Felix menjadi memojok Neko dengan jarinya yang masih mencoba masuk ke mulut Neko.
"Ha... Ng... Puah... Apa yang kau lakukan?!" Neko menatap kesal.
"Aku mulai berpikir aku kemari untuk melihatmu menjadi hewan peliharaan," kata Felix. Ia melihat ranjang Neko dan langsung menarik tangan Neko memojokkannya di ranjang.
"Lepaskan aku!!" Neko memberontak di ranjang.
Felix tetap melanjutkan membuka bajunya sendiri, membuat Neko terdiam kaku.
Terlihat di punggung Felix sangat mengesankan, lebih kejam dari milik Neko. Siapa sangka, punggungnya dipenuhi banyak tato yang bahkan tak menyisakan kulit di punggungnya.
Tato bermotif penuh dan bergambar serigala yang menggigit kepala harimau yang telah putus. Bahkan yang membuat mengerikan adalah di bagian kepala harimau itu, masih ada tulang dan organ tubuh lainnya yang ikut ia bawa, masih terlekat pada leher kepala harimau itu.
Neko tidak bisa melihat itu karena ia sedang menghadap Felix, bukan melihat punggung Felix. Ia menatap tubuh Felix yang juga penuh luka sayatan, memiliki tubuh yang besar, dada bidang, dan otot perut yang keras. Tangan besar menghiasinya sebagai pria yang mengerikan.
"Kenapa? Dari wajahmu, kau pasti penasaran apa yang ada di punggungku, kau suka tato, jika kau ingin melihat, kenapa kau tidak melepas bajumu saja? Ini hanya satu lapis," bisik Felix yang perlahan menaikkan kemeja Neko. Sehingga terlihat Neko hanya memakai celana dalam dan perutnya yang begitu cantik.
Felix melihat bagian Neko saat kemeja itu dibuka. Ia menatap kulit di leher hingga perut Neko.
"Seberapa umurmu bisa memiliki kulit yang seperti ini, terlihat pucat tapi begitu lembut saat disentuh, terlihat kasar tapi ini warna yang murni, apa kau mandi darah atau semacamnya, hm?" Felix menyentuh paha Neko dengan tangan besarnya.
"Kau... Tak bisa melakukan ini, apakah tidak pernah melakukannya sehingga kau harus melakukan ini padaku?" Neko menatap kesal.
Felix terdiam lalu menoleh di pojokan pemberiannya tadi ada di sana.
"Aku bisa menjadikanmu sesuatu dan menjawab itu," kata Felix. Hal itu membuat Neko terdiam.
--
"Sekarang kau terlihat seperti peliharaan kecil," kata Felix sambil merokok dengan masih telanjang dada dan menatap Neko duduk di bawah sofa-nya dengan adanya kalung leher kucing.
"Kau sialan," Neko hanya bisa menggerutu dengan kesal.
"Kau tidak memakai kuping dan ekor itu? Apa kau mau memperlihatkan tubuhmu hanya dengan memakai kemeja tipis itu?" tatap Felix. Posisi duduknya benar-benar melebarkan kakinya.
"Aku tidak sudi memakainya!!" teriak Neko.
"Baiklah kalau begitu, kau menginginkan jawaban, bukan? Kenapa kau tidak tambah kemari duduk di sini," Felix menunjuk pangkuan di paha kirinya.
Di saat itu juga wajah Neko menjadi agak memerah. "(D...Dia... Apa yang mau dia lakukan saat aku ada di sana nantinya?!)" Neko menjadi ragu.
"Ada apa? Kau ingin jawaban, bukan? Soal apakah aku pernah melakukan hal ini pada perempuan lain?" kata Felix.
Neko terdiam tapi ia menjadi menyetujui lalu Neko berdiri perlahan menaiki meja kecil di depan mereka dan duduk di pangkuan kaki kiri Felix.
"Tubuhmu terlalu besar," kata Neko.
"Kenapa, bukankah kau cari yang hangat?" Felix menatap dengan senyum kecilnya.
"Sekarang katakan semuanya," Neko menyela.
Tapi Felix hanya menunjukkan senyumnya itu sambil meraba punggung Neko dengan tangan besarnya.
"Apa yang kau lakukan?!" Neko menatap tajam.
"Aku hanya berpikir apakah banyak orang lebih tertarik pada tubuhmu atau kulitmu," kata Felix yang seketika mencium bibir Neko. Tapi Neko tak membuka mulutnya untuk ciuman itu.
"Kucing yang baik, aku akan mengajarmu cara berciuman," kata Felix.
"Apa?...!!... Aku tidak mau, umh..." Neko terkejut, Felix kembali menciumnya, kali ini Neko mau membuka mulutnya.
Felix melanjutkannya dengan mengangkat kedua kaki Neko dan membuka selangkangan Neko untuk memposisikan yang terbaik. Sekarang Neko benar-benar duduk menatap Felix. Dengan masih disangga menggunakan tangan Felix, tangan Neko duduk di atas Neko untuk mencapai kontak mata yang tepat.
"Aku tidak berpikir kau akan melakukan ini padaku," Neko menatap dekat.
"Yah, karena kau kucing yang loyal untukku," Felix membalas sambil memasukkan tangannya ke punggung Neko. Mereka kembali mencium bibir.
"(Tak kusangka aku membiarkan orang ini melakukan hal ini padaku. Benar benar sangar menjengkelkan, seharusnya aku bisa melawan nya tapi dari dulu aku sudah tahu bahwa kekuatan nya lebih buruk dari apapun, dia tak bisa aku kalahkan, aku tahu sendiri akibatnya nanti jika aku gagal melawan nya... Aku bahkan tidak tahu apa yang telah memasuki diriku hari ini, kenapa saat aku bersama dia seperti ini. Aku tidak bisa memikirkan apapun yang membuat adegan ini terganggu, aku sama sekali tak bisa mengalihkan apapun dari hal ini. Apa karena tubuhku terlalu menyukai hal ini dan hatiku tertarik pada orang ini?)" Neko terdiam menatap Felix yang masih mencium lehernya beberapa kali, layaknya seperti dia yang menikmatinya sendiri.
Lalu Felix melirik dan menatapnya. Di saat itu Neko berwajah terkejut melihat mata Felix. Mata yang berbau khas berdarah biru, warna mata biru kristal yang sangat tertempel di sana.
"Kau memandangnya sangat lama, kau suka pada warna mataku?" Felix menatap dengan wajah seringai sambil mendekatkan Neko dengan mendorong punggung dengan tangannya.
"Ugh... Jauhkan aku, aku tidak mau terlalu dekat denganmu," Neko mencoba mendorongnya dengan sangat kuat tapi usaha apapun tidak akan bisa menggeser pria itu.
"Kenapa? Kau mengizinkan orang lain mencium, menjilat, dan mencium aroma setiap tubuhmu tapi kenapa kali ini kau menolak dariku?" Felix tetap mendekatkan Neko dan mencium beberapa kali leher Neko yang menutup mata mencoba tak mau merasakan hal ini.
"Me... Mereka tidak pernah aku izinkan melakukan itu di semua tempat."
"Hm... Begitukah, kalau begitu di mana saja kau mengizinkan mereka melakukan tiga hal itu?"
"Di... Tempat saat ini kau melakukannya," balas Neko. Lalu Felix tersenyum kecil dan seketika menggigit pelan kulit di leher Neko.
"Ahhhh!!! Sakit!!!" Neko terkejut. Dia mendorong bibir Felix, membuat Felix menjauh dari lehernya. Ia melihat, leher itu sudah berbekas saja. "Ha.... Benar-benar lemah, aku hanya menggigit pelan tapi ini sudah berbekas sangat dalam," dia mengusap bekas itu dengan ibu jarinya, membuat Neko terkedut.
Lalu Felix menatapnya. "Kau pernah bertanya-tanya, apakah aku memang memiliki hal yang dikaitkan dengan takdir untukmu?" Felix menatap.
Neko terdiam sebentar, lalu menjawab. "Ada..."
"Apa itu..."
"Kau menjadi penjahat di sini, untukku... Kau bajingan..."
"... Sigh..... Baiklah, jika kau menganggapku itu, anggap saja terus menerus, biarkan takdir membenarkan hal itu.... Sekarang, sampai mana tadi?" Felix kembali mendekatkan wajahnya di bagian dada Neko, meskipun Neko terbuka, dia masih memakai kemeja putih saja.
"Kancing yang kecil, lepaskan sendiri untuk dirimu," tatapnya.
"Aku.... Tidak akan melakukan itu," Neko masih tak mau.
"Baiklah, kalau begitu, aku akan menggunakan gigi ku."
"Ah, tunggu, biar aku sendiri," Neko langsung menyela begitu Felix akan membuka mulutnya. Dengan wajah ragu dan kesal, dia melepas kancing bajunya dari atas hingga bawah, semuanya. Tampak di pandangan yang sangat menawan. Felix masih belum menyerang, dia mengatakan kalimat lagi. "Buka itu hanya sampai di bahu mu."
Neko kembali terdiam. "(Bajingan, aku benar-benar sudah kehabisan akal untuk menghindarinya....)" meskipun kesal, dia tetap menuruti permintaan Felix, dia menurunkan kemeja-nya hanya sampai bahunya, memperlihatkan kulit di bagian tubuhnya yang sangat mulus dan cantik.
Bra berwarna merah yang ia pakai benar-benar menambah kesan yang sangat cantik. "Itu bagus, kau benar-benar kucing baik yang penurut," tatap Felix.
"Cepat lakukan saja.... Kenapa kau tidak menyerangku dari tadi..." Neko menatap.
"Yeah, jadi kau mengharapkan aku melakukan itu begitu? Padahal aku sudah baik-baik menahan ini," tatap Felix membuat Neko terdiam.
Tiba-tiba Felix mengangkat Neko, membuat Neko terkejut. Felix melakukan itu untuk mencium perut Neko. Hal itu membuat Neko terkedut sensitif dan mulai gemetar.
Felix juga menggigit di bagian tubuh Neko, di mana pun.
"A... Apa yang kau lakukan.... Lepaskan aku..."
Lalu Felix menatapnya, membuat mereka melakukan kontak mata. "Apa kau tidak mau menyerangku balik?"
". . . Apa... Maksudnya?"
"Aku berpikir kau akan menggigit leherku ketika aku melakukan ini, tapi sepertinya kau malah menikmati aku memakanmu di mana pun."
"Aku.... Tidak bisa..." Neko membuang wajah.
"Ah, aku mengerti, kau tidak kuat menggigit, aku akan membuatkan untukmu." Felix akan mengambil sesuatu dari saku celananya, tapi Neko langsung berteriak, "Tunggu!!" Membuat suasana terdiam.
"Kau tidak bisa menyakiti lehermu lagi...." Neko menatap khawatir, tapi suasana kembali terdiam dan Neko menjadi terkejut. "(Apa... Apa yang baru saja aku katakan?!! Kenapa aku mengatakan hal itu?!!)"
Tapi mendadak ia merasakan tangan Felix menekan pinggangnya mendekat, membuatnya menoleh ke Felix yang tersenyum kecil. "Bisa kau katakan lagi..."
"Apa?! Aku tidak mengatakan apapun..."
"Benarkah begitu, tapi aku mendengar-
"Tidak!!" Neko langsung menyela seketika, dia mendekatkan wajahnya langsung menggigit leher Felix.
Ia menggigit sekuat tenaga hingga benar-benar tertusuk ke dua taring Neko. Rupanya kedua taring Neko sudah kembali tumbuh dari salah satu yang patah saat itu.
Di tengah Neko melakukan halnya, Felix memegang paha Neko dan meraba tubuh Neko, tapi tangan satunya terus saja terhenti di satu bagian, yakni punggung atas Neko. Dia meraba di setiap celah lukanya. "(Ha.... Luka ini tidak akan bisa hilang karena ini seperti tanda kutukan...)"
Hingga tak lama kemudian, Neko mengangkat kepalanya dengan bibir yang belepotan darah. Di leher Felix, darahnya sudah berhenti mengalir.
Neko menjilat bibirnya sendiri. "Harus aku bilang, darah ini sangatlah enak," tatapnya.
Felix terdiam, lalu tersenyum sangat kecil. "Harus aku bilang, itu tidak gratis..." ia mendekat dan mencium bibir Neko, membuat Neko terkejut kaku, lalu Felix mencium leher hingga bawah.
"Ha.... Hentikan... Ini sudah lebih dari cukup," Neko menatap ragu.
"Ini tidak akan cukup sebelum kita melakukan sebuah seks," tatap Felix, seketika Neko terkejut kaku.
"K... Kau... Bajingan..." ia menatap kaku.