Chereads / Bloody Line: Under The Drop of Blood / Chapter 251 - Chapter 251 Snow and Hug

Chapter 251 - Chapter 251 Snow and Hug

Esoknya di kantor Felix. Sheo Jin berteriak marah tanpa tahu apa masalah yang terjadi. "Aku tidak akan memaafkanmu!!!" wanita rekannya itu melempar dokumen ke kepala Felix yang terdiam akan hal itu dan berjalan pergi dengan kesal. Felix terdiam dan menghela napas.

Sementara Neko berniat ke kantor Felix tadi pagi, dia saat ini berjalan di lorong dengan rok pendek nya, ia menatap ke arah Sheo Jin yang keluar dari kantor Felix dengan kesal.

"(Aku tadi kemari karena ingin bertanya sesuatu pada Pria itu, tapi kenapa wanita itu tampak kesal?)" ia tampak bingung hingga Sheo Jin menatap.

"Hiz, hei..." dia menyapa dengan kesal. "Sebenarnya kemarin dia kemana?! Dia tidak datang dan juga tidak membantu pekerjaan ku?! Aku bahkan harus mengerjakan semua sendiri!" tatapnya dengan kesal.

"(Dia kemarin, menemui Cheong...)" Neko memilih diam.

"Haiz... Tolong katakan pada dia, agar lebih fokus pada pekerjaan nya... Dia akan sibuk akhir akhir ini," tambah Sheo Jin lalu dia berjalan pergi membuat Neko masih terdiam.

Di sisi lain, Felix masih menggeleng sambil menghela napas pasrah, ia lalu perlahan berlutut mengambil kertas yang berserakan itu. Di saat itu juga Neko masuk di pintu yang terbuka, dia melihat Felix yang berlutut membelakanginya untuk mengambil kertas berserakan itu, Neko yang melihat nya menjadi tersenyum kecil merencanakan sesuatu.

Di jalan nya Felix mengambil kertas tanpa melihat ke sekitar dan hanya fokus ke bawah mengambil kertas, mendadak ada 2 paha imut yang ada di depannya duduk menghadapnya. Ia terdiam dan perlahan menengadah dan rupanya Neko sudah duduk di atas mejanya yang tinggi.

"(Bagaimana bisa?)" Felix terbatin tak percaya ketika Neko bisa ada di sana. Karena ia juga tak melihat Neko masuk kantornya dan baju yang di kenakan Neko benar benar menggoda manis. Dengan rok levis yang sangat pendek memperlihatkan kaki putih porselin nya. Dan baju kemeja putih agak panjang nya sambil memakan permen tusuk merah nya.

Felix terdiam ketika melihat Neko memakan permen merah nya.

"Kau terlalu memikirkan sesuatu, aku bisa membantumu soal ini, rupanya aku salah menilai mu, sifat mu bahkan kurang sama sepertiku, jika aku jadi kau aku sudah membunuhnya di tempat," kata Neko.

"(Aku tidak memintamu untuk melakukan hal ini,)" Felix hanya terdiam dengan wajah kecewa.

Lalu Neko menambah perkataan nya. "Dengar, kau boleh menunjukan perhatian mu padaku, apalagi pada Hwa, kau bisa membantu ku, tapi lihat dulu situasi mu sendiri... Aku tahu kau pria yang sibuk, sudah cukup jadi pahlawan nya.... Selesaikan urusan mu sendiri,"

"(Aku tidak pernah merasa terbebani, justru jika kau bisa mulai menerima ku, aku akan tambah senang...)" pikir kembali Felix yang memilih diam, lalu ia memeluk paha Neko. Membuat Neko terkejut. ". . . Kau?!"

"Kau hanya akan menjadi peliharaan ku di rumah, tidak perlu ikut campur urusanku hanya selesaikan urusanmu yang ada di Jepang, aku juga akan perlahan membantumu," kata Felix.

"Apa kau... Berniat menjadi... Penolongku? Bukankah itu sudah cukup?" tatap Neko. Felix terdiam lalu menghela napas panjang.

"Aku memang sudah menjadi pahlawan untukmu... Aku membuat hati milikmu kuat untuk hidup. Aku membuat tangga kehidupan untukmu. Apa kau tahu sekarang, kenapa aku mengatakan hal itu?"

". . . Kau pikir pahlawan tak punya kelemahan, kau hanya akan menekan dirimu untukku."

"Kelemahan pahlawan adalah mereka tidak akan menyelamatkan mu di saat saat kritis, sekarang aku bertanya padamu... Kapan aku tidak pernah menyelamatkan mu saat kita bertemu?" Felix menatap serius. Neko hanya terdiam dan menghela napas panjang.

"(Seseorang yang menyelamatkanku datang terlalu lama, tapi inilah yang terjadi... Aku tak bisa menyalahkan semuanya,)" Neko masih terdiam dan menyentuh pipi Felix yang sedikit terkejut karena Neko menyentuhnya yang sedang di bawah.

"Kenapa kau... Seperti... Ingin merasakan hal yang baru aku alami?" tatap Neko.

Lalu Felix memegang tangan Neko yang ada di pipinya. "Berbagilah rasa sakit mu padaku, agar aku bisa tahu, apa yang membuat mu terus memikirkan hal yang tidak berguna... Memikirkan sesuatu yang telah berlalu, dan kau harus mengerti bagaimana cara kau menyampaikan sebuah pemikiran yang dapat di mengerti..."

"(Jadi... Dia rela mempelajari semuanya tentang ku, tak hanya tentang ku, tapi juga masalah ku, agar dia dapat menyelesaikan nya dan tak membuat ku memikirkan itu semua... Kenapa ini semua tidak bisa aku mengerti...?)" Neko terdiam.

"Amai, aku tak mau kau memikirkan mereka..." tatap Felix.

Tapi Neko membuang wajahnya dengan khawatir. "Bagaimana jika aku tak bisa... Mereka membuat ku sakit..."

"Jika kau merasa sakit, maka jangan memikirkan mereka..."

"Aku masih belum mengerti hal yang akan datang selanjutnya, kau selalu mengatakan kata kata yang ku anggap sangat berarti... Jadi, jika kau tidak keberatan, ajari aku," kata Neko yang memeluk kepala Felix.

"Yah tentunya, aku akan mengajarimu," balas Felix. Lalu ia mengangkat kedua kaki Neko membuat Neko terbaring di meja kantor Felix.

"Kau? Kau mau melakukan nya di sini?"

"Tentu, kita belum mencoba tempat manapun selain di ranjang," kata Felix, ia mendekat kan selangkangan nya di bawah Neko dan di saat itu juga Neko merasakan milik Felix berdiri.

"Kau?!" Neko terkejut.

Lalu Felix mendekat, ia perlahan mengambil permen tusuk itu dari mulut Neko dan memakan nya.

"Apa yang kau lakukan, kau tak bisa merebut permen ku!" Neko menjadi tak terima, tapi siapa sangka, Felix memecahkan permen itu dalam sekali tekanan gigi. Lalu ia membuang tusuk nya dan di saat itu juga ia mendekat ke Neko dan mencium bibirnya dengan adanya pecahan permen tadi di mulutnya.

". . . Kau... Kau tidak bisa melakukan ini, tubuhku tidak fit, aku tidak cukup stamina," Neko mendorong nya untuk menjauh.

"Kenapa bilang baru sekarang, bukankah kau selalu kuat dalam hal ini? Apa ini karena kau terlalu memikirkan orang itu?" tanya Felix yang membahas Cheong.

"Mungkin..." balas Neko.

"Ha.... Haha, kau dulu memikirkan lelaki itu (Matthew) tapi kenapa sekarang kau menjadi berubah jadi memikirkan pria itu?! (Cheong)"

"Aku tidak tahu!!" Neko langsung menyela membuat Felix terdiam.

"Kalau begitu aku akan membuat mu melupakan mereka sekaligus," kata Felix seketika ia menyerang nya.

--

"Ah.... Hentikan, ini sudah cukup," Neko meremas punggung atas Felix saat ia masih berbaring di atas meja dengan keadaan telanjang dan Felix bernapas cepat dengan gairah panas antara mereka. Mereka melakukan seks di atas meja.

"Ini sudah cukup," kata Neko dengan wajah yang tidak kuat.

Tapi Felix malah membalas. "Masih belum," ia mengangkat Neko yang sudah lemas.

"Ah.... Kau brengsek!! Ini sudah cukup!!" Neko menjadi berteriak kesakitan.

"Apa kau sudah bisa melupakan mereka huh!?" tanya Felix membuat Neko terkejut mendengarnya, ia seperti menggunakan nada tegas tapi di saat itu rupanya ia menjadi buas pada Neko. Karena Neko terus saja memikirkan orang lain selain dirinya.

Tapi mendadak Neko menampar pipinya membuat suasana diam. "Sudah cukup! Aku tak mau lagi kau membahas semuanya!!" teriak Neko membuat Felix terdiam mendengarnya.

"Aku tak mau membahas itu... (Kenapa dia selalu bertanya hal itu!! Kenapa dia selalu mengingatkan ku pada masa lalu itu... Itu menyakitkan dan aku tak mau mengingat nya lagi... Mereka sangat keji... Mereka brengsek...!!)" Neko gemetar seperti ketakutan dan itu membuat Felix mengerti, dia lalu menghela napas panjang dan mencium leher Neko. "Kau tidak harus memikirkan itu... Kau akan sakit jika terlalu memikirkan nya..."

Di sisi lain Kim akan berjalan ke kantor Felix. "(Aku mencari Nona Neko di rumah tapi tak ada, mungkin di kantor Tuan Felix...)" pikirnya lalu dia mengetuk pintu dan masuk, tapi ia terkejut melihat Felix membelakanginya dengan memojok Neko di meja.

Felix melirik ke belakang membuat Kim terkejut, dia langsung menundukan badan. "Maafkan aku, aku hanya ingin mengambil Nona Neko..." ia dengan panik mengatakan itu.

Lalu Neko mendorong Felix untuk menjauh, dia memakai bajunya tak peduli Felix menatapnya.

"Kemana kau akan pergi?" tatap nya.

Neko hanya membalas dingin. "Pergi... Sebentar..." dan berjalan pergi seperti mengabaikan Felix.

Felix terdiam, dia juga kesal sambil mengambil rokoknya, tapi rokoknya terjatuh membuat nya terdiam dan menghela napas panjang.

"Hubungan yang tak pernah di dengar... Aku berusaha menciptakan romansa yang tenang, tapi aku tak mau dia memikirkan pihak lain... Ini membuat ku kesal..." ia menginjak rokok itu.

--

"Nona Neko, apa anda baik-baik saja?!" Kim terkejut melihat Neko yang berjalan sambil menahan tubuhnya di dinding lorong. "Sial... Sakit sekali..." ia memegang punggung nya dan kedua kakinya gemetar.

Kim yang melihat itu menjadi terdiam kecewa. "Nona Neko, maafkan aku..."

Hal itu membuat Neko menoleh. "Kenapa?"

"Kau pasti kesakitan jika berada di dekatnya," Kim tampak merasa bersalah. "Selama ini aku berusaha agar menemukan sesuatu yang anda inginkan... Tapi..."

"Itu sudah cukup Kim, tak ada yang harus di sesali... Ini semua sepadan... Sebaiknya cepat, aku ingin jalan jalan sebentar..." kata Neko sambil berjalan duluan dan tak di sangka sangka, di belakang mereka agak jauh ada Felix yang menatap suram.

"(Oh... Jalan jalan mengajak lelaki lain?)"

--

"Sebelum kau ke sini, apakah Hwa baik baik saja?" tatap Neko yang saat ini duduk di kafe sambil meminum teh hangat dan Kim berdiri di samping nya menjaganya.

"Dia baik baik saja, dia bersama Syung Ha dan Acheline juga setia di dekat nya, ngomong ngomong, Nona Neko, apakah ini baik baik saja jika Anda ke tempat ini tanpa sepengetahuan Tuan Felix?" Kim bertanya.

"Buat apa, aku sudah bilang padanya tadi... Bahwa aku akan pergi sebentar..."

"Kenapa anda tak mengajak nya? Dia pasti berpikir anda tak mau mengajak nya," tatap Kim dengan khawatir.

Lalu Neko terdiam sebentar. "Aku tak mau mengganggunya... Memang tadi pagi aku ke kantornya untuk mengajak nya keluar, tapi rupanya dia baru di marahi Sheo Jin, dia sibuk..." ternyata Neko tak mengajak Felix karena dia tahu Felix sibuk, tapi apa yang di pikirkan Felix pasti salah.