Chereads / Bloody Line: Under The Drop of Blood / Chapter 161 - Chapter 161 Tiger Cat and Alfa Wolf

Chapter 161 - Chapter 161 Tiger Cat and Alfa Wolf

(This season will explain that Neko meets a man who is more evil than her, just like what she said, it's better to be with a man who is more cruel than her than fate changes her life, because the past has already determined the future.)

Perlahan mata membuka, merasakan kaki, tangan, dan seluruh tubuh kesakitan tak bisa bergerak. Tepatnya Neko yang membuka mata, dia tadi pingsan dan di biarkan di bawah begitu saja.

"(Apa? Dimana aku?)" dia mencoba menyadarkan dirinya sendiri.

Terlihat sebuah surat kontrak dijatuhkan di bawah tepat di mana ada Neko terikat di bawah. Dia terbaring dan terikat tak bisa melepasnya karena terlalu kencang. Dia masih belum tahu apapun.

Lalu menengadah dengan keadaan berbaring menatap pria besar berdiri tepat di dekat kepala nya. Membelakangi cahaya membuat wajahnya tak terlihat, Neko menatapnya sambil menipiskan mata karena silauan cahaya lampu.

Hingga ia menyadari sesuatu. "(. . . Dia bernama... Park Choisung!! Tentu saja, memiliki tubuh yang besar, rambut pirang, dan mata biru Rusia.... Ini sangat berbahaya, aku bahkan tak mengenal nya selama hidupku,)" Neko menatap waspada.

Hingga dia bicara padanya. "Kau punya hutang padaku," kata pria tersebut.

"Hutang!!?" Neko langsung terkejut tak percaya. "Siapa yang pernah berhutang pada Park Choisung!!" dia langsung mengatakannya dengan nada berani.

". . . Siapa yang memberitahu nama itu, itu bukan nama ku, itu hanya sebutan, kedepannya kau harus memanggilku dengan nama ku, Felix," kata pria itu yang bernama Felix tersebut dengan tatapan dingin dan rokoknya ada di bibirnya.

". . . Cih.... Apa yang kau lakukan, apa kau juga mau memerasku sama seperti bajingan itu!!" teriak Neko dengan kesal.

"Kau sekarang sudah mengerti aku, kenapa kau tidak berpikir dulu sebelum melawanku."

"(Felix... Penagih hutang swasta yang dikenal kejam secara tersembunyi, seharusnya musuh sindikat dari dulu adalah dia tapi dia tak pernah mau bertemu dengan Chairwoman dan yang menjadi musuh Chairwoman adalah Cheong, dia juga tak berurusan dengan Cheong... Bagaimana aku bisa bodoh tak tahu kalau wajahnya bisa menipu seperti itu,)" Neko terdiam dengan kesal.

"Aku yakin kau telah mengingatnya sekarang, apa yang mau kau katakan padaku?" tatap Felix sambil merokok berdiri di depannya.

Tapi, Neko tersenyum kecil. "Bodoh sekali kau lebih memilih menolongku, kenapa kau tidak membunuhku saja di depan semua orang itu, dan lebih tepatnya kau tidak berani membunuhku di depan orang-orang!!" Neko membalas dengan mencoba melawan rasa takutnya.

"Kupikir aku sudah membuatmu takut akan hal ini, gadis yang selama ini dapat aku cari-cari, masih ada dan akan tetap ada, mungkin kau tidak mengingatku, tapi pemikiran maupun ingatan masa lalu akan membantumu."

"Siapa... Siapa memangnya kau!! Kenapa kau mau mengaitkan ini dengan masa lalu!!" Neko menatap kesal dengan teriakannya. Tapi tiba-tiba saja, ia terdiam kaku merasakan sesuatu pada tubuhnya.

"(Apa... Apa yang terjadi.... Kenapa tubuhku... Panas... Aku benar-benar haus....)" Neko gemetar, ia menggulung tubuhnya layaknya menutupi perutnya, kulitnya sebagian memerah sedikit di antara warna putih pucatnya.

"(Sial... Ada apa.... Apa yang terjadi... Apa jangan-jangan ini waktunya aku harus meminum darah?!)" ia terdiam kaku.

Lalu Felix menoleh ke sebuah jam dinding. "Ah, ini sudah hari ke-7."

"(Hari ke tujuh??!)" Neko kembali terkejut, itu artinya, dia pingsan selama 7 hari.

"7 hari bukanlah waktu yang cepat bukan, tidak makan, minum selama itu, bagaikan kau koma saja.... Sekarang aku tahu keluhanmu, ingin darah sesuka hatimu, wajar saja karena kau sudah puasa 7 hari, tubuhmu kurus," kata Felix membuat Neko kesal.

"Kau sialan... Kau yang membuatku tak bangun selama 7 hari!! Kenapa kau begitu kejam!!"

". . . Jika kau mengatakan ku begitu, aku pastinya akan melakukan sesuatu yang lebih kejam nanti, tapi sekarang, kau harus mengatakan cara mu membayar hutangku," kata Felix.

Neko kembali terdiam. "(Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan, aku di depan seorang yang kejam, memiliki apapun di dunia ini dan sekarang, aku hanya perlu menunggu mati... Aku tak akan selamat... Kenapa hidup ini sangat sial terus menerus....)" Neko menutup mata, bahkan matanya juga gemetar.

"Aku tidak berpikir kau akan menangis," tatap Felix.

Neko masih terdiam. "(Aku tak tahu harus apa.... Aku benar-benar ketakutan, aku tak pernah merasakan hal ini sebelumnya, apa karena kejadian-kejadian yang masih aku ingat itu ada di benakku selama ini. Aku tak mau memikirkan itu lagi apalagi aku di depan pria yang bahkan sudah dari dulu tak ingin aku temui, kenapa aku harus bertemu dengan nya, apakah benar ini adalah sebuah masalah yang harus ditolong, awalnya aku tak pernah percaya pada pahlawan yang akan datang, tapi... Aku ingin dia datang sekarang, aku tak mau tersiksa seperti ini lagi, ini mengingatkanku pada apartemen B03, sebelum ke sana aku juga akan disiksa begini...)"

Lalu ia mendengar suara bahwa Felix berlutut menatap membuat Neko langsung menengadah, hal itu tentunya membuat mereka berdua melakukan kontak mata.

"Kau ketakutan?" Felix menatap.

Tapi Neko terdiam tak percaya, dia terpelongoh, itu karena dia pertama kali melihat wajah pria yang bernama Felix tersebut setelah sekian lama tidak diperlihatkan dalam banyak orang yang ingin melihatnya.

Sekarang dia tampak baik, dia memiliki wajah yang begitu kuat, bisa dibilang, dia tampak dominan pria yang begitu dewasa membuat Neko terdiam. Selama ini lelaki yang ia temui adalah lelaki muda bahkan yang umurnya sama maupun kurang darinya, tapi dari tampang Felix, dia lebih dewasa.

Tapi Neko menggeleng, dia langsung memaki. "Kau sialan....."

Hal itu membuat Felix terdiam dan kembali berdiri. "Kau memang pandai berbicara, tapi aku akan mengatakan hal yang sama denganmu," Felix mengambil sesuatu dari rak di sampingnya lalu memakaikannya di leher Neko yang terdiam. Dan rupanya itu adalah kalung untuk kucing berwarna merah cantik. Kalung itu berwarna merah gelap dengan adanya spring perak manis bercahaya jika terkena sinar.

"Kau menjadi kucing yang berdiri di bawahku sekarang," dia kembali berdiri setelah memasang kalung itu.

"A... Apa yang kau lakukan?" Neko terdiam kaku, dia tak percaya langsung direndahkan begitu saja.

"Bisa kau hitung sudah berapa lama ini terjadi, ah sudah sangat lama... Ini sudah ada 21 tahun lebih, benar kan.... Dari dulu aku sangat ingin menjadikanmu seperti ini, jika kau tanya apa yang aku lakukan padamu. Kau bisa memikirkan itu sendiri soal harga dirimu," kata Felix.

". . . Kau..." Neko menjadi kesal. Harga dirinya sebagai harimau telah direndahkan oleh seorang Felix.

"(Sialan... Ini benar-benar terulang lagi, aku tak mau ini terjadi lagi apalagi aku harus menjadi kucing yang sangat rendah, aku tak mau begini, aku harus melepaskan ini,)" dia menggelengkan kepalanya tapi kalung itu tak akan lepas kecuali Felix yang akan melepaskannya.

"Kucing yang baik, kau harus bersikap baik juga, dengan begitu kau terlihat manis di sini," kata Felix, dari tadi tatapannya datar menunjukkan bahwa dia memang sedang merendahkan Neko.

"Sialan..." Neko bergumam kesal.

"Soal hutangnya, kapan kau akan membayarnya, aku tak bisa memberimu waktu."

"Aku tak berhutang apapun padamu!!" teriak Neko.

Felix kembali terdiam dan mengatakan sesuatu. "Jadi, tak ada yang memberitahumu... Apa kau belum mengerti kenapa aku tak memilih bermain bersama dengan sindikatmu. Inilah mengapa aku tak mau melakukannya, karena orang dari sindikat itu tidaklah bisa dibilang lebih kejam dari apapun...."

"Kau... Meremehkanku dari tadi?!! Sebenarnya, apa masalahmu, apa yang membuatmu mengatakan aku harus membayar hutang padamu!!"

"Itu karena ulahmu lahan itu terbakar menghabiskan banyak kerugian," kata Felix.

Seketika Neko terkejut mendengar hal itu.

"(Lahan! Lahan apa... Bukankah saat itu....)" dia teringat saat ia membakar lahan Ha Cuen.

"I-itu sudah lama... Kau siapanya? Bukankah lahan itu milik pria tua itu?!?!"

"Aku pemilik lahan itu... Kau pikir Ha Cuen adalah pemiliknya, dia hanyalah bawahanku... Karena itulah kau tak mendapat balas dendam apapun darinya tapi sekarang aku yang melakukannya... dan apa yang mau kau tantangkan dengan wajahmu itu."

". . . (Bedebah itu... Kupikir dia yang punya lahan sebesar itu... Dasar sialan,)" Neko kesal sendiri. Pertemuannya dengan pria di depannya itu benar-benar sangat mengerikan.

"Sekarang, kau ingin bicara apa lagi?" tatap Felix, dia berjalan agak jauh dan bersandar di tembok dengan kembali merokok.

"(Ini memang sudah akhir. Mautku dengan orang yang aku dendamkan.) Bunuh aku," kata Neko lalu Felix terdiam mengangkat satu alisnya.

"Bunuh saja aku, kau bisa melampiaskannya padaku dengan membunuhku langsung, lampiaskan saja semuanya..." kata Neko sambil menutup mata putus asa. Dia benar benar sudah mengalami hal yang buruk untuk kehidupan nya dan dia berharap untuk mati sekarang.

"Hm... Ha... Hahaha... Gadis yang lucu... Kau pikir aku tidak berpikir untuk apa aku membunuhmu, jika aku membunuhmu memangnya keinginan ku apa?"

"Lalu apa!! Aku sudah tak punya apa-apa untuk melunasi apapun darimu, tidak kah kau lihat... Aku kembali menjadi perempuan yang tidak punya apa-apa!! Ini sama saja seperti dulu... Kehilangan seseorang dan tak memiliki siapapun yang dapat menolongku."

"Omong kosong, pahlawan memang tidak datang karena kau tidak dalam bahaya sekarang, justru ini bukanlah bahaya untukmu," kata Felix sambil berjalan kembali mendekat membuat Neko agak terbingung dengan kalimatnya.

Lalu Felix kembali berlutut membuat mereka sama-sama melakukan kontak mata lagi. ". . . Sebenarnya ada cara lain kau melunasinya, bekerja di bawahku," Felix menatap dengan seringai memegang dagu Neko.

Tapi Neko membuang wajahnya dengan kesal. "Persetanan, siapa yang suruh kau boleh menyentuhku begitu, singkirkan tangan besar mu itu," Neko menatap kesal.

"Kenapa? Bukan kah aku bilang ada cara lain melunasi hutang selain membunuhmu tanpa membuatku untung," Felix menatap dengan masih berlutut di depannya.

Neko hanya bisa duduk di bawah dengan pikiran yang kacau dan sedikit khawatir apa yang akan terjadi padanya ke depannya.