Chereads / Bloody Line: Under The Drop of Blood / Chapter 274 - Chapter 274 Snow and Hug

Chapter 274 - Chapter 274 Snow and Hug

Esoknya Hwa ikut Neko ke rumah sakit.

"Beberapa minggu lagi anda bisa kemari untuk pemeriksaan lagi. Kandungan anda berusia 3 minggu, anda harus sering menjaga kesehatan nya," kata Dokter.

Hwa yang dari tadi bingung hanya diam hingga ia bertanya pada Neko di jalan pulang keluar rumah sakit.

"Ibu... Apa kau sakit?" tanya Hwa, lalu Neko menoleh membelai kepala Hwa.

"Ibu dengar dari Ayah mu, Apa kau ingin adik?"

" . . . Adik... Apa itu yang di bicarakan temanku, dia punya adik kecil yang manis, Ayah juga bilang Ayah akan membuatkan adik untuk ku, aku bisa menjadi kakak yang baik," kata Hwa.

"Teman mu, memiliki adik lelaki atau perempuan?"

"Dia punya adik lelaki, meskipun begitu dia benar benar manis."

"Kalau begitu kau ingin adik lelaki atau perempuan?"

"Hm..." Hwa menjadi terdiam berpikir lalu menjadi terpikir sesuatu. "Aku ingin laki laki."

" . . Hm... Kenapa? Bukankah perempuan juga manis."

"Hanya ibu yang satu satunya perempuan yang bisa tersenyum padaku," kata Hwa, lalu Neko tersenyum dan meletakan kepala Hwa di perutnya.

"(Perut ibu...) " Hwa terdiam merasakan sesuatu.

Lalu Neko menatap langit. "Sepertinya adikmu akan lahir setelah musim salju," kata Neko.

"Musim dingin... Salju... Apa benar memang begitu?"

"Ya, ketika musim dingin tiba dan setelah itu adikmu akan lahir."

"Kenapa masih lama sekali."

"Itu tidak lama, itu cepat untuk ibu."

"Lalu ibu, aku lahir di musim apa?" Hwa menatap.

"Musim dingin, jadi kau harus bersikap layaknya musim dingin yang lembut Hwa."

"Un...Ya aku akan bersikap menjadi orang baik sedunia, aku akan tersenyum pada ibu setiap hari."

"Haha... Ibu harap," Neko tertawa kecil, Hwa awalnya tersenyum tapi ia menjadi terdiam berpikir. "(Kadang aku berpikir, ibu bukanlah seseorang yang bisa di rendahkan. Apa dia gadis yang kuat dulu dan sekarang menjadi lembut hanya dengan menjalin keluarga ini. Aku hidup di dua kehidupan.

Tapi kenapa rasanya aku hanya bisa hidup di dunia pertama. Di dunia kedua ini aku benar benar tak bisa mengerti apapun. Mata milikku berwarna biru sama seperti Ayah, tapi aku juga ingin memiliki mata berwarna merah sama seperti ibu. Aku ingin menjadi penerus garis tembakan milik ibu, bukan Ayah. Karena ibu sangat mengagumkan.)"

"Hwa?" Neko terdiam menatap Hwa yang mengalamun.

"Ibu... Ada apa?" Hwa tersadar dan menoleh.

"Apa kau marah, atau apa?"

"Marah?... Tidak... Aku justru tidak sabar menjadi seorang kakak, tapi... Ngomong ngomong Ibu... Apa aku boleh memiliki warna mata seperti ibu?" tatap Hwa membuat Neko terdiam.

"Apa maksudmu?"

"Ibu... Sebenarnya aku ingin memiliki warna mata merah seperti ibu, bagaimana caranya ibu?" Hwa menatap manis. Tapi Neko menjadi menghilangkan senyum nya itu menjadi sedih. Seketika Hwa terkejut melihat senyum Neko hilang. "(Apa yang kulakukan...?) M... Maksudku... Aku hanya bercanda ibu!!"

"Bercanda?"

"Y... ya... Aku... Aku sangat suka mata ini... Mata Ayah... Hehe... (Aku harap ibu tersenyum,)" Hwa menatap tidak nyaman. Lalu Neko benar benar tersenyum dan membelai kepala Hwa.

"Hwa... Ibu tahu, kau sedang mencoba membuat ibu tersenyum bukan...? Tapi harus kau tahu... Senyuman yang paling bagus itu adalah milikmu, tetaplah tersenyum untuk menggantikan sebuah kekecewaan," kata Neko.

"Ya Ibu... Aku berjanji aku akan selalu tersenyum untuk Ibu."

Tak lama kemudian ada mobil datang dan yang mengemudi adalah Kim.

"Ibu," Hwa memanggil dengan memegang tangan Neko. Neko menoleh dengan bingung.

"Aku ingin ke kantor Ayah, aku ingin menemuinya di sana, Ibu di rumah saja agar adikku tidak terluka dan sakit," tatap nya dengan wajah khawatir.

Lalu Neko tersenyum kecil. "Baiklah, jangan terlalu mengganggunya."

Sementara itu Felix berada di kantornya sama seperti biasanya, tapi tak lama kemudian Acheline datang masuk. "Boss, sepertinya ada yang mencarimu," kata Acheline. Lalu Felix menoleh padanya dengan mengangkat satu alisnya.

"Seorang wanita yang berlagak cantik di sini tengah menunggumu di ruang pertemuan."

"Aku tak ada jadwal pertemuan."

"Ya tapi ini... Dia terus saja memaksa dan mengaku sebagai... Kekasihmu," balas Acheline, seketika mata Felix melebar, ia segera berdiri dan berjalan melewati Acheline dengan pergi ke ruang pertemuan.

Di saat membuka pintu, terlihat seorang wanita yang rupanya itu Nalika menunggu duduk di sana. Ia menoleh dan seketika wajahnya menjadi senang. "Felix!!" ia berdiri dan berjalan dan langsung memeluknya.

Felix terkejut dan mendorong bahunya dengan satu tangan nya. "Apa yang kau lakukan di sini?" tatap Felix dengan wajah datar dan dingin itu menatapnya.

". . . Felix... Aku ingin bertemu dengan mu tentunya."

"Kenapa kau bisa tahu aku di sini?"

"Seorang pelayan gadis mu itu telah memberitahuku," balas Nalika. Seketika Felix terkejut. "(Gadis? AMAI?!)"

"Felix? Kau baik baik saja kan? Ayo kita keluar bersama, atau langsung ke hotel?"

"Sebaiknya kau pergi," kata Felix. Seketika Nalika terkejut. "Kenapa?"

"Aku sedang sibuk di sini, dan lagi, jangan sembarangan memanggil seseorang sebagai pelayan," tambah Felix. Ia lalu berjalan pergi, tapi ia berhenti dan menoleh ke belakang karena Nalika menahan tangan nya.

"Felix, aku sudah jauh jauh datang kemari dan kau malah pergi hanya demi pekerjaan dan apa maksud mu tidak bisa menyebutkan pelayan, sudah jelas kita kasta tinggi dari pada mereka yang rendahan... Gadis itu, dia bersikap sangat tidak sopan, mulai dari perkataan dan lirikan nya itu padaku, sebaiknya kau pecat saja," kata Naika yang masih menganggap Neko sebagai pelayan.

"Sudah aku bilang, pergilah sekarang," balas Felix dengan singkat, ia lalu berjalan pergi. Nalika yang merasa tak terima menjadi terdiam kesal. "(Felix.... Awas saja... Aku akan mengejar mu sampai kau ingat apa yang kau lakukan padaku di masa lalu.)"

Felix berjalan ke kantor, ia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Neko.

Meskipun sangat lama menunggu, tapi Neko benar benar mengangkat nya. "Ada apa?"

"Apa kau bertemu dengan wanita saat aku pergi?" tanya Felix.

"Memang nya kenapa? Wanita itu bukan kah ingin kau melamarnya, tak apa jika dia datang hanya untuk menikah dengan mu, aku sengaja memberitahu kantor mu agar dia bisa senang dan cepat berbicara dengan mu," balas Neko. Ia menggunakan nada agak santai dan merendahkan.

Felix menjadi mengepal tangan. "Kemarilah sekarang, aku menunggumu."

"Tidak bisa," balas Neko membuat suasana terdiam. "Aku tidak akan mengganggumu," balas Neko dan di saat itu juga Neko menutup ponselnya. Felix terdiam, seketika aura hitam muncul. "(Wanita itu.... Benar benar sialan, jadi itu sebabnya Amai akhir akhir ini selalu begitu...)" ia kesal pada Nalika. Bagaimana bisa Nalika mengatakan merendahkan Neko di depan Felix yang merupakan suami dari Neko sendiri.

Tampak Neko berada di dapur memasak air. Ia melihat sekitar dan masih memikirkan pembicaraan nya dengan Felix tadi. "(Untuk apa aku mau bertemu dengan nya, kemarilah sendiri jika mau, aku tak mau memamerkan hal ini di depan semua orang, terserah jika kau punya orang lain yang harus kau pikirkan,)" pikirnya. Tapi ada yang menekan bel rumah membuatnya berjalan ke pintu untuk membuka pintu.

Tapi tiba tiba ada orang tak di kenal langsung menyerangnya dan menangkapnya. Mereka menutup kepala Neko dengan kain hitam dan langsung mengangkat tubuhnya.

Neko mencoba memberontak, tapi tidak bisa. Mereka begitu kuat hingga Neko di berhentikan di suatu tempat. Penutup kepalanya di buka dan Neko bisa melihat bahwa di depan nya adalah Felix.

"Aku terpaksa melakukan hal ini," kata Felix. Rupanya ia yang meminta orang suruhan untuk membawa Neko ke kantornya agar ia bisa bertemu dengan Neko.

Tapi sepertinya wajah Neko hanya menunjukan wajah kesal nan dingin nya itu.

"Aku hanya ingin bertanya, seberapa banyak kau mengaku bahwa kau adalah seorang pelayan di depan wanita itu?" tatap Felix.

"Apa kau gila?" tanya Neko membuat Felix terdiam.

Lalu Neko perlahan berdiri, ia membersihkan tubuhnya sendiri. "Jika ingin meminta pembicaraan dengan ku tak perlu melakukan sandiwara ini lagi, kau tahu aku tidak suka hal yang seperti ini, aku memang tidak suka semua hal di sini... Dan aku juga tidak mau bicara apapun di sini, tak ada yang harus di bicarakan pula. Aku pergi..." kata Neko. Ia langsung berbalik dan berjalan keluar dari kantor Felix.

"Amai!" Felix menjadi menyusulnya hingga ke lorong kantor.

Di sisi lain, Rupanya Nalika belum pergi dari kantor Felix. Ia keluar dari ruang pertemuan dan mendengar teriakan Felix memanggil nama tadi.

Nalika menoleh ke sisi lain lorong. "(Apa itu tadi suara Felix?)" karena penasaran, ia menuju ke asal suara. Suara itu menuju ke parkiran gedung dan rupanya benar. Naika melihat Felix yang tinggi terlihat di balik mobil.

"(Itu Felix? Sendirian,)" Nalika melihat Felix di balik mobil itu. Ia tidak tahu bahwa di balik mobil itu ada Neko di depan Felix.

"Amai! Tunggulah aku di sini dulu, kau harus mendengarkan aku," kata Felix sambil menahan lengan Neko. Di saat itu juga Nalika baru sadar bahwa Felix tidak sendirian.

"(Felix tidak sendiri? Dia bicara dengan siapa?)" pikir Naika, lalu ia mencoba berjalan ke sana mendekat melihat secara diam diam.

--

"Lepaskan aku!!" teriak Neko yang melepas tangan Felix. "Untuk apa kau menghentikan ku seperti ini, teriaki saja aku dengan penjelasan aneh mu itu!! Kau pikir aku hanya pajangan untuk mu... Kau pikir aku untuk dirimu sendiri, kau seharusnya memberitahu semua orang bahwa aku lebih dari apapun!" tambah Neko.

Lalu Felix terdiam. Neko yang melihat Felix tak membalas perkataan nya menjadi menundukan wajah dan hampir menangis.

"Jangan sampai malam gelap kembali lagi dan memanggil kelelawar malam," kata Neko, ia lalu berbalik akan berjalan pergi.

Tapi Felix melontarkan perkataan pelan. "Dari awal kau adalah nomor satu untuk ku, jadi prioritas ku adalah kau," kata Felix. Lalu Neko terdiam berhenti berjalan mendengar hal itu.

"Bukankah sudah ada banyak yang bilang soal aku dan hubungan semua wanita selain kau," tatap Felix.

Lalu Neko mengingat perkataan yang selama ini ia dengar termasuk perkataan yang membahas soal Felix memang banyak berhubungan dengan wanita, tapi dia menolak semuanya. Tidak bisa di pungkiri bahwa saat ini yang terlihat hanya satu wanita saja.