-- Kembali ke waktu sekarang ini...
Neko duduk di sofa dengan membaca buku, dia memakai pajamas atas saja tanpa adanya celana yang menutupi paha imutnya. Ia duduk dengan fokus membaca Lalu berpikir sesuatu. "(Ini benar benar membosankan, aku harus memakai baju ini hanya karena dia tak punya baju seperti punyaku, dan lagi aku benar benar butuh hiburan seperti menyiksa seseorang.)"
Lalu tak lama kemudian Arthur membuka pintu berjalan mendekat duduknya dan membungkukkan badan.
"Nona Neko, apa yang Anda butuhkan?" tatap Arthur, tapi ia terkejut ketika melihat paga Neko yang terlihat membuat nya menurunkan pandangan.
"Dimana wanita pelayan yang aku minta? Aku tak mau di layani oleh mu," Neko menatap tajam membuat Arthur agak tertusuk dengan perkataan itu.
"Kami sudah mengantarnya kemari. Pelayan wanita yang akan menemani anda di sini," kata Arthur lalu Neko menjadi terdiam dingin menatapnya.
"Di mana kau mendapatkan nya?" dia bertanya pada Arthur.
"Dia sendiri yang datang ketika tahu informasi dari Tuan Besar [Felix] dan dia bersedia bersama anda, mohon bersikap tenang agar bayi anda aman," balas Arthur, setelah itu dia berjalan keluar dan tak lama kemudian muncul seorang wanita memakai pakaian pelayan kuno yang cantik.
Ia berjalan ditempat Arthur tadi dan membungkukan badan. "Selamat siang, namaku Syung-ha, aku akan bekerja disini mulai hari ini," kata wanita yang bernama Syung-ha itu.
--
Sementara itu, Felix ada di kantornya, dia menatap catatan yang dia pegang di mejanya, lalu ingat sesuatu dimana ia menemukan informasi soal Seu.
"(Bagaimana bisa wanita seperti itu menjadi wadah yang menyalurkan darah untuk nya... Jika wanita itu bersikap sungguh baik dan loyal, pastinya adik nya yang telah aku dapatkan infonya, juga akan sama dengan nya....)" pikirnya. Lalu Negan datang.
"Wanita itu, aku sudah menemukan nya."
Lalu di bersamai wanita yang datang yang rupanya itu Syung Ha sebelum bertemu dengan Neko, dia harus bertemu dengan Felix.
"Selamat pagi Tuan, aku adik dari Seu," kata Syung-Ha menundukkan tubuhnya.
Tapi Felix tak menatapnya, dia hanya menatap ke kertas yang ia bawa lalu mengatakan sesuatu. "Langsung saja pergi ke rumah ku, temui kucing itu, turuti setiap perkataan nya dan jangan membuat nya tergores apapun, karena dia pajangan berharga," kata Felix membuat Syung ha terdiam mendengar itu dan memilih untuk mengangguk sambil menundukan badan lagi.
--
"Masih lebih baik Seu dari pada kau," kata Neko dengan tatapan dingin masih menatap di ruangan nya. Syung-ha menjadi terkejut dan menatapnya dengan ekspresinya.
"(Ini beneran Nona Neko kan.... Kenapa tampilan nya menjadi sungguh sangat imut dan begitu menggoda, dia juga sangat cantik, itukah yang di sebut kucing pajangan....)"
"Kenapa?... Apa kau mencoba mengatakan sesuatu padaku, dari awal kau bersampingan dengan Seu bukan..." lirik Neko. Lalu Syung-ha terdiam dan kembali menundukan badan. "Maafkan aku, aku hanya di tugaskan melayani anda dan juga menemani anda untuk tidak melakukan hal berbahaya dan menjaga anda agar tidak terluka."
"Mau sok sokan bilang begitu, bagaimana jika melayani ku tidak becus?" Neko menatap meremehkan.
"Aku.... Aku pastikan.... Aku bisa...." Syung Ha meyakinkan nya.
"Kalau begitu.... Bawakan aku teh," kata Neko.
"Tolong tunggu sebentar akan segera datang," Syung-ha membalas lalu berjalan pergi.
Tak lama kemudian ia kembali dengan teh teko. Ia meletakanya di meja depan Neko dan menuangkan tehnya.
"Bersihkan itu untukku," Neko menunjuk lemari rias di dindingnya.
Syung-ha mengangguk lalu mulai merapikan tempat itu. Sementara Neko membaca bukunya, ia bahkan masih ingat tentang masa lalu Seu.
Syung-ha melihat ada kotak kontak lensa hitam disana. "(Apa ini hanya perasaanku, Nona Neko tak pernah terlihat memakai warna mata apapun selain mata merahnya,)" Seu menjadi terdiam.
"Kau... Kemarilah," Neko memanggil lalu Syung-ha berjalan mendekat dengan menundukkan badan nya.
"Apa kau punya masalah?" tanya Syung-ha.
Tiba tiba teh tercucur di atas kepalanya dan rupanya Neko menuangkan teh dari teko itu ke kepala Syung-ha yang terkejut.
"Rasakan apa rasanya, teh... Teh yang dingin aku menginginkan teh panas kenapa malah teh dingin?" tatap Neko dengan kejam.
"Ma-maafkan aku, aku akan segera kembali membawa yang baru," Syung-ha mengambil teko dan nampan itu dari meja dan berjalan pergi dengan keadaan masih basah. Dia menjadi sedih dengan menerima sikap dari Neko.
"(Kenapa kakak bisa dekat dengan Nona Neko tanpa ada provokasi seperti ini.... Aku ingin sepertinya.)"
Tak lama kemudian Syung ha kembali membawa teh tapi di ruangan Neko ia terkejut karena ruangan itu berantakan.
Neko juga tiba tiba melirik ke Syung ha.
"Kau, kembalikan padaku," dia menatap kejam.
"Apa maksud Anda, saya tidak mengerti."
"Dimana kontak lensaku yang ada di meja ini...." teriak Neko dengan kesal.
"Aku... Aku benar benar tidak tahu, maafkan aku..."
"Benarkah, kalau begitu sekarang dimana jika tidak kau yang ambil."
"Kumohon percayalah padaku," Syung ha memohon dengan berlutut di depan Neko.
"Aku masih tidak bisa percaya, begitu bodohnya kah dirimu, sekarang naiklah disini," Neko menunjuk kursi di sampingnya.
"Apa yang akan Anda lakukan?" tanya Syung ha dengan gemetar.
"Aku hanya sedikit melatih penglihatan matamu, Seu memiliki mata yang bagus sehingga bisa mendeteksi dan melihat dari benda sekecil apapun. (Karena itulah dia langsung menemukan si sniper itu, seharusnya pelayan penggantinya ini juga memiliki hal yang sama dengan nya,)" kata Neko. Seketika Syung ha baru sadar bahwa kontak lensa itu memang sudah di pakai Neko, karena mata Neko terlihat hitam bukan lagi merah. Seketika Syung ha terkaku. "(Dia... Mencoba mempermainkan ku,)" ia menelan ludah ketakutan lalu berdiri di atas kursi.
"Angkat rok mu," kata Neko. Terpaksa Syung ha mengangkat rok bajunya sehingga kedua kakinya terlihat telanjang.
Dengan cepat Neko memukul kaki belakang Syung ha dengan rotan itu.
"Ah...!" Syung ha berteriak kesakitan. Beberapa kali Neko melakukanya hingga berbekas merah sangat banyak di kaki Syung ha.
"Katakan padaku, apa kau benar benar ingin menjadi pelayanku, kau bisa keluar sekarang jika kau sudah tahu aku akan memperlakukanmu begini setiap harinya, kau bisa lari dan menangis meninggalkan ruangan ini jika kau mau pergi," kata Neko.
"A... Aku...Tidak ingin melakukanya..." balas Syung ha. Lalu Neko memukulnya lagi membuatnya berteriak kesakitan lagi.
"Aku memberimu kesempatan terakhir," lirik Neko.
"Aku... Aku tidak akan pergi!!" teriak Syung ha.
"Ho... Apa kau benar benar tidak ingin pergi, apa yang membuatmu tertahan begitu?" tatap Neko.
"Ka... Karena aku... Adik dari Seu, aku kemari ingin menggantikannya, aku tahu anda dari di sendiri yang dulu selalu menceritakan semuanya."
"(Adiknya, pantas saja hampir mirip dengannya,)" Neko menjadi terkaku baru sadar. Ia lalu melirik dengan senyum seringai. "Adik....? Biar aku ingat ingat, apakah gadis cilik yang mengataiku sesuatu waktu itu, biar aku ingat ingat," ia menggunakan nada seperti menakuti.
"(Itu memang benar, aku pernah mengatainya monster,)" Syung ha hanya bisa menangis terdiam menggigit bibirnya sendiri.
"Lalu sekarang dia dimana?" tanya Neko soal Seu.
"Kakak Seu sudah meninggal, dia dibunuh oleh seseorang," kata Syung ha seketika Neko benar benar terkejut.
"Apa katamu?!" dia berteriak dan menendang Syung ha hingga Syung ha jatuh dari kursi. "Akh..."
"Kenapa kau tidak bilang dari awal bahwa dia sudah mati, katakan padaku siapa yang membunuhnya!!!" Neko menatap kesal.
"Aku... Aku tidak tahu, sebelum dia dibunuh ada banyak orang aneh terus mengganggunya dan menanyakan pasal Anda pada kakak Seu," jawab Syung ha dengan menangis ketakutan. Lalu Neko teringat Beum. "(Dia.... Sialan,)" ia menjadi mengepal tangan.
"Dari mana kau tahu bahwa dia di bunuh?" Neko menatap dengan masih memakai tatapan serius itu.
"Saat itu pagi hari dan aku keluar dari rumah ku, aku melihat koper yang tak bertuan ada di depan halaman rumahku, saat aku buka karena sudah lama di sana tak di ambil.... Aku terkejut akan isinya karena isinya tubuh kakak ku."
"(Tak berguna, Ini benar benar menjengkelkan,)" Neko menjadi kesal.
Syung ha yang melihat aura membunuh Neko, menjadi gemetar sendiri, tapi ia mengatakan sesuatu. "Kakak terbunuh tanpa ada luka darah di tubuhnya... Tapi.... Di bawah nya, sudah terlihat bahwa dia diperkosa dengan kejam hingga mati."
Neko menjadi membuang wajah sambil menutup mata dan mengatakan. "Menjijikkan."
Lalu Syung ha berdiri dan membersihkan tempat itu. "Nona Neko, aku mohon maafkan aku, maafkan kakak ku juga... Aku datang untuk meminta maaf pada anda.... Aku benar benar menyesal dan sungguh sangat menyesal.... Aku mohon..." Syung Ha tampak terlutut di bawah membuat Neko hanya terdiam melirik melihat itu.
"(Beum..... Kenapa kau tidak bisa lelah saja dalam hal ini.) Cih... Bagaimana bisa kau hidup tanpa kakak mu yang harus nya mencarikan mu uang," Neko melirik.
"Aku..... Aku mencoba untuk bekerja keras sendiri, aku tak mau lagi membebani kakak ku, karena itulah pekerjaan ini membuat ku harus tertarik, tapi.... Kakak ku pergi begitu saja.... Sebelumnya aku juga bekerja di tempat lain," balasnya.
"Kau... Dimana kau bekerja sebelumnya?" tatap Neko dengan serius.
"Aku pemilik toko bunga kecil saja. Tempat nya agak jauh dari sini, aku menempuh jarak panjang hanya untuk menemui anda...." Syung ha membalas.
"(Jadi itu sebabnya dulu Seu selalu membawakan ku bunga aneh saat aku mampir di kafe malam,)" batin Neko. "Toko bunga itu, milik siapa?" tatap nya.
"Itu milik Kakak ku, dia menabung dan membeli kedai itu hanya untuk ku dan dia bilang, dia membangun kedai itu untuk setiap hari mengambil bunga yang berbeda untuk seseorang, aku di tugaskan merawat bunga yang ada di sana," balasnya membuat Neko terdiam.
Tapi Neko memasang wajah kesal. "Tetap saja, kau buruk dalam menjadi pelayan," tatapnya.
Syung ha yang mendengar nya menjadi terdiam melihat Neko, ia memiliki rasa pribadi dengan menatap perut Neko. "(Apa saat itu masih sakit,)" ia berbatin khawatir.