Chereads / Bloody Line: Under The Drop of Blood / Chapter 267 - Chapter 267 Snow and Hug

Chapter 267 - Chapter 267 Snow and Hug

"Kau tidak tahu apa yang aku hadapi saat itu... Kenapa kau bisa saja bilang selamat tinggal padaku!!!" Neko berteriak.

"(Aku membiarkanmu melakukan apapun saat itu, aku juga membiarkanmu pergi sendirian, tapi kenapa saat itu pikiranku selalu saja di isi oleh wajahmu... Hanya karena aku tidak bisa mengungkapkan rasa yang ku alami padamu, kau mau bersikap sangat drastis padaku...

Kau membuatku menyesal, kau yang paling sialan... A... Aku benar benar tidak suka padamu...)" Neko menangis dengan gemetar, ia perlahan menurunkan tubuhnya dan menutup mulutnya dengan banyak nya air mata menetes di bawah. Selama 10 tahun terakhir, dia benar benar baru ingat soal Matthew. "Aku... Ingin... Kau di sini.... (Matthew....) Aku sangat.... Merindukan mu...."

"(Mengingat itu semua benar benar membuat kepalaku sakit, dan jantungku tak mau berhenti berdegup sangat cepat. Aku benar benar sudah ketakutan, aku ingin sekali saja melihatnya.)"

Neko menjadi terdiam dengan air mata yang masih mengalir. Dia tak bisa berhenti mengingat lelaki masa lalunya yang sangat istimewa.

"(Kau mengisi masa laluku tidak lebih dari 2 tahun, tapi kenapa ini membuatku sakit ketika melihatmu... Aku memilihmu karena kau bukanlah lelaki yang sengaja brengsek seperti kakak nya... Entah mau bagaimana lagi aku tak bisa apa apa.)"

Sementara itu, Felix berjalan melihat di sekitar jembatan, tapi ia berhenti berjalan dan melihat langit yang gelap.

"(Untuk kita, ini adalah tahun yang baru... Aku ingin tahu apa yang akan di pikirkan nya di tahun baru ini nanti, saat salju turun, di sana juga ada kembang api muncul, ketika salju turun, di saat itulah tahun akan berganti,)" dia kembali berjalan sambil mengingat Neko.

Dia memakai setelan jas nya dan untuk penghangat, ia memakai mantel hitam, ia terdiam sambil berjalan.

"(Memiliki gadis itu sangatlah sulit, ini antara mempertahankan nya dari banyak orang yang telah menyakitinya atau malah keterpurukan nya, gadis yang terlahir manis dengan umur yang abadi kecuali jika di bunuh dia akan tetap mati. Menikahinya adalah impian ku dari awal, memata matainya adalah rencana ku dari awal, tapi jika bertemu dengan nya... Ini adalah takdir, jika saat itu aku tidak bertemu dengan nya, aku hanya akan mengingat bahwa aku pernah membuat gadis itu menjadi gadis kutukan,)" pikir Felix. Ia mengingat dirinya di masa lalu ketika ia membunuh ibu Neko. Ia masih ingat darah ibu Neko mengenai mata Neko. "(Apa yang membuat warna matanya merah adalah apa yang masuk ke dalamnya dan pikiran nya yang ikut melihat hal itu... Itu bukan rencana ku menjadikan nya seperti itu, tapi mau bagaimana lagi. Rencana ku satu itu benar benar sempurna meskipun aku tidak pernah berpikir hal yang lain. Dia cantik, manis dan juga sangat imut. Di tubuhnya yang begitu, dia juga seorang ibu yang baik. Mungkin dia memang memiliki impian membuat sifat hwa tidak sama seperti kita.)"

Tapi di depan ada wanita berjalan dan menoleh padanya, awalnya wanita itu menjadi berhenti berjalan ketika melihat Felix. Dan itu membuat nya menghalangi jalannya Felix, Felix sendiri terdiam menatap nya.

"Felix... Felix... Kau beneran Felix kan?!" wanita itu menatap. Di saat itu juga mata Felix menjadi lurus tak percaya. Sepertinya wanita itu dan dirinya memiliki sesuatu.

--

Neko terdiam melihat air mengalir di jembatan itu. Dia juga masih memegang surat itu di tangan nya.

Dengan tatapan kosong yang melihat ke bawah, tubuhnya sudah kedinginan karena menunggu Felix yang belum datang.

"(Aku benar benar menjadi ragu dengan pilihanku ini, aku sedang tidak baik baik saja, aku menjalani permainan di atas permainan itu sendiri. Aku merasa kedatangan nya itu seperti ibarat kereta api yang datang singgah di sebuah stasiun, hanya satu kali lebih tepatnya. Kau pernah bilang padaku, kau sedang berusaha menolongku dengan membuat senyuman di wajahku, tapi aku benar benar telah menolakmu... Kau menyakitiku dengan hati milikmu, saat aku terluka kau juga akan kecewa... Aku benar benar tak bisa melupakan mu... Kenapa kau mengingatkanku hari ini... Padahal aku benar benar sudah melupakanmu,)" Neko menutup mata dan menengadah terdiam. Di saat itu juga satu butiran salju turun di hidungnya. Ia mengambil butiran itu yang tak lama menghilang, dia juga melihat langit, salju sudah turun perlahan. Mulut Neko mulai mengeluarkan napas hangat. Lalu mendengar sesuatu dari belakang, ia menoleh dan rupanya Felix. "Kau sudah lama di sini?" Felix mendekat dan menundukkan tubuh memeluk Neko, Neko terdiam. Tangan nya juga ikut memeluk Felix.

"Aku. . . Baru saja sampai," balas Neko, tak di sangka sangka dia benar benar berbohong dengan lembut. Felix melihat tangan Neko dan pipi Neko. Ia lalu mengambil tangan Neko yang rupanya sudah sangat dingin.

"(Dia sudah ada di sini dari tadi, kenapa dia berbohong?)" sepertinya Felix mengetahui kebohongan Neko itu.

Lalu Felix mengangkat Neko membuat Neko terkejut, Felix meletakan Neko duduk di atas pagar jembatan yang tidak terlalu berbahaya.

"Hei, apa yang kau lakukan?! Di sini berbahaya?!" Neko menatap panik.

"Aku akan menahan mu, siapa suruh kau menjadi gadis pendek," balas Felix dengan tangan nya yang menahan pinggang Neko. Mereka saling menatap dengan wajah Neko yang terdiam merona.

Lalu salju juga di susul turun, sedikit demi sedikit turun. Neko menjadi teringat sesuatu. Ia selama ini membawa sesuatu. "Aku..... Aku membawa sesuatu.... Untuk mu," kata Neko.

Felix terdiam mengangkat satu alisnya, tidak biasanya Neko mengatakan hal itu.

Lalu keluarlah sebuah syal yang selama ini ia tahan. Syal spesial yang di buat oleh Neko. Felix membuka mata lebar.

Lalu Neko memakaikan syal itu di leher Felix. "(Untungnya sangat pas,)" pikir Neko.

Lalu Felix menatap ujung syal itu yang bertuliskan namanya sendiri. "(Sangat cantik,)" ia menjadi tersenyum kecil. Lalu mendekat mencium bibir Neko.

"Kenapa kau tidak mengatakan apa apa? Bilang saja jika syal itu jelek," tatap Neko dengan wajah yang masih malu.

"Kenapa aku harus mengatakan nya, bukankah aku sudah tersenyum untuk memberikan nilai, syal ini sangat bagus... Terima kasih," kata Felix. Seketika Neko terdiam kaku mendengar itu.

"(Dia benar benar menyukainya....)" Neko menatap Felix, tapi ia menjadi terdiam ketika melihat sebuah bekas ciuman lipstik di baju bagian dada Felix.

"(Itu.... Apa?)" Neko menjadi terdiam mencoba menebak.

"Sebentar lagi kembang apinya akan muncul, apa kau mau membuat permintaan?" tatap Felix.

"Aku...." Neko menjadi ragu tapi tiba tiba Felix menggendongnya di dada membuatnya terkejut.

"Kau sangat dingin," kata Felix mendekat mencium telinga Neko. Neko terdiam menatap matanya, mereka berdua sama sama menatap.

"Ya... Aku ingin membuat permintaan," kata Neko, lalu mereka menjadi mencium bibir. Di saat itu juga kembang api muncul dan kertas yang di bawa Neko tadi telah pergi jatuh ke jembatan, terbawa arus air di sana.

"(Aku hanya akan menjadi tahu... Soal perasaan yang aku simpan ini akan menjadi milik orang lain, aku juga tidak bisa menyatakan hal ini, mungkin aku akan menyesal lebih dulu....)" Neko terdiam setelah mencium Felix.

"Aku tahu yang kau pikirkan... Amai," kata Felix membuat Neko kembali menatapnya.

"Kau memikirkan lelaki pertama bukan... Aku tahu ini sulit untukmu, tapi kau sudah bersama denganku," Felix menambah.

". . . Bagaimana kau bisa tahu, aku sedang... Memikirkan nya?" Neko terdiam tak percaya.

Sebelumnya, Felix berjalan keluar dari gedung, pekerjaannya sudah selesai dan akan bertemu dengan Neko. Tapi saat ia akan membuka mobilnya, ia melirik ke samping bahwa di sana ada Beum yang datang mendekat. Felix tak jadi masuk dan berdiri datar menatap Beum.

"Ini waktu yang tepat bukan," tatap Beum. Felix hanya memasang wajah mengerikan itu padanya.

Pria besar itu benar benar tak menyukai lelaki yang kejam itu.

"Sebenarnya, aku ingin memberitahumu... Gadis itu telah menerima sebuah surat dari adikku dan dia pasti akan sangat sedih soal itu, karena dia tak suka surat terakhir dari seseorang... Sebagai seorang yang terlahir hebat, kau pasti bisa mengerti dan tahu perasaannya, kita semua menjalani kehidupan sesuai cerita dan dia sendiri yang paling di bicarakan di sini... Aku suka pada akai... Tapi ada orang lain yang lebih menjaganya, dan ada juga orang lain yang berusaha untuk hanya bersamanya. Setiap orang yang mendekat padanya akan menjadi berpikir mereka tak sempurna jarena tak bisa membedakan penjagaan, dan permainan... Aku memang dari awal mengganggunya, tapi dia benar benar membuatku terpengaruh dengan kesedihan nya... Jadi, kau lah orang pertama untuk nya... Ini hanya pesan terakhir dari adikku.. Untukmu... Ini juga bukan niatku tapi harus kulakukan" Kata Beum. Tiba tiba ia menundukan badan membuat Felix terdiam.

"Matthew bilang.... Tolong jangan buat dia menangis," Beum menambah.

-

Saat Felix di jembatan tadi dan masih bertemu wanita tadi, dia menjadi ingat pada wanita itu.

"Kau ingat aku kan Felix... Aku Naika.... Kekasihmu," kata wanita itu. Felix terdiam dan menatap sambil berkata datar. "Ya, aku ingat."

"Bagus.... Aku sangat merindukanmu," tiba tiba wanita itu memeluk Felix, dia juga tak di sangka sangka warna bibirnya terkena di baju Felix.

"(Jangan membuatnya menangis dia bilang, Amai selalu menangis di depanku, bagaimana bisa aku tidak mengatakan tak bisa padanya... Aku tahu ini sulit untuknya menerima semuanya kenyataan tapi dia bebar benar lupa, kehangatan apa yang harus di berikan pada Hwa, aku juga tahu Hwa tak pantas untuk ikut hal yang seperti ini... Ini masalah dingin... Bukan masalah hangat. Amai memikirkan lelaki itu setengah mati hanya karena dia telah menyesal dengan apa yang terjadi saat ini. Dia tak pernah menolak memikirkan nya, ini semua juga kesalahanku... Membuatnya menderita seperti ini,)" Felix terdiam menatap langit di perjalanannya menemui Neko di jembatan. Dia juga melihat salju perlahan turun.

"(Sepertinya masa lalu Amai sudah berakhir sampai sini, kini aku malah menjadi takut dengan apa yang terjadi di masa depan karena sebentar lagi ada yang membebani pikiran ku sendiri, yakni masa lalu ku.)"