Chereads / Drop Blood: Amai Akai / Chapter 181 - Chapter 181 Tiger Cat and Alfa Wolf

Chapter 181 - Chapter 181 Tiger Cat and Alfa Wolf

Di pesta yang di gelar rekan bisnis Felix, di sebuah rumah dengan halaman luas seperti istanah yang mewah. 

Sebelumnya ada perdebatan pada Felix dan Neko. Itu saat dimulai Felix berjalan ke lorong akan ke kamar, tapi dia membawa sepatu putih wanita high hells tidak terlalu tinggi maupun tidak terlalu pendek dengan telanjang tanpa apapun. Jadi dia hanya terlihat membawa sepasang sepatu itu di tangan nya.

Lalu langsung masuk ke dalam kamar dan yang di dalam, yakni Neko, dia benar benar terkejut ketika pintu langsung terbuka tapi Felix mendapatkan pemandangan yang menawan, Neko sudah memakai gaun itu. 

"Ketuklah pintu terlebih dahulu!!!" teriak Neko menatap dengan kesal. 

Tapi Felix tersenyum kecil. "Kau cantik."

Seketika Neko terkejut mendengar itu, pujian itu bahkan bisa membuat nya mendengar kalimat itu, selama ini banyak orang yang mengatakan itu tapi ekspresi nya tidak sampai segitu. 

"A... Apa yang... Kau ucapkan tadi....?" ia gemetar tak percaya. 

"Kau cantik, dan malam ini, ikutlah aku."

"Hah tunggu, aku harus ikut kemana?"

"Menemani ku untuk melakukan pertemuan dengan seseorang."

"Hah!! Memang nya jika aku ikut aku jadi apa?!" Neko langsung menatap kesal. 

"Kau jadi pendamping ku," balas Felix. 

"Aku tidak mau!! Lebih baik aku tidak memperlihatkan diriku pada semua orang!"

"Oh itu ide yang bagus, semua orang malah akan iri padaku punya dirimu yang menggemaskan dan mengagumkan," kata Felix memegang dagu Neko sambil terus mendekatkan wajahnya. 

"Bagaimana pun juga kau harus ikut," tambah Felix, dia lalu mendekat dan mengulurkan sepatu wanita yang ia bawa tadi. 

"Paling tidak, kau harus terlihat beberapa centi lebih tinggi," tatap nya. 

"Apa?! Sialan, kamu mengejek ku pendek!!" begitulah gadis itu menjadi kembali keras kepala seperti itu. 

"Aku akan di luar, pastikan kau telah merapikan diri mu menjadi gadis yang cantik," kata Felix, dia lalu berjalan keluar dari pintu itu. 

"Cih, sialan....." Neko bahkan masih dengan tatapan kesal. 

Tak lama kemudian, tampak Felix merokok di luar ruangan itu, tepatnya di lorong yang sangat luas, rupanya itu adalah apartemen dan dia sedang di lorong.

Beberapa kali menghembuskan napas rokoknya. Lalu terdengar bunyi ketukan pintu ruangan itu, kemudian pintu terbuka dari dalam. 

Felix menoleh ke sana lalu perlahan terdengar suara sepatu high perlahan dengan lembut, lalu sepasang kaki terlihat muncul keluar dengan begitu cantik hingga sampai ujung kepala. Siapa sangka, hal itu sampai membuat Felix menjatuhkan rokoknya secara tidak sadar. 

Neko merapikan diri nya, dia memakai sedikit perias dan menggelombang kan rambutnya lalu dia menoleh pada Felix dengan tatapan yang agak kesal. "Kau puas sekarang?"

"Belum, kecuali kau benar benar bisa menjaga sikap mu," kata Felix sambil memegang dagu Neko membuat nya terdiam bingung. 

---

"Lihat itu, itu adalah Tuan Felix," kata beberapa orang yang ada di acara tersebut. Acara tersebut mewah dan menawan pastinya orang orang yang ada di sana merupakan pebisnis luar biasa. 

Ketika melihat Felix berjalan ke sana, pandangan mereka seperti langsung mengarah padanya. Tapi mereka terdiam ketika tangan Felix memegang tangan yang lentik di sana. 

Perlahan melihat melalui lengan yang sangat putih, dan itu adalah Neko, Felix menggandeng Neko ke sana. Dan sekarang wajah Neko sedang menunduk menahan sesuatu. "(Kenapa aku sungguh sangat malu.... Pandangan tertuju semua di sini....)"

Lalu Felix menoleh padanya dan mengencangkan genggaman nya membuat Neko agak sakit menoleh padanya dengan kesal.

"Jaga diri mu baik baik, kau pikir di sini aman untuk mu, tetap berada di sisi ku," kata Felix membuat Neko kesal kembali membuang wajah.

"Tuan Felix!!" tiba tiba ada yang memanggil, seorang pria. "Selamat datang, aku senang anda ada di sini... Oh dan siapa ini? Kenapa sungguh sangat cantik?" tatap pria itu pada Neko yang langsung melemparkan tatapan tajam membuat nya terkejut. 

"(Apa dia baru saja.... Melirik ku?)" ia langsung gemetar melihat lirikan Neko itu. 

"Ah aku mengerti, dia pasangan anda?" Pria itu menambah, di saat itu juga, secara tiba tiba, Neko melepas tangan Felix membuat Felix menoleh padanya. 

"Aku muak... (Siapa yang mau di panggil begitu bersama mu?!!)" Neko langsung mengatakan itu, seketika dia berjalan pergi dari sana dengan langkah kaki kecil tapi buru buru. 

Felix terdiam, dia menatap tangan nya lalu menghela napas panjang. "Ha... Aku hanya harus sabar bukan?" tatap nya pada pria itu yang menoleh, tapi ia kembali terkejut merasakan aura Felix. 

"I.... Iya... I... Iya..." dia membalas dengan gemetar. 

Sementara Neko berjalan keluar di halaman. "Sialan.... Aku hanya harus kabur...." ia menoleh sekitar. 

Tapi ada yang datang, seorang lelaki menggunakan baju pelayan membawa beberapa gelas di nampan yang ia bawa. 

"(Apa di sini tak ada wanita yang agak muda sedikit, aku suka wanita yang muda....)" pikirnya dengan merencakan sesuatu. Ia lalu kebetulan menoleh ke Neko dan seketika wajah nya senang. 

"(Hei, itu wanita muda yang cantik..... Aku belum pernah melihat malaikat, dia juga sendiri, aku bisa mengambil kesempatan,)" dia tiba tiba mengeluarkan sesuatu dari sakunya, seperti sebuah obat lalu memasukan nya di salah satu gelas di mana ia membawa beberapa minuman di nampan yang ia bawa di tangan nya tadi. Rupanya yang dikatakan Felix tadi benar, tak ada tempat aman untuk Neko termasuk di sana itu.

Lalu melihat sekitar, memastikan tak ada orang lalu mendekat. "Nona cantik," panggil nya membuat Neko menoleh. 

"Kau sungguh menawan, bisa beritahu siapa kau?" Pelayan itu menatap ramah. 

Neko terdiam, dia hanya mencueki nya membuat pelayan itu terkejut. "(Apa dia?! Baru saja mengabaikan ku?!)" ia menatap tak percaya. 

"E.... Nona Cantik, aku hanya ingin memberikan minuman ini padamu, tamu wajib mendapat satu," ia langsung mengambil gelas berisi obat tadi. 

"Aku tidak haus, terima kasih tawaran nya."

"(Cih, kenapa sungguh sangat dingin.... Sialan sekali.... Awas saja, aku akan membuat mu klepek klepek nanti.) Nona Manis, anda datang bersama siapa?" tanya pelayan itu dengan basa basi. 

". . . Tidak seorangpun..." Neko tak mau mengakui bahwa ia bersama Felix. 

"Hoho kalau begitu minum lah ini, untuk menenangkan pikiran mu," tatap mya. 

Karena Neko terganggu, jadi dia mengambil minuman itu

"Baiklah, sekarang pergilah.... Jangan ganggu aku," tatapnya dengan dingin. 

"Ya, semoga hari mu baik.... (Aku akan datang lagi untuk mengecek mu,)" Pelayan itu mengangguk lalu berjalan pergi. 

Ketika dia pergi, Neko meminum nya sedikit tapi ada yang memanggil nya. "Akai!" 

Membuat nya menoleh, siapa sangka, itu adalah Acheline yang menggunakan baju pengawalan. Rupanya Acheline juga ikut di sana membuat Neko tersenyum kecil. 

---

"Kau mengerti soal bisnis ini?" tanya Acheline sambil merokok bersender di dinding belakang rumah besar itu.

"Meskipun aku tahu, memangnya untuk apa," Neko membalas dengan berdiri biasa di sampingnya.

"Benar juga yah, ngomong ngomong kenapa kau terlihat pucat... Apa kau baru saja melakukan hal yang tidak pernah kau lakukan?"

"Apa maksudmu?!!" Neko menjadi terkejut.

"Haha bercanda, kau masih tetap cantik," Acheline tertawa sendiri.

Tapi Neko menjadi diam, dia agak mencemaskan sesuatu.

"Ada apa?" Acheline menatap bingung.

Neko masih terdiam, dia lalu menghela napas panjang dan menengadah menatap langit.

Malam yang sangat gelap dengan cahaya bulan yang masih bersinar terang, membentuk bulat sempurna dengan cahaya biru seperti kristal yang tak akan pernah padam di telan kegelapan langit malam. 

"(Bulan yang terlihat bulat seperti menandakan bahwa serigala akan berubah di malam ini, berubah menjadi ganas dan bebas karena hari ini bulan yang bulat.... sangat aneh jika harus menganggap ini semua benar benar nyata,)" ia terdiam sendiri.

Lalu Neko kembali menghela napas panjang. "(Kenapa? Kenapa selama ini aku merasakan hal yang biasa jika berada di dekat lelaki, aku bersikap biasa dan tidak takut sama sekali tapi kenapa ketika aku berhadapan dengan pria itu, rasanya aku harus seperti menghancurkan tubuhku saat ini,)" ia memikirkan Felix sambil memegang kening nya dengan rasa putus asa. 

"Akai?" Acheline menatap bingung melihat Neko yang diam dari tadi.

Neko hanya masih diam dan membuang wajah nya tak mempedulikan nya. Acheline terdiam dengan sikap Neko lalu ia menghela napas rokok nya.

"Hari ini sangat lah lelah bukan?" kata Acheline sambil menikmati rokok nya. Neko hanya terdiam melihat fokus pada ke arah lain, dia masih mengabaikan Acheline.

"Bos Felix itu bekerja lebih sibuk dari pada apapun, dia bahkan tidak bisa memandang apapun dari tubuh seseorang karena tak punya waktu melakukan nya," kata Acheline, dia mencoba mencari topik untuk berbicara dengan Neko dan tak di sangka Neko tertarik dengan menunjukan dia menoleh padanya. 

Lalu Acheline tersenyum dan melanjutkan perkataan nya. "Dia tidak bisa di katakan ilegal begitupun juga pekerjaan nya, dia juga tidak bisa di katakan legal begitu pun juga perbuatan nya. Dia bekerja keras melakukan apapun yang seharusnya dilakukan oleh seorang Mafia sepertinya, karena dia bukan dari penerus apapun, membangun ini semuanya adalah kerja keras nya sendiri," tambah Acheline. Lalu Neko terdiam melihat ke arah lain. Kerja keras yang dilakukan Felix sama dengan nya. Tak memiliki campur tangan orang lain maupun darah penerus untuk meneruskan pekerjaan besar. 

"Oh, ayolah, jangan terbawa masalah, nih..." Acheline memberikan permen tusuk merah padanya.

Neko terdiam mengingat semuanya yang telah terjadi.

 "Aku tidak menginginkannya," ia membuang wajah dengan kesal.

"Tak perlu membenci yang sudah lalu hanya karena permen mengingatkanmu pada semuanya," kata Acheline.

Neko terdiam dengan perkataan itu dan akhirnya menerima permen nya.

Saat ia memakan permen itu tiba tiba ia berwajah terkejut.

Acheline yang melihat itu menjadi bingung.

"Ada apa?"

"Uhh.... Cough!" Neko membalik badan dan muntah membuat Acheline terkejut.

"Apa yang terjadi, kau baik baik saja?!"

"(Kenapa perutku sangat mual, kepalaku juga pusing, apa yang terjadi.... Perasaan aku tidak makan apapun...)" ia terdiam tapi mengingat sesuatu, yakni minuman yang di berikan pelayanan tadi.

"(Ugh sial....)" ia terus meremas perut nya.