Chereads / Bloody Line: Under The Drop of Blood / Chapter 263 - Chapter 263 Snow and Hug

Chapter 263 - Chapter 263 Snow and Hug

"Menyembunyikan apa, katakan saja padaku," Felix menatap bingung.

"Dari awal aku sudah tahu, kau mencoba mengatakan sesuatu padaku?" Neko menatap kesal.

"(Apa yang dikatakan nya? Aku belum memberitahu apapun?)" Felix terdiam, ia tidak tahu bahwa Neko tadi mendengarnya langsung dari Acheline yang keceplosan tadi. Lalu ia mendekat menarik Neko dan mengangkatnya. Tapi tiba tiba Neko menampar nya membuatnya terdiam.

"Kau tidak pernah bilang padaku bahwa Matthew telah mati!!" kata Neko dengan wajah yang sedih bercampur kesal.

". . . Apa kau lupa apa yang kau katakan sendiri padaku, kau tidak mau membahas dan tidak ingin tahu hal ini," tatap Felix seketika Neko terdiam sendiri.

"(Kenapa aku mengatakan itu.... Aku benar benar bodohhh.) Kau tidak.... Kau tidak.... "

"Aku mengerti hal itu, kau sudah mulai mengerti sekarang, karena kau sudah tahu untuk apa kau menyimpan rasa kesalmu itu lagi."

"Ini.... Tetap salahmu," Neko menyela dengan sedikit demi sedikit tetesan air mata mengalir di pipinya.

"(Hm... Sangat manis,)" Felix menjadi tersenyum sendiri lalu berjalan ke kamar dengan masih membawa Neko.

"Lepaskan aku... Biarkan aku sendiri."

"Tidak bisa, kau sendiri pastinya akan menyakiti dirimu sendiri, aku di sini berada di sisi mu... Menjaga mu agar kau tidak melakukan hal yang aneh, kau seharusnya menjaga hal itu," kata Felix. Lalu ia perlahan mengusap air mata yang terus mengalir di wajah Neko.

Perlahan Neko menutup mata merasakan tangan Felix yang terus mengusap wajahnya.

Tapi tak lama kemudian, Felix terdiam dengan Neko yang tidak membuka mata.

Ia mendekat, rupanya Neko tertidur. "(Ini tidak seperti biasanya saat dia terkena siklus agresif itu,)" pikirnya, ia lalu keluar dari ranjang dan menyelimuti Neko sambil menatap wajah Neko. "Haaa.... (Aku tahu kau menahan amarahmu... Karena itulah kau lebih memilih untuk tidur,)" ia menghela napas panjang.

Sementara itu Hwa di bawa Acheline ke atas tebing pulau yang tersinari cahaya bulan.

"Acheline... Kenapa kau membawaku kemari?"

"Tunggulah sebentar disini Hwa.. Sesuatu akan terjadi," kata Acheline. Hwa terdiam, ia berjalan melihat lautan gelap itu lalu tak lama kemudian muncul sebuah kelip kelip yang berterbangan di susul banyak sekali yang datang di sana.

"Waahh... Itu..." Hwa melihat dengan senang.

"Itu adalah kunang kunang, pulau ini adalah pulau kunang kunang. Setiap malam mereka ke atas pulau seperti tebing ini dan terbang seperti ini," kata Acheline.

"Ini sangat hebat.... Aku benar benar baru pertama kali melihat kelip kelip."

"Haha itu sangat manis, apa Nona Amai tak pernah memberitahumu?"

"Ibu selalu memberitahumu soal hewan termasuk kunang kunang, tapi meskipun itu hanya sesuatu yang keluar dari bibirnya tapi aku masih bisa merasakan kehangatan dan kebersamaan ibu," kata Hwa. Acheline yang mendengar itu menjadi terdiam dan tersenyum kecil.

Lalu ada satu kunang kunang yang mendekat di atas rambut kepala Hwa. "Biar aku mengambilnya," Acheline mengambil kunang kunang itu, untuk sebentar, dia berpikir sambil melihat rambut Hwa.

"(Rambut milik Tuan Kecil sama seperti Akai, warnanya hitam gelap, tetapi mata miliknya lebih sama seperti Boss,)" pikirnya, lalu ia berlutut dan menunjukan kunang kunang itu pada Hwa yang ada di tangan nya.

"Acheline, kenapa kunang kunang seperti lampu?" tanya Hwa, lalu Acheline terdiam berpikir. "(Gimana ya jelasin nya, kalo jelasin secara logika dia bakal tidak ngerti... Lebih baik aku mencoba menggunakan bahasa ku sendiri,)" pikir Acheline.

"Acheline?" Hwa menatap bingung karena Acheline menjadi terdiam.

"Jadi begini, cahaya kunang-kunang adalah bahasa cinta, dengan kata lain, kunang-kunang bersama dengan lampunya untuk mencari romansa ibarat kata, kunang-kunang jantan menampilkan lampu untuk menarik perhatian si betina. Sementara kunang-kunang betina merespons sinyal itu dengan menciptakan lampu mereka.

Nah, kunang-kunang betina rupanya lebih tertarik pada jantan yang bisa menyalakan lenteranya dalam durasi lama. Saat kunang-kunang jantan dan betina menemukan satu sama lain, mereka akan mematikan lampu dan kawin. Di malam berikutnya, kunang-kunang jantan akan mencoba menyalakan saklar lampu betina lainnya. Namun, cahaya bagi kunang-kunang atau serangga lain tak akan mengganggu," balas Acheline.

"Waw, ini seperti kisah cinta yang bagus," tambah Hwa.

"Yup," Acheline ikut mengangguk.

"Apa ini seperti Ibu dan Ayah?" tanya Hwa, seketika Acheline terdiam. "A... Apa maksud mu Tuan Kecil?"

"Yah kau tadi bilang si jantan menarik perhatian si betina dengan cahaya nya, itu artinya aku itu adalah kelebihan dari hewan kunang kunang dalam siklus kawin, si betina akan menerimanya dengan membalas cahaya lampunya menandakan ia juga tertarik pada si jantan. Itu artinya mereka memiliki kelebihan yang sangat mencolok, sama seperti ayah dan ibu. Ayah sangat terlihat seperti pelindung dengan tubuh besarnya, dia juga bermartabat dan ibu, dia sangat cantik dan manis," kata Hwa. Mendengar itu bagaimana tidak kaget, Acheline sekarang menjadi terdiam. "(Lelaki ini?.... Lebih pintar dari pada aku.)"

-

Perlahan Neko membuka mata, masa lalunya bersama Matthew teringat kembali, dari awal hingga akhir. Terbaring terdiam di ranjang membuatnya semakin memikirkan Matthew.

Tapi tak di sangka sangka, di samping ranjang ada Felix yang duduk di kursi menghadapnya di ruangan itu.

"Kau sudah selesai mengingat masa lalu mu?" tatap nya dengan datar, lalu Neko bangun duduk. Ia membuang wajah tak mau menatap ke Felix yang hanya menatapnya juga.

"(Kenapa aku memikirkannya, aku sudah tak mau memikirkannya,)" Neko terdiam kecewa dengan masih duduk di ranjang dengan Felix yang ada di tempat agak jauh dari ranjang. Felix terdiam melihat Neko tak bergerak kemanapun, seperti terlihat meratapi sesuatu. Lalu ia melihat ke jam dinding.

"Ini sudah waktunya, kau harus meminum darah, kau tidak ingin menggigitku?" tatap Felix, dia berdiri dari kursi tadi dan melepas baju atasnya.

"(Aku sedang tidak mau,)" Neko hanya terdiam menutup matanya sambil masih membuang wajah. "(Aku sedang tidak mau... Aku juga tidak mengalami siklus agresif... Aku tidak butuh itu,)" ia mencoba menolaknya.

Lalu Felix menoleh dan menghela napas panjang. "Ha.... Apa kau lebih memikirkannya huh?"

"Apa yang kau maksud, aku sudah jelas memikirkannya!!!" Neko menjadi menyela tiba tiba dengan bangun duduk. Tapi ia menjadi terkejut sendiri sambil terdiam kaku. Ia tak sadar apa yang ia ucapkan tadi di depan Felix.

Sekarang wajah Felix benar benar sedang dingin dan berubah drastis, ia membuka laci di samping mejanya lalu mengambil sebuah silet. Neko terdiam menatap itu, lalu Felix mendekat dengan masih membawa silet itu.

"Apa aku di sini benar benar belum cukup untukmu aku memang menghancurkan hidupmu tapi bukan berarti orang yang berubah bisa menjadi pahlawan untukmu, aku datang terakhir untuk membuatmu memasang wajah yang kaku setiap hari.

Aku menunggu 19 tahun untuk menyentuhmu, saat aku menyentuhmu untuk pertama kalinya, apa kau juga benar benar tidak memikirkanku... Katakan padaku apa yang kurang padaku saat ini," bisiknya membuat Neko terdiam dan diam diam tanganya sendiri gemetar.

Felix menatap nya lalu mengarahkan ujung silet itu ke bawah leher sampingnya membuat Neko terkejut.

"A... Apa yang kau lakukan...?!" dia menahan tangan Felix menyakiti dirinya sendiri.

"Kenapa kau menghentikan aku, bukankah kau lebih senang jika aku terluka, aku mati agar kau bisa bebas tanpa ada larangan memikirkan siapa saja selain aku?" tatap Felix. Ia masih meletakan ujung silet itu di lehernya sendiri.

Lalu Neko kembali menangis. "Satu satunya hal yang membuat ku senang adalah bisa membuat senyum untuk seseorang, aku sudah berusaha menutupi semuanya di depan Hwa, dan aku sudah menyerahkan semua hidupku padamu, hal ini membuat ku tergantung padamu karena kau memang membuatku begini... Jika kau ingin terluka, ingin mati... Ajaklah aku... Agar di mata mu, aku bukan perempuan yang tidak loyal," kata Neko.

Lalu Felix terdiam mendengar itu dan kemudian meletakan silet itu di meja.

"Lakukanlah sesuai kemampuanmu, jangan membuatku mengikatmu hanya karena kau tidak mau memaksa menyukai darahku," kata Felix. Neko menjadi tambah gemetar lalu mendekat dan Felix menjadi terduduk. Sekarang Neko ada di pangkuannya, Neko juga menutup luka Felix dengan tangan nya.

"Apa yang kau lakukan, kenapa kau menunggu, apa kau sudah mulai ragu memberi tubuhmu darah," tatap Felix.

"Aku..." Neko berbicara dengan menundukan wajah. "Aku... Tidak memintamu untuk melakukan ini, aku tidak mau melakukannya."

". . . Kalau begitu tunggu hingga kau membunuhku di sini, bukankah di sana ada silet," Felix menatap dingin.

"(Apa yang harus kulakukan, aku membuat kesalahan,)" Neko menjadi ragu sambil melihat silet itu.

"Bukankah keinginanmu untuk membunuhku sangatlah besar, kenapa tidak kau lakukan sekarang?" kata Felix.

"(Aku sialan.....) Berhentilah!!" Neko tiba tiba berteriak. "Maafkan aku.... Aku tidak akan mengatakannya lagi... Aku benar benar takut."

Mendengar itu membuat Felix terdiam tak menunjukan reaksi apapun, lalu dia memegang dagu Neko membuat mereka saling menatap dengan wajah Neko yang terlihat ketakutan.

"Kau mendapatkan pelajaran," tatap Felix lalu dia mencium bibir Neko.

Tapi tiba tiba Neko mendorong wajah Felix membuatnya menjauh dari tatapan.

"(Aku.... sangat takut,)" Neko memasang wajah depresi membuat Felix terdiam lalu memegang tangan Neko.

"Kau mau aku menandaimu lagi?" tatap nya membuat Neko menatapnya dengan pandangan yang lurus. Lalu Felix memegang leher Neko dengan satu tangan nya dan mendekat mencium leher Neko tapi ia menjadi menggigit nya.

"Ah.....!!" membuat Neko terkejut kesakitan. Neko menjadi gemetar menutup mulutnya sendiri dengan tangan nya, lalu Felix melepas gigitan nya, terlihat bekas gigitan itu benar benar berbekas dan hampir saja berdarah. Felix merabanya dengan jarinya membuat Neko semakin kesakitan, ia menahan tangan Felix untuk berhenti menyentuh gigitan itu.

"Hen... tikan ini...."

"Kalau begitu menangislah sesukamu, tapi jangan menangis hingga membuatku terlihat menyakitimu," bisiknya membuat Neko terdiam.

"(Aku akhirnya bisa membuat gadis harimau menjadi kucing yang lemah seutuhnya. Dia hanya harus lebih tahu lebih banyak soal kehidupan yang baru...)"