Neko menoleh pelan dengan air mata sebentar. Felix yang melihat itu menjadi terdiam dan akan melangkah mendekat mengusap air mata itu di pipi Neko.
Tapi tangan Neko menahan tangan nya untuk menyentuh nya. Kini tangan Neko memegang jari Felix dan air mata masih mengalir meskipun Neko menundukan wajahnya. "Kenapa? Kenapa aku harus menangis? Kenapa aku harus peduli? Aku tidak peduli dengan apapun selama ini dari mu terserah saja jika kau mau melakukan apapun," kata Neko, lalu ia melepas tangan Felix dan membalikan badan meskipun ia tidak pergi meninggalkan Felix.
Tapi Felix terdiam berdiri tegak, ia lalu menghela napas dan mengeluarkan rokok. Sembari mencari korek di saku, ia meletakan rokoknya di mulutnya.
Tapi ia terdiam bingung sambil merogoh sakunya dengan sedikit panik berpikir. Ia lalu mengambil kembali rokok yang ada di mulutnya sambil kembali menghela napas panjang. Sudah jelas Felix meninggalkan korek nya di suatu tempat dan malah ketinggalan.
Tapi sesuatu membuatnya menoleh ke Neko. Rupanya di tangan Neko, Neko mengulurkan api korek yang telah nyala.
"(Itu....)" Felix kembali teringat, ia lupa bahwa ia pernah memberikan korek istimewanya pada Neko.
Neko mengangkat tangan nya dan Felix juga membungkukan badan menyalakan rokok nya yang ada di mulutnya. Lalu rokok itu menyala dan Felix bisa kembali berdiri lurus. "Aku benar benar lupa bahwa aku memberikan benda itu, apa kau masih ingat apa arti benda itu?" tatap Felix.
Neko terdiam, ia melihat ukuran di korek itu yang berukir gambaran Serigala Alpha yang besar.
"Alpha di gambarkan sebagai pemimpin yang sangat besar, bukan hanya pemimpin tapi juga memiliki kekuasaan yang besar, tetapi alpha di kenal sebagai pria yang memilih semua wanita," balas Neko. Di akhir kalimat nya, Felix benar benar terkejut mendengarnya.
Seketika Neko akan berjalan pergi.
"Amai... Amai... Aku tidak memilih semua wanita," Felix akan mengejar tapi Neko berteriak.
"Bodo amat, aku akan menunggumu malam ini!!" balas nya dengan nada yang kesal. Sepertinya pasangan itu bisa seperti pasangan yang lain nya.
Lalu Felix tersenyum kecil sambil bersender di mobil. "Hm... Menungguku malam ini?"
Di sisi lain, Nalika masih mengamati Felix. Ia menjadi kesal mengepal tangan nya. "(Felix.... Tega sekali kau.... Dasar pria!! Kau dulu menerimaku tanpa kekerasan dan sekarang kau malah mau mengemis dengan gadis keras itu.... Awas saja... Aku akan membalas ini, kau harus jadi milikku Felix, setelah semua yang kau lakukan padaku, merusak tubuhku,)" pikir Nalika dengan rasa marah. Lalu mengambil ponselnya dan menghubungi beberapa orang suruhan.
Sementara Neko berjalan hampir keluar tempat parkir. Tapi tiba tiba saja ada mobil lewat di depan nya begitu saja membuatnya terkejut diam. Lalu banyak orang muncul menangkapnya.
"Akh.....!!" Neko memberontak, ia juga sempat mengambil belati yang ada di pinggangnya untuk menyerang mereka. Tapi belati itu jatuh ke bawah.
Di saat itu juga, Felix yang akan pergi dari tempatnya, dengan samar samar dan nalar nya mendengar suara belati tadi jatuh. Ia langsung menoleh ke tempat Neko tadi pergi dengan lirikan dingin nya.
Di tempat itu juga, Nalika akan menghampiri Felix. "(Dengan adanya pergi gadis itu, aku bisa merayu Felix kapan pun yang aku suka, cukup mengejutkan sih gadis seperti itu ternyata bisa mendapatkan hati Felix... Tapi aku lebih profesional...)" pikirnya, lalu akan mendekat ke Felix. Tapi ia terkejut karena Felix berjalan pergi meninggalkan nya tanpa menoleh sedikit pun.
"(Felix..... Kemana dia akan pergi, sebaiknya aku panggil.) Felix!" panggil Nalika. Seketika Felix terdiam berhenti berjalan dan langsung menoleh padanya.
"Aku tidak ada waktu," balas Felix dengan tatapan serius. Ia lalu berjalan pergi.
"Hei..... Apa yang kau lakukan! Kau mengabaikan ku!! Felix...!!" Nalika terus berteriak. Tapi Felix tidak mendengarkan nya dan langsung berjalan pergi.
Neko terus memberontak di tempat itu. Beberapa orang suruhan itu pun nampak kewalahan dengan tingkah memberontak kuat Neko.
"Cepat masukan dia, ikat dia dulu," dua orang yang masih di luar mobil mencoba mengikat Neko. Tapi salah satu dari mereka yang akan mengikat Neko menjadi tertarik kerah belakangnya oleh seseorang, seketika ia di lempar hingga jauh.
Orang suruhan satunya yang tengah memegangi Neko menjadi menengadah melihat yang rupanya itu adalah Felix dengan tatapan kejam nya.
Neko juga ikut melihat lalu dengan cepat menggigit tangan orang yang menutupi mulutnya hingga berdarah.
"Akhh!!" orang itu kesakitan dan di saat itu juga, Felix memukulnya hingga menabrak mobil orang orang itu sendiri.
Neko terengah engah dan mencoba bangun tapi tiba tiba kepalanya pusing dan oleng. Untungnya Felix menangkapnya, ia menggendong Neko di dada.
Neko tidak pingsan, ia masih membuka mata menatap Felix yang menggunakan tangan nya untuk mengusap darah yang ada di mulut Neko.
"Inilah mengapa aku masih percaya bahwa di luar sana bahaya tanpa pengawasan," kata Felix.
Tapi tiba tiba Neko memeluknya. Felix mengira Neko hanya ingin memeluknya saja. Tangan Felix memegang pinggang Neko dan mulai berjalan. Tapi mendadak saja, Felix berhenti padahal belum beberapa langkah.
Ia meraba punggung Neko dan menatap tangan nya sendiri yang rupanya sudah terkena darah.
"(Apa yang?!)" Felix terkejut, ia melihat ke bawah, tepat di mana ada belati Neko. Belati itu sudah berlumur darah sebelum Felix datang dan rupanya darah itu dari Neko. Belati itu menusuk ke punggungnya.
Felix kembali menekan punggung Neko, sementara Neko sedang lemas di bahunya.
"Kenapa kau tidak bilang dari awal?" kata Felix dengan wajah cemas nya. Tapi Neko tak bisa menjawab perkataan itu, lalu Felix membawanya ke rumah sakit.
--
Terlihat Felix menunggu di kursi tunggu rumah sakit. Ia terduduk dengan pose berpikir mencemaskan kondisi Neko. "(Aku tidak perlu cemas berlebihan, gadis itu sudah banyak mengalami luka...)" pikirnya.
Sudah ada beberapa jam bahkan 4 jam lebih ia menunggu di sana. Karena merasa para perawat tidak memberitahunya, ia mencoba berdiri dan berjalan mencari Neko.
"Tuan... Ada yang bisa aku bantu?" lalu datang seorang perawat menghampiri Felix yang berjalan di lorong rumah sakit sendirian.
"Apa yang kau pikirkan?" Felix menatap.
"Aku hanya.... Ingin membantu Anda... kenapa Anda seperti terlihat buru buru berjalan kemari?" tatap perawat wanita itu.
"Aku mencari-
"Felix...!" tiba tiba ada yang memanggil Felix membuatnya menoleh dan tiba tiba pandangan nya menjadi lurus tak percaya bahwa yang memanggilnya adalah Nalika, dia wanita yang cukup keras kepala.
Dia mendekat dengan gaya cantiknya. "Felix... Kita bertemu lagi."
"Apa yang kau mau?" Felix menatap serius.
"Aku.... Kemari untuk menjenguk seseorang, bagaimana denganmu?" balas Nalika, sepertinya ia mencoba pura pura padahal ia ke rumah sakit tengah memata matai Felix.
"Kenapa? Apa ini adalah urusanmu?" Felix menatap.
Hal itu membuat Nalika berwajah kesal.
"Kau dulu sangat suka padaku bukan?!" teriaknya membuat semua orang mendengarnya.
"Jaga mulutmu di sini... Apa kau tidak memiliki tata krama?" Felix membalas dengan serius.
Di sisi lain Neko terbangun di ranjang rumah sakit. Ia bangun duduk sambil memegang perutnya. "(Pinggang ku sangat sakit,)" ia memikirkan bahwa pinggang nya baru saja terobati dari tertusuk belati tajam.
Ia melihat sekitar dan memikirkan Felix. Ia berpikir kenapa Felix tidak masuk ke ruangan nya setelah ia di operasi.
"(Apa dia menunggu di luar?)" Neko memutuskan akan melihat ke luar. Lalu ia turun dari ranjang rumah sakit. Dia menghela napas. "(Rasanya sangat berat... Dokter bilang.... Bayi yang ada di perutku hampir terkena tusukan itu juga... Ini membuat ku gila, jika seperti ini terus, bayi ini juga akan terluka... Mungkin aku akan keluar sebentar,)" Neko berjalan keluar.
Tapi saat ia membuka pintu ruangan nya untuk keluar, ia terkejut dengan wajahnya yang tak percaya. Melihat di depan sendiri wanita lain mencium bibir Felix yang di tempat umum seperti itu.
Felix melirik ke samping dan terkejut melihat Neko yang ada di sana.
-- Sebelumnya.
"Tata krama katamu..... Aku kemari untuk membalas dan mengingatkan mu apa yang kau lakukan 20 tahun yang lalu!!" teriak wanita itu seketika mendekat menarik kerah Felix hingga Felix benar benar menundukan tubuhnya dengan cepat dia mencium bibir Felix.
Di saat itu juga Neko membuka pintu dan melihat mereka. Felix melirik dengan mulutnya yang masih tertahan. Dia lalu berwajah terkejut dan seketika mendorong kedua bahu Nalika untuk melepasnya.
"Amai.... Amai.... Ini tidak seperti yang kau pikirkan!"
"Oh... Jadi itu perempuan yang membuatmu lupa padaku Felix, selera mu mana? Benar benar tidak dewasa..." Nalika melihat Neko.
Tapi... Tetesan air jatuh di bawah Neko membuat mereka terdiam. Perlahan air mata mengalir membuat Neko terlihat menangis.
"Amai!!" Felix terkejut melihatnya dan mendekat.
"Amai... Kondisimu masih sangat-
Smack!!
Tak di sangka sangka Neko menampar Felix membuat Felix terdiam.
"Aku memang sudah tahu semuanya . . . Aku sudah tahu semuanya dari jembatan itu..!" teriak Neko.
Seketika Felix terkejut. "Amai... Dengarkan aku, aku sudah bilang dia bukan apa apa."
"Aku wanita milik Felix!!" Wanita itu si Nalika menyela mendekat langsung memeluk lengan Felix di depan Neko.
"(Aku akan membunuhmu...)" Felix melirik tajam dengan melepas lengan nya.
"Aku tak bisa menerima ini...." Neko mengepal tangan menatap ke Nalika.
"Apa? Kau tidak mungkin akan di pilih Felix bukan? Kau kurang tinggi," kata Nalika dengan nada merendahkan.
"Nalika, jika kau bicara lagi aku akan menyeret mu, tidak kah kau melihat aku tengah menyelesaikan suasana Amai," Felix menyela dengan tatapan kesal.
"Hah?! Jadi gadis ini memang yang kau suka?! Lalu untuk apa keperawanan ku selama ini yang telah di ambil olehmu, apa aku harus bilang bahwa kau adalah pria brengsek!!" teriak Nalika.
Lalu Felix kembali berteriak. "Apa kau lupa apa yang aku katakan waktu itu?!"
Seketika Naika terdiam mendengar itu.