6 Tahun berlalu semenjak Hwa lahir. Felix saat ini menatap ke laptop lalu menutupnya, ia menjadi terdiam sejenak.
"(Tidak begitu terasa sama sekali... Sudah ada 7 tahun lebih aku bersama dengan Amai, dia benar benar bisa menerima hal ini pada akhirnya,)" ia menjadi tersenyum kecil sendiri. Memikirkan Neko setiap saat.
Tapi wajahnya menjadi datar ketika mengingat semua orang yang berhubungan dengan masa lalu Neko, termasuk Beum.
"(Kenapa aku ikut memikirkan soal organisasi terlarang itu. Ini sudah sangat lama amai tidak di cari oleh mereka. Aku mulai berpikir mereka akan membuat rencana yang lain lagi.... Sebaiknya aku mulai berpikir bagaimana caranya membuat mereka pergi nanti,)" dia terdiam lalu melihat ke jam tangan yang ia pakai menunjukan pukul 11 pagi.
Ia lalu berdiri dan berjalan keluar. Rupanya ia pulang ke rumah dan langsung melihat Neko yang memasak di dapur memotong sayuran dengan apron yang ia pakai. Felix juga melihat sekitar tak ada Hwa lalu melepas mantelnya dan melangkah mendekat perlahan.
"Dimana Hwa?" tatap nya lalu Neko menoleh sedikit dan melihat ke jam dinding. "Setengah jam lagi aku akan menjemputnya, dia bilang dia ingin di jemput agak lama."
"Kenapa begitu?" Felix menatap bingung.
"Entahlah, aku hanya berpikir dia bermain dengan banyak teman nya."
"Ini hari pertamanya masuk ke sekolah dan kau menganggap dia sudah mendapatkan teman yang akan mengajaknya pulang terlambat?"
"Itu memang yang di katakan Hwa, dia akan senang jika mendapatkan teman baru," balas Neko, lalu ia kembali berbalik badan dan kembali memasak.
Lalu Felix menatap tangan Neko yang sangat pandai memotong wortel dengan pisau yang lebih besar dari tangan nya.
Felix terus menatap tangan Neko membuat Neko tidak nyaman karena ia merasa Felix masih berdiri di belakang nya. Hingga ia harus menoleh kesal. "Gez....jangan menatap ku seperti itu!" tatap nya tapi tiba tiba. "Uhk..." Neko terkejut menarik tangan nya sendiri dari wortel itu.
"Ada apa?" Felix menatap, ia menoleh ke meja dan wortel itu telah terlumur sedikit darah.
"Biar aku lihat," Felix menarik tangan Neko. Rupanya jari telunjuk Neko tergores sedikit dapur pisau karena menoleh pada Felix tadi.
"Hiz.... Ini semua salah mu, kau cukup duduk di kursi meja dapur saja dan jangan dekat dekat dengan ku saat memasak," kata Neko dengan nada kesal.
"Sebenarnya aku terlalu lelah untuk duduk sendirian, kau harus menemaniku duduk di sini," Felix menarik lengan Neko membuat Neko terkejut.
"Apa yang kau lakukan?!" Neko menatap panik karena ia sekarang ada di pangkuan Felix yang duduk di kursi dekat dapur itu.
"Tetaplah di sini," kata Felix, ia lalu mengangkat tangan Neko yang terlihat jarinya masih mengalir darah. Felix terdiam, ia lalu perlahan memakan jari Neko. Ia bertujuan untuk menghambat darah Neko keluar.
"Apa yang!!" Neko menjadi terkejut.
Tapi Neko terdiam dengan wajah merah membiarkan hal itu. Lalu ia menoleh ke jam dinding dan terkejut sudah melihat jam itu menunjukan pukul setengah 12 lebih.
"Astaga Hwa!!" ia panik dan langsung beranjak dari Felix membuat Felix terdiam bingung.
"Aku harus menjemput Hwa," Neko melepas apron nya akan pergi menjemput Hwa yang ada di sekolah.
"Bukankah dia di jemput orang lain, aku sudah menyuruhnya," Felix menatap.
"Kau sudah mendengar keluhan Hwa sendiri, dia hanya ingin di jemput oleh ku ataupun kau... Dia tak mau di jemput orang lain."
"Kalau begitu, aku akan menemanimu," Felix berdiri dari duduknya.
"Tidak perlu, kau hanya harus disini, kau bilang kau lelah," Neko melirik nya.
"Hou... Tapi bagaimana jika ada sesuatu nantinya, apakah ada yang bisa melindungi mu dan Hwa?" tatap Felix dengan nada seolah olah Neko tak bisa melindungi dirinya sendiri.
"Cih.... Aku hanya menjemput Hwa, bukan menjemput kematian," balasnya membuat membuat Felix terdiam. Lalu Neko berjalan pergi.
Sesampainya di sekolah Hwa, Neko melihat Hwa ada di dalam bersama teman temanya.
"Hwa..." panggil Neko lalu Hwa menoleh.
"Ibu..." dia tersenyum senang dan berlari mendekat tapi tiba tiba ada seseorang menutup mulut Neko dari belakang dan mengangkat nya pergi masuk ke mobil.
"Ibu...." Hwa terkejut akan mengejar tapi mobil itu sudah berjalan pergi meninggalkannya. Hal itu membuat Hwa meneteskan air mata dan menangis, di saat itu juga ada beberapa orang tua dari teman teman Hwa. "Lelaki manis, kenapa kau menangis?" tanya salah satu di antara mereka.
"Oh ya ampun, dia sangat tampan... Masih kecil sudah tampan."
"Benar sekali ya, dia putra siapa?" banyak ibu muda yang mendekat padanya dan malah mengabaikan anak anak mereka sendiri.
Karena kerumunan itu, hal itu malah membuat Hwa sekalinya takut dan berteriak kencang. "Hua!!! Ibu!!"
Sementara itu Felix di hubungi orang kantor yakni negan. "Bos bisa kemari sebentar, aku ingin menunjukan dokumen yang tidak ada nama nya," kata Negan.
Felix terdiam sebentar dengan tidak nyaman hingga Negan menambah perkataan nya. "Bos, dokumen ini memiliki informasi penting, ini bisa bersangkutan dengan bisnis dan pengancaman. Pihak pertama sepertinya memaksamu melakukan kerja sama, jika tidak, dia akan melakukan sesuatu, pada sesuatu juga..." tambah nya.
Felix menghela napas panjang lalu berjalan ke mobil untuk pergi kembali ke kantor tapi ada salah satu asistennya yang datang dengan terburu buru dan terengah engah karena berlari.
Felix menoleh dengan tatapan dingin nya, "Ada apa?"
"Nona... Di culik, tuan kecil sendiri yang bilang pada saya!" kata asistennya seketika Felix terkejut dan langsung berbalik berjalan cepat meninggalkan mobil nya. Asistennya hanya menundukkan badan membiarkannya pergi.
Ia tak jadi pergi ke kantor karena berita itu dan sekarang ia berjalan mencari Hwa di rumah besar nya itu.
"Hwa..." Felix berjalan masuk ke kamar Hwa yang di temani Syung ha.
"Ayah... Hua....Ayah," Hwa menangis lalu Felix menggendong nya.
"Tuan kecil terus menangis, apa yang terjadi pada nona?" tanya Syung ha dengan khawatir.
"Bawa Hwa sebentar, aku akan mencarinya," Felix memberikan Hwa padanya tanpa memberitahu apa yang terjadi.
"Ayah... Aku ingin ikut," Hwa merengek manis.
" . . . Tidak Hwa, kau tidak bisa," kata Felix.
"Tapi aku ingin... Ibu!"
"Jangan khawatir.... Dia akan baik baik saja, tunggulah di sini dan jadi lelaki baik," tatap Felix lalu ia berjalan pergi meninggalkan mereka.
"Syung ha, apa ibu akan baik baik saja?" Hwa menatap dengan wajah berbekas menangis nya.
Lalu Syung ha berlutut membelai kepala Hwa. "Nona akan baik baik saja, sebaiknya Tuan kecil tak perlu menangis, jika anda menangis, Nona Neko akan khawatir pada anda nantinya," kata Syung ha. Lalu Hwa perlahan mengusap air mata nya sendiri.
"Aku tidak akan menangis," tatap nya dengan wajah manis.
"Bagus... Dengan begitu Nona akan kembali pulang menemui anda," balas Syung ha.
"Tapi... Bagaimana jika ibu tidak akan kembali nanti?" Hwa menatap dan mulai menjadi khawatir.
"Tuan kecil, bagaimana jika kau berpikir bahwa Nona akan baik baik saja, jika kau berpikir buruk maka itu akan terjadi jadi berpikirlah yang baik," kata Syung ha yang membelai kepala Hwa lagi.
Hwa terdiam, lalu ia mengangguk pelan. "(Suatu saat nanti, aku ingin menjadi lelaki yang kuat dan akan selalu melindungi ibu.)"
Sebelumnya di mobil penculik, Neko terus memberontak dari tangannya yang akan di ikatkan tapi Neko terus saja memberontak sehingga dia bisa menghindari apa yang mereka lakukan padanya.
"Sialan kenapa kau tidak mau diam, dimana biusnya!?" kata 2 orang yang memeganginya.
"Tadi di sini, dia menendang nya ke bawah..."
"Cepat cari, dia seperti kucing liar!!" para pencuri malah panik sendiri.
Hingga mendadak Neko benar benar kesal mengeluarkan semua tenaganya. "Sialan.... Kalian dari mana!!" Neko berteriak dengan cepat menatap tajam membuat mereka berdua terkaku.
Seketika wajah salah satu penculik itu di injak dan yang lain nya di pukul dengan suku. Bahkan Neko juga menggigit supir membuat kegaduhan di dalam mobil.
Gadis itu tidak lemah yang di kira, bahkan para penculik itu kewalahan dan mereka yang terus berteriak di dalam mobil seperti di cabik cabik harimau di dalam.
Mobil itu menjadi oleng dan keluar jalur, hal itu tentu saja di lihat oleh orang orang. Di saat itu juga Felix melihat mobil itu yang keluar jalur, ia menghentikan mobilnya dan keluar. "Kebetulan sekali..." sambil menatap ponsel lacak nya, dia tahu Neko ada di dalam mobil itu.
Tak lama kemudian, Neko keluar dengan gemetar dari dalam mobil itu dan menghela napas panjang apalagi dia langsung menatap Felix.
". . ." Felix menatap biasa Neko yang berdiri di depannya di pinggir jalan. Neko membuang wajahnya padanya sambil melihat mobil para penculik tadi ada di kejauhan dan di dalam mobil itu, para orang orang tadi sudah dikalahkan oleh Neko.
"Rupanya memang benar, seharusnya aku tidak menghawatirkan mu. Tak ada gunanya sama sekali," kata Felix.
"Terserah jika kau ingin mengatakan apapun, aku hanya ingin tahu Hwa selamat atau tidak," tatap Neko.
"Dia baik baik saja,"
"(Aku sempat berpikir bahwa akulah yang selalu diincar dunia luar, seharusnya Hwa tapi malah aku,)" Neko berbalik dan akan berjalan pergi.
"Kau akan pergi kemana?" tatap Felix.
"Aku akan menjemput Hwa, dia masih di sekolah bukan?"
"Pulang bersamaku, dan siapa bilang dia ada di sekolah," Felix menarik tangan Neko dan seketika menggendong nya.
"Apa yang kau lakukan?!" Neko mendorong dorong Felix.
"Tak bisakah aku bilang aku ingin sesuatu, kau harus membuat balas budi karena aku kemari untuk menjemputmu."
"Aku tidak peduli" Neko membuang muka. Tapi Felix menjadi mencium bibirnya.
Mereka melakukan ciuman bibir di pinggir jalan tersebut.
"Kau....!! Orang orang bisa melihat kita!" Neko menatap dengan penuh amarah. Tapi Felix hanya menatapnya dengan senyum kecilnya. Hal itu membuat Neko sedikit memerah dan Felix menyadari itu.
". . . Apa kau..." dia menatap.
"Hah... Tidak ada apa apa!!" Neko langsung membuang wajah. Tapi tiba tiba Neko bermata terkejut, warna mata merahnya menjadi menyala.
"Apa ini rasa agresif mu lagi?" Felix menatap mencoba menatap wajah Neko.
Lalu Neko menutup mulutnya sendiri. "(Ugh.... Aku bahkan tak sadar sudah beberapa kali aku terkena siklus agresif ini.... Biasanya aku memakan darah setiap hari, apa ini pengaruh karena aku susah jarang tidak meminum darah?)" Pikir Neko.