua yang akan datang... Aku tak bisa mempercayakan satu hal pada sesuatu yang belum pasti seperti ini... Seharusnya aku menjelaskan terlebih dahulu... Tapi ini semua sudah berlalu... Aku tak mau ada pengaitan lagi di sini... Aku hanya berharap dia bisa keluar dari sana.)"

Lalu terlihat seorang lelaki datang mendekat. "Tuan Felix," rupanya Kim. "Apa yang terjadi pada Nona Neko?"

Tapi Felix hanya diam menatapnya tajam membuat Kim terdiam tak berkutik.

Lalu Felix berdiri membuat nya lebih tinggi dari Kim.

"Kau bilang padaku bahwa dia tadi hampir di serang oleh orang suruhan?"

". . . Ya... Itu benar."

"Berjaga lah di luar, jika ada sesuatu yang aneh beritahu aku..." kata Felix lalu Kim menundukkan tubuh mengerti dan berjalan pergi.

Lalu Felix kembali terdiam, ia berjalan ke balkon atap rumah sakit dengan adanya suasana malam yang ia lihat. Ia mendekat ke pagar balkon dan menggigit rokoknya. Untuk mencari korek, ia merogoh sakunya dan tak di sangka sangka menemukan korek alpha berukir serigala itu yang seharusnya di pegang Neko.

Felix mengambil koreknya itu saat meletakan Neko di ranjang rumah sakit, korek itu jatuh dari saku Neko membuat Felix mengambilnya dan menyimpan nya.

Felix menyalakan rokoknya dari api korek itu. Tapi ada yang datang memanggil nama nya di belakang. "Tuan Felix."

Felix menoleh, rupanya hanya seorang perawat yang harus sampai di balkon untuk menemui Felix.

"Maaf mengganggu waktu Anda, saya mencari Anda hingga kemari dan ingin memberitahukan sesuatu soal... Kondisi Nona Neko," kata perawat itu.

"Apa dia baik baik saja?" tatap Felix dengan tatapan dingin nya.

"Ya, kondisi Nona Neko sangat baik."

"Dan bayinya?" sela Felix.

". . . Bayi yang ia kandung untungnya selamat, peluru itu tidak menembus sampai ke perutnya, tapi... Kami ada beberapa masalah dengan kondisi Nona Neko kedepan nya," kata Perawat itu. "Nona Neko mengalami penurunan darah sangat drastis, dan masalahnya kami tak bisa menemukan darah yang cocok untuk nya, mungkin Anda bisa beritahu kami golongan darah dari Nona Neko," tatap Perawat itu.

"Biarkan dia seperti itu, aku akan menemuinya, kekurangan darah itu tidak akan berbahaya bukan?"

"Tidak akan jika di tangani dalam waktu yang tidak lama."

--

Di pagi hari, Neko masih terlihat terbaring di ranjang rumah sakit. Ia lalu perlahan membuka matanya melihat langit langit rumah sakit.

Penglihatan nya masih buram, ia mencoba merasakan tangan nya tapi ia terdiam karena merasakan sesuatu yang menahan tangan nya. Rupanya Felix duduk di kursi samping ranjang Neko dengan tertidur terangguk angguk memegang tangan Neko.

Perlahan Felix juga membuka mata dan melihat Neko sudah membuka mata. Ia lalu berdiri. "Kau sudah bangun... Aku akan mengambilkan mu segelas air," kata Felix tapi ia terdiam karena Neko menahan jari Felix.

Felix tidak jadi pergi, ia mendekat memegang pipi Neko. "Jangan khawatir, ini akan baik baik saja, kondisi mu dan bayi nya baik baik saja, tak perlu cemas," kata Felix mencoba menenangkan pikiran Neko.

"Amai... Aku benar benar minta maaf padamu, aku tidak bermaksud apa apa bersama dengan wanita itu, dia yang mendekat padaku duluan, kau harus mengerti itu," tatap Felix dengan wajah cemas nya.

Di mata Neko, Felix seperti serigala yang sedang sedih terpisah dari kawanan nya. Lalu Neko memegang pipi Felix, membuat Felix terdiam dan memegang tangan Neko, dia juga mencium nya merasakan tangan Neko berada di pipinya.

Neko terdiam sebentar hingga dia mengatakan sesuatu. "Kupikir, aku bisa menganggap mu wajar jika ada wanita yang seperti itu memaksamu, tapi sepertinya, kau membuat nya sengsara dengan menghancurkan kehidupan nya.... Aku tahu dia meminta kehidupan yang layak padamu karena dari awal itu kesalahan mu juga..." tatapnya.

Felix yang mendengar itu menjadi menghela napas panjang. "Aku malah heran ada pelacur yang ingin minta tanggung jawab, dari awal dia adalah seorang pelacur, dan sekarang dia menjadi tak punya harga diri... Tapi, aku pastikan, aku akan mengurus ini secepatnya..." Felix mencoba menenangkan Neko.

Tapi mendadak tangan Neko tertarik dan lepas dari menyentuh pipinya, juga wajah Neko yang terbuang sambil melirik. "Kapan?" tatapan nya suram.

"Amai... Aku janji, ini akan secepatnya.... Aku akan melakukan apapun, demi anak anak kita...." Felix memegang perut Neko yang masih kecil perlahan.

Neko menjadi terdiam lalu menghela napas dan juga tersenyum kecil. "Kau tahu, ini semua mengajarkan ku..." kata Neko.

Lalu Felix juga tersenyum, ia memeluk Neko dengan erat. "Hanya kau.... Hanya kau yang akan ada di sisiku selamanya...."

Sementara itu di tempat Beum, ia sedang terdiam di dalam mobilnya yang sedang berjalan. "(Sandiwara ini di buat hanya untuk membela Akai... Dia ikut dengan pria yang pandai membangun permainan, jika dia memiliki kesempatan untuk menjadi majikan, dia tak akan memilih salah satu lelaki yang mengejarnya, karena dia lebih memilih sendirian dari pada harus menyakiti orang lain. Anting yang dia pakai... Berwarna biru... Kupikir dia tidak membuang kalung hijau itu, rupanya dia benar benar menghancurkan nya... Dia telah membuat kesalah pahaman pada Matthew,)" dia terdiam memasang wajah dingin lalu mobilnya berhenti.

"(Lupakan saja, aku sudah tak di butuhkan di sini,)" Beum keluar dari mobil dan di depan nya ia menjadi terdiam menatap seseorang yang tak terlihat dalam bayangan.

Orang itu muncul yang rupanya adalah Nalika.

"Siapa kau?" Beum menatap.

"Aku dengar dari informasi milik Felix, kau adalah orang yang dulunya ingin mengajar gadis sialan itu kan?"

"Maksud mu Akai? Siapa kau bisa tahu dia?"

"Aku harus balas dendam padanya... Kau harus menolong ku... Gadis itu harus hancur, aku tadi berhasil lari dari ancaman Felix karena aku menyakiti gadis itu," kata Nalika.

"Jika kau ingin balas dendam, kau harus menunggu hingga putra mereka besar, mereka punya putra kecil. Lelaki kecil itu akan menjadi orang yang sangat kuat jika tumbuh dewasa nantinya, kunci menghancurkan mereka adalah hancurkan lelaki kecil mereka dulu," kata Beum.

"Jadi... Felix sudah punya putra? Lalu dia punya bayi yang belum lahir? Apakah itu alasan nya memilih gadis itu?"

"Aku tidak berpikir itu adalah alasan nya... Lagipula apakah itu penting...."

"Kalau begitu ayo kita bunuh sama sama."

"Tidak bisa."

"Apa?! Kenapa?!"

"Aku sudah lelah... Setiap kali aku akan mendekati gadis itu, aku selalu gagal."

"Aku akan membantumu."

"Sebenarnya kau siapa?" Beum bertanya itu dari tadi.

Lalu Nalika terdiam dengan wajah sedihnya. "Aku akan menceritakan siapa aku sebenarnya. 20 tahun yang lalu aku di panggil Leya. Namaku Nalika Leya."