Tak lama kemudian Felix datang mendekat.
"Aku sudah mencari mu kemana mana, bukankah aku sudah bilang padamu untuk ikut aku ke dalam," tatap dingin Felix ke Neko.
Namun ia menjadi aneh saat Neko memegang perutnya sendiri, apalagi dia juga membelakangi Felix.
Ia langsung menarik tangan Neko, hal itu membuat nya tertarik dengan tubuh lemas.
"Ikutlah denganku," dia menatap serius.
"Lepaskan aku!!" Neko membalas menatap kesal.
"Tidak kah kau sadar, ini bukan sakit yang kecil," Felix langsung menggendong dan membawa Neko yang masih kesakitan pada perut nya. "(Tubuh ku panas... Sangat panas.... Aku ingin dia menyentuh ku....)"
"Bos bagaimana dengan acaranya?" tanya Acheline yang panik menatap nya pergi menjauh dari sana.
-
"Lepaskan aku, aku sudah bilang aku baik baik saja!" Neko terus memberontak tapi Felix memasukan nya ke mobil dan membuat bangku mobil tengah miring untuk membaringkan Neko.
Di saat itu juga, Felix baru menyadari Neko bernapas panas dan berkeringat sangat banyak. "Ha... Ha... Lepaskan aku.... Tubuh ku panas..." dia menatap Felix dengan bernapas tersiksa.
Felix langsung menebalkan alis, ia segera membuka baju Neko dan tak di sangka sangka, Felix melihat pemandangan yang menggoda dari tubuh Neko.
"Kupikir ini bukan lah hal yang serius, kau sudah di beri obat perangsang," Felix menyentuh leher nya.
"Ah... Singkirkan itu!!" Neko menjadi berteriak terkejut. Obat itu membuat nya sangat sensitif.
"Katakan padaku, siapa yang telah memberimu obat?! Kau meminum apa ketika tidak bersama ku?!" Felix menatap serius.
"Huf... Huf... Apa pedulinya kau jika aku memberitahu itu, aku tidak pernah memberitahu seseorang soal apapun yang sedang aku derita," balas Neko. Dia masih tetap saja bersikap seperti itu meskipun sedang kesakitan.
"Cih... Kau lebih memilih aku tahu sendiri dari pada kau yang memberitahu," Felix menjadi berwajah kesal.
Tapi mendadak, Neko terdiam tapi masih dengan bergerak menggeliat, bahkan dia menyelipkan tangan nya di antara paha nya.
"Hng... Sangat dingin.... Tubuh ku panas.... Aku tak bisa mengendalikan tubuh ku," Neko sudah terangsang.
Di saat itu juga Felix melepas sabuk pinggang nya, jika di pikir pikir dia akan melakukan hal senonoh, tapi tidak, dia menggunakan sabuk pinggang nya untuk mengikat tangan Neko.
"Ah.... Apa yang kau lakukan...?!" Neko mencoba melepas tapi tangan nya tak bisa lepas.
"Tunggulah hingga kita di tempat yang baik, bukan di mobil."
"Apa maksud mu?! Jadi kamu berpikir aku ingin melakukan sesuatu.... Lepaskan aku... Tubuh ku sangat panas...." Neko tetap bernapas panas dan di saat itu juga, Felix mencium aroma feromon Neko.
Seketika dia memasang wajah kesal. "Cih..." langsung memegang pinggang Neko dan mendekat, dia mencium bibir Neko di bangku tengah itu.
"(Apa yang dia lakukan... Tubuh ku tak bisa bergerak, aku tak bisa mengendalikan tubuh ku karena dia.... Apa dia akan.... Melakukan nya?! Aku ingin melepas ciuman ini, tapi kenapa bibirku terus terbuka untuk nya,)" Neko akan kehilangan kendali untuk tubuhnya.
"Salah satu obat dari rangsangan hanya satu, mengatasi nya hingga rasa menyiksa itu hilang," kata Felix sambil mengendurkan dasi yang ia pakai membuat Neko terdiam kaku. Untung nya mobil itu cukup besar dan tidak cukup sempit.
"Ng... Kau mau apa... Hentikan..." Neko akan melawan tapi ia terlalu lemas dan di saat itu juga, dia sudah terbawa arus terangsang.
"Kau tidak bisa mengatasi itu sendiri... Bangunlah ketika ini semua terjadi...." kata Felix, seketika dia menggigit leher Neko.
Lalu di saat itu juga, ada yang masuk dan duduk di bangku supir, tepatnya salah satu bawahan Felix, seorang supir yang menyalakan mobil lalu mengendarai nya. Sementara Felix mengatasi hawa panas tubuh Neko.
--
"(Tubuh ku, sungguh sangat panas... Aku tak tahu apa yang terjadi padaku, aku ingin sesuatu yang dapat meredakan nya... Tidak cukup, aku ingin lagi... Lagi....)" Neko menjadi terpojok di dinding dan Felix yang melakukannya, dia melepas semua baju Neko sehingga Neko berdiri dengan telanjang di dinding.
Sepertinya posisi mereka ada di apartemen yang sama.
"Akuilah, jika kau membutuhkan ku," kata Felix, ia menatap Neko yang masih bernapas panas, tapi tiba tiba ia menarik tangan Neko ke ranjang.
"Tidak... Jangan... Hentikan... Aku..." Neko tampak Lemas.
Lalu ia terkejut ketika melihat Felix membuka baju miliknya sendiri sehingga dia telanjang dada, di punggung nya, tato itu akan menyaksikan malam itu.
Mendadak, jari Felix melemaskan Vagina Neko.
"Ah, hentikan... Hng..." Neko mencoba menahan hal itu tapi tak bisa, dia juga tidak akan bisa rileks.
"Hingga pada akhirnya, malam yang bahkan tidak bisa aku tunggu. Aku telah menunggu mu untuk mengikuti perintah ku termasuk hal ini, selama ini, kecamkan itu," kata Felix, seketika ia membuka paha Neko.
"Ah, hentikan.... Tidak, jangan..." Neko merintih, dia bahkan menangis. "(Aku tak mau, aku tak bisa mengendalikan tubuh ku... Kenapa tubuh ku tidak memberontak....)" Neko menutup mata dengan ketakutan.
Hingga ia merasakan hal yang sama sekali belum ia lakukan. Felix menyentuh dengan ujung penis nya di vagina Neko dan mendorong pelan, seketika ujung dari penis itu masuk dengan perlahan membuat Neko terkejut.
"Ah!! Hentikan... Sungguh sangat sakit!! Ah!!" Neko terpaku dan sungguh kesakitan.
"Tch, cobalah untuk rileks.... Kau sungguh sangat ketat...." Felix menatap, dia juga tampak nya kesakitan karena Neko terlalu ketat.
Seketika dia memasukan penis nya lagi perlahan dan di saat itu juga ada darah mengalir.
"(Sungguh sangat sakit... Sakit.... Aku mohon hentikan....)" Neko menutup mata kesakitan.
Tapi tiba tiba Felix memegang tangan nya dan menariknya untuk bangun, posisi nya menjadi Felix duduk dan Neko ada di atasnya masih dalam keadaan memasukan.
"Sangat sakit..... Hentikan..." Neko kesakitan dan terus menangis.
"Tidak kah kau senang, hingga akhirnya, kau benar benar menjadi milik ku," tatap Felix dengan senyum seringai.
--
Hari berikutnya, Felix membuka mata dengan telanjnag dada, dia tengkurap memeluk bantal nya lalu bangun dengan mengusap mata nya.
Ia terdiam, lalu bangun duduk tapi ia menoleh ke samping berpikir Neko ada di samping nya tapi tidak ada, ia membuka selimut dan di saat itu juga, ada bercak darah di bagian samping ranjang nya itu.
Felix terdiam dan menghela napas panjang, dia lalu memegang bercak darah itu. "Kemana kau pergi secepat itu.... Apa kau tidak ingin sebuah tanggung jawab?"
Sementara itu Neko berjalan terburu buru sambil memegang perut bawahnya, dia sudah memakai baju nya dengan rapi lalu terengah engah. "Ha... Ha.. Sial... Benar benar sungguh sangat sakit...." ia berhenti berjalan dan wajahnya benar benar pucat. "(Aku harus pergi dari sini....)"
Sebelumnya, Neko terbangun membuka mata dan merasakan bahwa Felix memeluk nya ketika tidur, lengan Felix dijadikan bantal untuk nya.
"(Ugh.... Sial...)" dia mencoba bangun meskipun perut dan pinggang nya sakit. "(Rasanya sungguh sangat sakit.... Rasanya punggung ku patah, perut ku terlilit dan kejadian ini membuat ku berpikir takut...)" ia khawatir pada kondisi nya, lalu segera keluar dari ranjang, tapi siapa sangka, darah mengalir dari vagina nya membuat nya langsung berlutut menahan sakit.
"Sungguh.... Ini menyiksa ku...." dia meremas sprei, lalu mencoba berdiri dan berjalan masuk ke kamar mandi. Setelah itulah, dia meninggalkan Felix.
--
"(Aku benar benar tidak kuat....)" Neko masih terengah engah dan seketika dia berlutut. Di pinggir jalanan itu sendirian.
Tapi ada suara tepakan kaki berhenti di depan nya, siapa sangka itu adalah Felix menatap bawah dengan tatapan datar nya. "Kau benar benar memaksakan diri mu," tatapnya.
"(Apa. . . Apa yang dia bicarakan... Aku tak bisa mendengar nya.... Kenapa dia bisa menemukan ku di sini... Entahlah, terserah, tubuh ku tak nyaman, perut ku sakit....)" Neko memutar pandangan nya membuat kelopak mata nya berputar dan untung nya, Felix berlutut langsung menutupinya dengan mantel yang ia bawa dan menggendong nya, lalu membawanya pergi.
Dia benar benar menemukan Neko dan membawanya pergi. Hingga ia mengantar Neko ke rumah sakit.
Di sana, Neko terlihat terbaring dengan selang cairan menempel di nadi tangan nya. Dia terbaring di sana dan tidak membuka mata sama sekali.
Sementara itu Felix ada di luar ruangan bersama dengan dokter lelaki di sana.
"Tidak ada masalah maupun bahaya dalam yang.... Anda lakukan dengan nya... Tapi setelah aku lihat lihat, Gadis anda menderita cedera di dalam perut nya, di sebabkan karena memakan suatu bahan kimia yang tercampur dengan zat azam ganas, hal itu dapat menyebabkan berbagai hal seperti robekan pada organ, hancurnya organ, hingga pendarahan pada organ akibat pembuluh darah yang rusak/terputus. Sesuai pengamatan ku, dia mungkin memakan maupun meminum sesuatu yang berisikan obat berbahaya untuk nya," kata dokter tersebut. Sudah jelas pelayan saat itu yang membuat Neko celaka.
Lalu wajah Felix menjadi tambah serius dan beralis tebal. Ia lalu masuk ke ruangan Neko melihat Neko masih terbaring di sana. "(Jadi itu bukan sembarang obat perangsang?)"
Lalu di saat itu juga, Neko membuka mata nya. Dia membuka mata dengan mata yang pucat lalu bangun duduk dan melihat Felix masih berdiri di samping nya.
"Kau mendengar sendiri tadi huh, itu luka yang sangat serius membuat organ mu terkena. Apa kau tidak pernah mendapat luka jauh lebih buruk seperti ini?" tatap nya dengan serius pada Neko. Dia bahkan langsung mengatakan itu pada Neko yang baru saja bangun.
Tapi Neko memasang wajah kesal, dia langsung membuang wajah, ia malah menjawab sesuatu. "Aku mendapat yang lebih buruk dari ini, aku tidak mau mengungkit nya karena aku sama sekali tidak peduli."
Lalu Felix terdiam dan menghela napas panjang. "Terserah saja, kau gadis yang keras kepala... Kau sudah terluka seperti ini saja sudah berani bilang kau tidak peduli, sebenarnya apa yang kau pedulikan di sini."
"Ini bukan urusan mu!!" Neko langsung menyela menoleh marah padanya.
"Ini jelas adalah urusan ku," Felix menambah dengan masih memasang wajah kesal padanya.
"Kau tidak berhak menjadi orang yang mengurus ku, aku tak butuh apapun, biarkan aku sendirian aku tak butuh apapun darimu!!" tambah Neko.
"Kau perlu di ajari!!" Felix langsung menyela membuat Neko terdiam.