Di dermaga besar yang khusus penempatan cargo ataupun barang dari berbagai negara berada di sana. Terlihat 4 mobil hitam berjalan di sana dan berhenti di sebuah cargo berwarna merah. Lalu keluar seseorang dari salah satu pintu mobil.
Dia mengenakan pakaian setelah jas berwarna coklat tua, ia berdiri tegak sambil mengancingkan jasnya, siapa lagi jika bukan seorang Cheong dengan tatapan berkuasa nya.
Bawahan nya yang menyusul keluar dari mobil menjadi berjalan membuka cargo itu. Terlihat sesuatu yang sangat gelap dan terlarang, yakni banyaknya kotak kotak obat obatan terlarang.
Senyumnya menjadi muncul di wajah datarnya, ia berjalan melangkah perlahan ke cargo itu.
Namun siapa sangka, ada banyak orang suruhan yang muncul mengepung mereka, orang orang itu membawa masing masing senjata jarak jauh yang menodongkan senjata ke segala arah.
Cheong terdiam di tempat, ia melihat ke sekitar dan melihat seorang Pria yang berjalan mendekat padanya dengan langkah yang santai.
Yang tak lain adalah Felix, dia berani muncul begitu saja.
Cheong menatap tajam pada Felix yang perlahan berjalan ke hadapan nya. Kini dua Pria besar itu saling berhadapan, melemparkan tatapan tajam dan bertarung dengan bayangan aura hitam mereka.
"Muncul dan ingin mengambil semua ini?" tatap Cheong.
"Tidak, aku akan membeli semuanya," balas Felix.
"Sayang sekali, ini tidak di jual untuk orang sepertimu, dan lagi... Melihat mu begini membuat ku ingin bertanya bagaimana keadaan permen merah kecil ku?" kata Cheong, ia tengah membicarakan Neko, rupanya Cheong memang sudah tahu bahwa Neko ada pada Felix.
"Dia sangat baik, tidak bisa di lihat dari segi keterpurukan nya, dia benar benar selalu tersenyum padaku, setiap hari," balas Felix. Dia menggunakan senyum merendahkan Cheong, hal itu membuat Cheong terdiam dengan tatapan yang sangat tajam.
"Apa kau benar benar sudah memiliki Putra dari Gadis itu?" tatap nya.
"Ya," Felix langsung membalas.
"(Sialan, Gadis yang seharusnya tunduk padaku malah bersama dengan orang yang sama sekali tidak di kenali,)" Cheong menjadi membuang wajah.
Lalu Felix mengeluarkan sesuatu dari sakunya. "Jika kau memang sudah mengerti soal ku, itu berarti kau tidak perlu menganggapku orang asing, dan juga tak perlu memikirkan nya lagi," kata Felix, rupanya ia mengeluarkan pistol tembakan dari jas setelan nya.
Cheong terdiam dengan senyumnya. "(Pembunuh sekaligus mafia nomor atas, siapa yang tidak menyangkanya di sini,)" dia sudah mengerti siapa Felix di dunia gelap.
Tapi saat itu juga ada yang berteriak. "Hentikan itu!!!" hal itu membuat semuanya menoleh yang rupanya itu adalah Neko. Dia benar benar datang menyusul Felix membuat Felix terdiam dengan tatapan serius.
"(Dia!!?)" Cheong memasang wajah terkejut tak percaya. Melihat Neko di depan nya, Neko berjalan mendekat pada mereka. "Aku sudah kemari, dan sekarang apa yang akan kau katakan padaku?" liriknya pada Felix. Ia lalu ke depan Cheong.
"(Kenapa dia bisa ada di sini?)" Felix melirik ke sekitar hingga melihat Kim yang ada di agak jauh dari mereka. Ketika Kim mengetahui Felix menatapnya, dia langsung menundukkan badan dari tempatnya sembari menunjukan bahwa dia sedang mengatakan sesuatu. "Maafkan Aku Tuan Felix, aku terpaksa karena Nona Neko memaksaku...."
"Kenapa kau menghalangiku?" tatap Felix dengan tatapan serius dan sangat tajam pada Neko.
"Aku tahu kau akan membunuhnya di sini, aku tahu apa yang kau pikirkan, kau selalu mengambil pilihan dengan darah yang tersirat kemana mana. Kau bisa membunuh orang lain tapi jika kau ingin membunuhnya, sebaiknya kau pikirkan dua kali," kata Neko. Ia malah membela Cheong.
Felix terdiam, ia lalu menyimpan kembali pistolnya dengan tatapan tajam pada Neko. Tidak seperti dia memberikan tatapan dan senyuman pada Neko tapi kali ini dia memberikan aura sebaliknya.
Lalu Neko menoleh ke Cheong yang ada di belakangnya. "Kau bisa pergi dari sini," tatap nya.
Lalu Cheong tersenyum kecil. "(Gadis ini, aku benar benar tak percaya melihatnya sedekat ini, sudah beberapa tahun aku tidak bertemu dan dia benar benar sangat lah cantik... Sama seperti yang di katakan kutukan itu. Mata darah merah akan selalu terlihat sangat cantik,)" Cheong mengangkat lengan nya akan menyentuh pipi Neko. Tapi siapa sangka, tangan Felix langsung menarik lengan Neko dan memegang erat Neko dengan tangan kirinya.
"Sebagai seorang Ayah yang baik, kau tidak sepatutnya melakukan ini pada istri orang," kata Felix. Seketika Neko dan Cheong terkejut mendengar nya, Cheong langsung melihat tangan Neko di jari manisnya terdapat cincin.
"(Ha.... Aku terlalu banyak berharap, kupikir dia hanya memberikan nya bayi ternyata dia juga menikahinya,)" ia lalu menghela napas panjang hanya bisa menatap Neko. Tapi di sisi lain, ia ingat pada putrinya.
"Putriku... Choka sebentar lagi harus menikah dan aku harus berpisah dengan nya, apa aku terlihat salah jika harus mencari kesenangan lewat Gadis ku yang dulu?" tatap Cheong.
Kali ini yang membalas nya bukan Felix, Felix memang akan membalas perkataan nya, tapi Neko menyela lebih dulu. "Jadilah Ayah yang baik dan kau tidak perlu menggangguku lagi, orang sepertimu yang selalu mencekikku setiap hari kini aku bisa bebas, ini semua lebih baik dari pada apa yang telah terjadi," kata Neko.
Lalu Cheong tersenyum kecil dan menundukan sedikit wajahnya lalu berbalik. "Akan aku anggap ini sebagai pemberitahuan bahwa aku lebih baik menjadi Ayah untuk Choka, bukan Pria yang tidak kenal umur hanya mengejar mu," kata Cheong, ia lalu berjalan pergi dengan bawahan lain nya.
Tapi Neko mendadak menghentikan nya. "Tunggu!" teriaknya membuat Cheong memberhentikan jalan nya dan menoleh ke Neko.
"Sampaikan pada Putrimu.... Jika ingin bertemu dengan ku lagi, aku bisa menerima nya," kata Neko.
Cheong mengharapkan Neko berbicara soal dia, tetapi Neko malah bicara soal Choka membuat nya menganggap enteng kemudian berjalan pergi. Perampasan ini tidak jadi karena Neko melerai nya.
Lalu Neko melepas tangan Felix dan berjalan pergi duluan.
"Amai.... Jelaskan padaku, kenapa kau bisa kemari?" tatap Felix dengan serius membuat Neko berhenti berjalan.
Lalu Neko menoleh dengan tatapan dingin. "Aku sudah bilang dari awal, aku akan datang kemari apapun yang terjadi. Pembunuh sepertimu tidak akan mengenal orang yang telah menjadi mengsamu, kau terlihat seperti serigala buas yang harus mencari mangsa tak peduli bahwa itu adalah beruang yang ganas hanya untuk kawanan nya, terlalu banyak mengambil resiko," kata Neko.
Felix yang mendengar itu menjadi terdiam, ia lalu melihat ke belakang tepat di mana laut mengalir di dermaga itu. "Aku mengambil resiko karena aku harus melakukan apapun demi orang yang aku cintai," kata Felix. Lalu Neko terdiam, ia lalu menghela napas panjang.
"(Aku tidak bisa seperti ini terus... Mau bagaimana lagi... Aku tidak bisa membalas perkataan nya,)" diam Neko. Tapi siapa sangka, Felix mendekat dan langsung mengangkat menggendong nya di dada membuat Neko terkejut. "Apa yang?! Lepaskan aku!!"
"Kau harus tahu, terima hukuman ini karena kau berani menyusul ku seperti ini.... Kau suka darah, aku akan memberikan nya pada mu," kata Felix yang berjalan dengan Neko yang masih memberontak mencoba melepaskan diri.
"Akhhh lepaskan aku brengsek!! Ini sudah cukup!" teriak Neko dengan Felix yang berjalan ke mobil di depan mereka. Ia membuka pintu tengah mobil sambil menatap Neko. "Aku akan memberikan mu ciuman haus darah."
Felix mendorong Neko dan mencium bibirnya di dalam mobil. Neko hanya terdiam menahan mulutnya agar tak terbuka. Dia seperti menolak ciuman mulut dari Felix. Felix terdiam dengan reaksi Neko yang tidak membuka mulutnya. "Aku sudah bilang dari awal, kau harus membuka mulut mu saat mencium bibir," kata Felix, ia menjadi menggigit bibir bawah Neko.
"Ah....!" Neko terkejut membuka mulutnya, di saat itu juga Felix mencium mulutnya yang terbuka.
"(Ini... Ini mengerikan..... Dia mencoba memaksaku,)" Neko menjadi kesal dan seketika menggigit lidah Felix yang tengah menciumnya.
Felix berhenti tanpa menarik kepalanya dengan mulut yang masih tertempel, ia malah melirik Neko dengan mulut yang masih menempel.
"(Kenapa dia tidak pergi?)" Neko terkejut tapi ia terdiam ketika darah dari lidah Felix masuk ke mulutnya.
"(I... Ini....?!)" Neko terbawa arus haus darah dan seketika mencium Felix dengan agresif.
"(Itu baru yang kuminta,)" batin Felix dengan senyum di hatinya.
Neko mendorong Felix hingga ia berada di pangkuan Felix yang duduk di bangku tengah mobil.
Mereka fokus mencium bibir dengan tangan Felix yang juga memegang pinggang nya untuk tetap mendekat.
"Katakan padaku, apa kau menyukai ini?" bisik Felix dengan memegang leher belakang Neko.
Neko hanya terdiam dengan mata merah menyala nya.
Lalu Felix juga menatap warna mata Neko. "Lihat itu, apakah dia memanggilmu permen merah itu karena mata milikmu, jika dia bisa memanggilmu 'Candy' kenapa aku tidak bisa memanggilmu?" tatap nya.
". . . Itu karena... Ini bukan izin dariku, kau melakukan sesuatu yang baru padaku tentunya harus mendapat persetujuan dari ku," balas Neko.
"Ouh.... Apa selama ini aku juga harus meminta persetujuan mu? Aku tidak peduli apa yang di katakan mulutmu karena aku sudah bisa membaca gerak tubuhmu... Sama seperti saat di ranjang, mulutmu menolak dengan terus mengeluarkan perkataan tidak setuju padahal tubuhmu bergerak maju membuatmu melakukan nya... Apa itu benar, kau seorang pelacuran untuk ku," kata Felix sambil memegang dagu Neko, ia lalu mendekat dan mencium bibir Neko yang terdiam.
"(Mungkin ini pada akhirnya saja, selama ini memang benar.... Aku tidak banyak menggunakan fisik untuk menolaknya, sudah jadi hal yang terlanjur di sini,)" pikir Neko, seketika ia meneteskan air mata dengan bibir yang masih menyentuh lidah Felix.
Tapi Neko terdiam dan mengatakan sesuatu sambil memegang kedua pipi Felix. Hal itu membuat Felix juga terdiam menatapnya.
"Aku tak ingin kau pergi mengurus hal seperti itu lagi.... Jika kau ingin melakukan semua ini demi orang yang kau cintai.... Lakukan dengan hal yang lain, jangan menggunakan kekerasan untuk orang lain.... Dari awal Cheong juga tidak berbahaya... Jadi, jangan lakukan lagi," Neko menatap khawatir membuat Felix masih terdiam.
Tapi Felix menghela napas panjang. "Baiklah...."