Di gedung pertemuan, Felix bertemu dengan seorang yang akan bekerja sama dengan nya. Dia memang selalu sibuk. Saat di dalam acara kantor pertemuan, Neko di saat itu juga menghubungi Felix.
Ia menjadi mengangkatnya.
"Apa kau sudah bangun, bagaimana dengan tadi malam?" tanya Felix.
"Aku sudah terbangun dari tadi, aku ingin meminta Kim kemari."
"Dia sedang menuju ke tempatmu, apa kau lebih menanyakan dia dari pada aku?"
"Kau bisa pulang kapan saja, tak ada yang harus di tanyakan," balas Neko yang seketika menutupnya membuat Felix terdiam.
Malam berikut nya Hwa tertidur di ranjang dengan pulas dan sangat imut. Di samping ranjang, Neko sudah duduk di sana. Dia menatap ke Hwa.
"(Aku masih belum percaya aku menjadi ibu dari Hwa, pengetahuanku soal ini masih kurang, aku harus lebih mempelajari ini,)" dia mendekat mengecup kening Hwa lalu berjalan keluar dari kamar Hwa. Tapi Neko terkejut ketika di luar sudah ada Felix bersandar di dinding lorong.
"Dia sudah tertidur?" tatap nya.
"Dia sudah tidur dari tadi," Neko membalas sambil berjalan meninggalkanya dengan cuek seperti biasanya.
"Aku ingin memberitahumu sesuatu soal lelaki bermata hijau yang sangat kau sukai itu," kata Felix sambil mengikutinya.
"Dia tidak pernah aku sukai... Jangan bahas hal itu di depanku," Neko menyela.
"Oh... Baiklah, kau sudah memintanya bukan, aku tak akan membahasnya. (Ini permintaanmu, aku tidak akan memberitahumu bahwa dia sudah mati.)"
"Baguslah... Aku akan tidur," Neko menatap.
"Kenapa kau perlu bilang bilang, ini memang waktunya tidur bersama."
"Bukankah kau masih bekerja, kau tidak bisa pulang sebelum selesai dengan pekerjaanmu."
"Jika tak ada deringan ponsel aku juga tidak sibuk," kata Felix seketika menarik tangan Neko dan mengangkatnya.
"Apa yang.... Turunkan aku!!!" Neko terkejut lalu Felix masuk ke salah satu ruangan kantor rumah dan meletakan Neko di atas meja dan ia sendiri duduk di kursi depan nya.
"Kau yakin benar benar tidak mau mengakui ini semua, katakan semua yang telah kau lakukan bersamaku, apa kau tidak pernah membaca buku cinta, cara menghargai pahlawanmu ini?" tatap Felix tapi Neko hanya menatap dingin padanya.
"Aku sudah bosan dengan sifat kuatmu yang bisa menerimaku."
"Yah itu lebih cukup, akan lebih lengkap jika kau menciumku secara caramu sendiri," kata Felix lalu Neko terdiam sebentar dan perlahan wajahnya memerah, ia juga membuang wajahnya yang malu.
"Ha.... Tak seperti perempuan lain yang tidak membuang wajahnya itu, kau hanya perlu menatapku, menatap mataku," Felix memegang pipi Neko dan juga melihat anting biru kristal yang di pakai Neko.
"Aku ingin kau bilang warna apa yang kau sukai sekarang ini, katakan di dekatku."
Neko yang mendengar itu lalu mulai menjawab dan memegang kepala samping Felix.
"Aku suka... Biru," kata Neko lalu mencium bibir Felix.
"Nice, gadis yang baik, memang sudah seharusnya kau suka pada warna biru," kata Felix.
Tapi tiba tiba ponsel Felix yang ada di saku bajunya berbunyi membuatnya memasang wajah dingin dan tidak fokus pada ciuman dalamnya. Neko melepas mulutnya dan mengencangkan dasi Felix.
"Pergilah sekarang kau pria sibuk," tatap nya.
"Aku pastikan aku akan kembali malam ini," Felix menatap dengan mata permainan.
"Oh... Aku perlu meragukan itu," kata Neko ia juga menatap dengan mata merendahkan Felix.
-
Di kantor, Felix berjalan melewati lorong dan dari hadapan nya, ada Negan berjalan akan berpapasan. "Oh Boss," tatap nya yang berhenti berjalan.
Lalu Felix juga berhenti dengan tatapan datarnya, ia menatap tangan Negan yang membawa sesuatu. "Apa yang sedang kau lakukan?" tanya nya dengan nada biasa.
"Sebenarnya aku mendapatkan tempat bagus untuk mu, tempat itu akan cocok untuk kalian yang suka pada pantai," kata Negan sambil memberikan lembaran yang ia bawa tadi. Rupanya lembaran itu berisi tawaran villa terbaik di tengah pulau yang resmi.
Felix terdiam menatap lembaran itu. Ia agak berpikir pikir dengan tatapan seriusnya.
--
Beberapa jam kemudian, Acheline masuk ke kantor Felix. "Permisi Bos?... Aku sudah selesai mengerjakanya."
"Pergilah pulang jika sudah selesai."
"Sebenarnya Bos... Negan pernah bilang, kau ingin mencari villa terbaik di pulau, aku sudah mendapatkannya."
"Aku akan mengurus itu, besok kau harus bilang pada Amai untuk ke sana," kata Felix.
"Baik.... Aku permisi dulu," Acheline menundukan badan lalu berjalan keluar.
Dia keluar bertemu dengan Kim. "Acheline, kau sudah beritahu Tuan Felix?" tatap nya lalu Acheline membalas. "Yup... Ngomong ngomong bisa kita pulang sekarang?"
"Tentu."
"Baiklah... Kau memang baik~" Acheline mendekap lengan Kim lalu mereka berjalan pergi. Di samping itu Felix kebetulan keluar dari kantor dan tak sengaja melihat mereka berdua berjaaln pergi bersama. Felix menjadi terdiam berpikir.
"(Sejak kapan mereka?.... Bucin?)"
Hari selanjutnya Acheline menemui Neko. Acheline masuk dan melihat sekitar tak ada siapapun di sana. "(Apa Amai sedang tidak ada?)" dia mencari Neko hingga mendengar sesuatu di kamar mandi.
"(Siapa yang mandi?)" dengan muka polosnya dia masuk begitu saja dan melihat Neko mandi dengan tersiram air shower telanjang di sana membuat Acheline terdiam.
Neko yang mendengar pintu terbuka menjadi menoleh. "Kenapa kau ada disini?" tatap nya dengan bingung lalu mematikan shower dan memakai handuknya.
"(Seperti biasanya tak ada wajah malu sama sekali.... Hanya karena aku perempuan yang lihat dia tak malu begitu saja, tapi tubuhnya manis juga.)"
"Apa yang kau lihat?" Neko menatap Acheline yang dari tadi melihat tubuhnya.
"Ah... Maaf, malam ini aku ingin memberitahu nanti malam kau diminta menyusul bos di villa barunya."
"Ha.... Untuk apa?!" Neko langsung memasang wajah kesal.
"Malam ini saja lah.... Hwa bisa di ajak kan, dia imut juga," kata Acheline.
"Dia sudah tidak sibuk atau bagaimana?" tanya Neko.
"Boss juga ingin memberitahu kan sesuatu padamu jadi kau harus datang," balas Acheline.
"Beritahu soal apa? Apa dia akan menginterogasi ku lagi soal orang orang yang berkaitan dengan masa laluku? Aku sudah lelah dengan pertanyaan aneh nya," balas Neko dengan nada keras kepala.
"Ayolah Nona~ Kau ini istri dari Tuan Mafia paling berpengaruh di seisi Korea. Jadi kau juga harus menurut pada suamimu yang gagah itu~" kata Acheline. Mendengar nada bicara Acheline membuat Neko terdiam dan berwajah agak malu. "(Suami katanya?)"
"Jadi bagaimana, mau kan? Jika kau menolak, Boss akan marah padaku, pastinya."
"Memangnya dia memarahi mu seperti apa?" Neko menatap tak percaya.
"Kau tahu lah, seekor serigala yang tidak mau di ganggu tidur nya tapi masih ingin berbagi makanan bersama dengan orang dekatnya," kata Acheline.
Seketika Neko terdiam. "(Aku tak mengerti dengan kalimat itu.)"
Malam itu helikopter mendarat di helideck tempat pendaratan lalu keluar Neko dan Hwa di sana.
"Waw... Ini hebat.... Laut itu sangat bagus di lihat dari malam hari," Hwa menjadi terkesan melihat pemandangan laut.
Tapi Neko dari tadi cemas melihat dari jauh villa besar nan mewah itu.
"(Dia pasti memiliki maksud tersembunyi,)"
sementara itu acheline di dalam villa. "Oh mereka sudah sampai, aku harus menjemput," dia akan keluar tapi ia bertemu Kim.
"Acheline, aku hanya ingin memastikan Nona Neko belum tahu bahwa Tuan Matthew mati bukan?" tatap Kim.
"Hm.... Entahlah... Sepertinya belum,"
"Baiklah... Aku pergi dulu, aku hanya memastikan saja," Kim kembali berjalan meninggalkanya.
"(Kenapa.... Apa Akai harus tahu...? Sepertinya iya.)"
Neko menoleh ke sekitar, di pulau itu sangat cantik dan di arah selatan ada villa besar yang menyala terang di sana.
"Ibu, lihat," Hwa yang memegang tangan Neko menjadi menunjuk langit. Neko lalu melihat ke langit malam yang indah yang rupanya banyak bintang seperti taburan kristal yang sangat indah di sana.
"(Aku tidak tahu kenapa dia terlalu banyak melakukan ini padaku, tapi aku tahu sisi lain nya, dia mencoba membuat ku jatuh cinta padanya,)" pikir Neko dengan khawatir, ia masih mengira Felix memiliki maksud tersembunyi di antara dia yang membawa Neko ke villa apalagi pulau.
Tak lama kemudian muncul Acheline. "Yo Nona, dan Tuan Kecil," sapa nya dengan nada biasanya.
"Acheline," Hwa juga ikut menyapa.
"Halo Halo tuan kecil, kau semakin bertambah tampan ya," tatap Acheline.
"Terima kasih," balas Hwa dengan senyumnya yang manis.
Lalu Neko menatap datar pada Acheline. "Apa yang terjadi di sini?" tanya nya.
"Jangan khawatir, ini bukan maksud jahat dari si Boss kok, sebagai pasangan nya, kau seharusnya senang karena villa ini di sewanya dengan harga sangat mahal."
"Aku bukan bertanya soal itu, apa ada hal yang ingin di bicarakan nya sehingga harus membawaku kemari?" tatap Neko.
"Soal itu mah, tinggal bertanya kepada si Boss yang sudah ada di dalam villa," balas acheline.
Tapi Neko terdiam dengan tatapan dingin nya tak berkata apapun.
"Kau ingin ke sauna dulu?" Acheline menawar Neko.
"Aku tidak ingin melakukan apapun, hanya ingin tahu kenapa aku disini," Neko masih bersikeras bertanya akan hal itu karena dia benar benar memiliki firasat Felix ingin memberitahu sesuatu.
"Oh ayolah... Bukankah Hwa suka disini, mungkin juga Bos ingin kau melupakan putra kedua yakuza beum mati," kata Acheline. Tapi Neko menjadi terkejut.
". . . Kau... Bilang apa tadi?"
"Hm...?" Acheline malah menjadi bingung. Acheline tidak sadar, ia keceplosan bilang kata kata tadi, benar benar bodoh.
Lalu Felix datang, Hwa yang ada di antara mereka tadi melihatnya. "Ayah...." dia berlari mendekat dan Felix menjadi menggendongnya di tangan kirinya.
"Bagaimana perjalananmu?" tatap nya ke Hwa.
"Sangat seru ayah... Aku ingin lagi."
"Kau bisa mendapatkannya lagi nanti," kata Felix. Lalu ia melihat ke Neko yang terdiam dan mengepal tangan.
Felix terdiam melihat perasaan Neko.
"Kau bisa pergi bersama Acheline?" ia menatap Hwa lalu Hwa mengangguk dan Acheline membawa Hwa.
"Kau ingin bermain apa Tuan Kecil?" tanya Acheline sambil pergi meninggalkan Neko dan Felix.
--
"Kau tidak senang dengan hal ini?" tatap Felix sambil masih berdiri di hadapan Neko di lorong itu.
"Apa kau berusaha menyembunyikan ini dariku!!!" Neko menatap kesal.