Tapi tiba-tiba ia ingat pada Yohan yang mati di depannya saat itu. "(Yohan... Kenapa kau tidak kemari menolongku saja,)" Neko menjadi mengingatnya sangat keras dengan menutup mata.
"Hei... Kau dengar aku, perlihatkan wajahmu itu padaku," kata Felix yang masih menunggu Neko menoleh padanya.
Tapi Neko tak menoleh, dia hanya memperlihatkan bahwa tubuhnya sedang bernapas tidak karuan.
"Hei, ada apa denganmu?" Felix langsung memegang dagu Neko dengan satu tangannya dan menariknya untuk menatapnya.
Rupanya pipi Neko basah karena dia menangis. Tetesan demi tetesan mengalir tanpa mulutnya yang bersuara. Dia benar benar terlihat seperti gadis yang hampir menyedihkan sekarang.
Felix terdiam tak percaya melihat itu, tapi ia malah tertawa kecil. "Ha... Haha, apa yang aku lihat ini, bisa-bisanya kau menangis tanpa bersuara begini. Apa yang terjadi pada lidahmu itu sehingga kau menutupinya dengan mulutmu yang tertutup?" tatap Felix dengan sangat dekat.
Neko menjadi melirik dengan kesal, tapi tiba-tiba darah mengalir dari mulutnya perlahan. Seketika Felix berwajah agak terkejut.
"Kau menggigit lidahmu sendiri?" ia menatap tajam pada Neko.
"Apa kau melakukan ini karena kau tidak mau bicara padaku? Kau membuat kesakitan supaya aku tahu bahwa kau sakit jika bicara karena lidahmu kau gigit? Benar-benar gadis yang cerdik sekali, tapi itu tidak bisa membuatku terbodoh olehmu."
"(Dia benar-benar harus pergi!)" Neko hanya bisa memasang wajah kesal padanya. Tapi tiba-tiba Felix menarik baju Neko dan memutar tubuhnya sehingga Neko tengkurap dan Felix memeganginya dari atas.
"Ah...!!" Neko terkejut saat Felix melakukannya karena Felix menarik lengan Neko ke belakang dengan satu tangannya dan tangan yang satunya mendorong bahu Neko seperti siksaan untuk berteriak.
"(Sialan!!)" Neko tak bisa apa-apa selain mencoba menahan sakitnya.
Tapi tiba-tiba ia merasakan tangan Felix meraba dada miliknya.
"Ahhh... Apa yang kau lakukan!" Neko menjadi terkejut berteriak.
"Kupikir ada banyak lelaki yang telah melakukan hal sama seperti ini padamu, tapi bagaimana dengan mereka yang belum merasakan ini?" Felix berganti memegang pinggang bawah Neko. Tepatnya bagian belakang Neko.
"(Apa yang terjadi... Di mana dia menyentuh?! Apa dia sedang melecehkan ku?!)" Neko hanya bisa terdiam kesal. "Belum ada yang melakukan ini!"
"Oh, belum ada rupanya. Itu artinya kau masih dikatakan perawan, bukan?" Felix menatap, tapi lengannya yang besar bisa mencubit paha Neko dengan sekali genggaman.
"(Ugh... Tangannya menyentuh ke mana?!...) Kau...!!! Jika kau ingin melakukannya, kenapa tidak lakukan cepat!!" Neko berteriak.
Lalu Felix terdiam, hal itu membuat Neko ikut terdiam bingung. Neko perlahan menoleh padanya yang memasang tatapan tajam. Dia terkejut melihat wajah Felix yang menjadi datar serius menatapnya.
"Apa kau baru saja menawari ku untuk tidur denganmu?" suara Felix menjadi sangat sinis dan seketika lengan nya menggenggam paha atas Neko dengan kuat, membuat Neko terkejut. "Ack... Hentikan, kau menyakitiku," Neko mencoba memberontak, tapi tak ada yang bisa ia lakukan, karena setiap tubuhnya terikat semua tanpa terkecuali.
"Bagaimana ini bisa terasa, padahal kau memakai celana dan baju yang panjang bukan? Setiap baju yang kau pakai akan terlihat cocok, pastinya," kata Felix.
Neko menjadi gemetar ketika Felix menekan pinggangnya ke bawah dengan pelan.
"(Aku bahkan bisa merasakan tangannya yang besar meraba ke mana-mana, tapi sejauh ini, kenapa dia tidak melepas bajuku? Apa dia sengaja melakukan ini...)" Neko menjadi terdiam, tapi mendadak, dia kembali gemetar kesakitan dengan tubuhnya. "(Ugh... Tubuhku kembali mati rasa... Aku harus membuatnya melepaskanku...)" Neko tak bisa terjatuh karena Felix menahannya.
Lalu Felix terdiam menatap tubuh Neko yang gemetar, dia lalu melihat wajah Neko yang kembali kesakitan menahan semuanya.
"Kau ingin memohon padaku, memohon saja, aku akan mengabulkannya..." Felix menatap dengan senyum seringai.
"... Le... Lepaskan semua ikatan ini..." Neko menatap lemas.
Lalu Felix melepas Neko dan meletakkannya perlahan di bawah. Dia membuat Neko terbaring, membuatnya terdiam. Felix mengeluarkan pisau dan memotong tali kuat itu dan tak lama kemudian, Neko terlepas. Dia tidak melarikan diri, dia mencoba bernapas normal terlebih dahulu.
Felix yang melihat dari atas menjadi menatap leher Neko yang masih terpasang kalung tadi. Lalu dia memegang pipi Neko. "Bagaimana cara mu bertahan hidup di antara banyaknya lelaki yang menginginkanmu?" tatap Felix.
Tapi di saat itu juga, Neko langsung membuka mata, dia langsung memegang kerah baju Felix membuat Felix terdiam, seketika langsung mengangkat tubuhnya untuk mendekat ke Felix. Dia langsung membuka bibirnya dan menggigit leher Felix.
Tapi siapa sangka, dia harus membutuhkan tenaga ekstra untuk melakukannya, tapi tetap saja. Kulit di leher Felix terlalu keras membuatnya kembali melepas bibirnya dan menjatuhkan dirinya. Hal itu akan membuat kepala nya terbentur, tapi tangan Felix melindunginya agar tidak terbentur.
Ia melihat Neko bernapas dengan bibirnya yang terbuka kecil dengan adanya gigi taring yang menjadi tumpul.
"Lihatlah bagaimana cara memangsa hewan yang lebih kejam darimu, karena kau sekarat kelaparan, aku akan membiarkanmu kenyang," Felix meraih pisau nya tadi lalu mengarahkan ujung pisau ke samping lehernya, dia menusuknya hingga membuat luka yang tak bisa dibilang kecil.
Mendadak dia melepas pisaunya jatuh ke bawah, pisau penuh darah, dia menatap Neko yang hampir lemah.
Lalu dia mengangkat kepala dan pinggang Neko untuk mengangkat tubuhnya.
Felix duduk dan dia memangku Neko, hingga tiba-tiba Neko langsung membuka mulut memakan luka di leher Felix.
"Yeah, lakukan saja... Sesuka mu," kata Felix yang membuat tubuhnya diam membiarkan Neko terus menghisap.
Neko dengan tak sabaran, dia melingkarkan tangannya, dia juga meremas baju bagian belakang Felix sambil terus menghisap perlahan leher Felix.
Hingga ia selesai dan melepas bibirnya, ia tak sadar dirinya akan jatuh tapi Felix menariknya dan memeluknya.
Hal itu membuat Neko terdiam dengan darah mengalir di bibirnya, dia mengangkat perlahan wajahnya menatap luka di leher Felix yang masih keluar dan akan terus keluar, sekarang menodai baju yang dia pakai.
Neko masih terdiam, tapi ia merasakan tangan Felix mengusap bibirnya, mengusap darah dari bibir Neko.
Tapi Neko terkejut sadar dengan apa yang ia lakukan, ia langsung beranjak berdiri mundur menjaga jarak padanya.
Lalu Felix berdiri. "Setelah kau kenyang seperti hewan buas yang baru saja memakan sebagian dagingku, ini bukan berarti aku rusa untukmu... Sekarang, apa kau bisa mendengarku sekarang, biarkan aku berbicara masalah ini?" Felix mengambil kain putih di meja dan menekan luka di lehernya. "Harus kau tahu, hutangmu sangat banyak padaku. Ditambah lagi, kau dengan beraninya mengambil darahku, tapi itu tak apa, itu bukan suatu masalah. Bagiku, kau hanya menghisap beberapa mili liter saja..." kata Felix. Di sini yang berbicara hanyalah dia seorang, sementara Neko terdiam menatapnya dari tadi.
"Kau bisa melunasinya dengan cara lain pastinya, tunggu saja perkataan ku," tambahnya, lalu dia berjalan pergi keluar dari pintu membuat Neko terpaku. Dia tak percaya dengan apa yang terjadi.
"(Sial... Akan ku buat kau melepaskan ku sialan!!)"
Tapi tak lama kemudian, Felix membuka pintu kembali dan terdiam menatap di ruangan itu. Benar-benar berantakan semuanya dan Neko tampak bernapas cepat menatapnya.
"Oh, kau seperti kucing yang tak mau ditinggal di apartemen," tatap Felix.
"... Apa yang coba kau lakukan!! Mengunci ku dan meninggalkan ku di sini!!" Neko menatap kesal.
Felix kembali terdiam, dia lalu menjawab. "Aku tidak memiliki kunci ruangan ini, jadi pintu ini tidak terkunci dari tadi," tambahnya membuat suasana terdiam.
Neko mengepal tangan dan langsung berjalan ke pintu, dia akan membuka tapi Felix mengatakan sesuatu. "Usaha bagus, tapi tidak," kata Felix, dia langsung memeluk tubuh Neko dengan satu tangannya dan menahannya.
"Lepaskan aku....!!" Neko memberontak, tapi ia diangkat dengan hanya satu tangan itu membuatnya terdiam tak percaya.
Felix berjalan ke sofa yang terguling, dia mengangkat sofa itu dengan satu tangannya yang kuat hingga sofa itu berdiri kembali.
Ia meletakkan Neko di sana. "Jadilah kucing baik dengan duduk di sini," kata Felix, dia membuka bungkusan plastik yang ia bawa tadi dan rupanya itu adalah tisu bersih. Hal itu membuat Neko bingung, dan rupanya Felix mengusap bibir dan wajah Neko yang terkena darah.
"(Apa yang sedang dia lakukan? Dia benar benar melakukan hal yang tidak jelas dari tadi, padahal dia tadi tampak terlihat sangat mengerikan dan terus merendahkan ku, tapi kenapa dia melakukan ini sekarang?)" Neko terdiam bingung, dia lalu tak sengaja melihat leher Felix yang tertutup penutup luka. "(Apa dia keluar juga untuk menutupi lukanya itu?)"
Setelah itu, Felix memegang kancing baju Neko membuat Neko terkejut dan langsung memegang kedua tangannya. "Apa yang akan coba kau lakukan, mesum?" dia menatap tajam.
"Bukankah kau sudah melakukannya dengan banyak orang? Untuk apa malu?" Felix langsung memegang kedua sisi baju Neko dan langsung menariknya, membuat baju itu rusak melemparkan kancing yang putus kemana-mana, membuat Neko terdiam kaku tak percaya.
Hanya terlihat dia memakai bra-nya yang berwarna hitam. Tapi Felix tak melihat yang lain selain luka bekas ikatan tali yang terlihat di tubuh Neko, luka bekas itu karena ikatan tali tadi.
"Itu akan menarik ke depannya," tatapnya.
"Apa yang sedang kau lihat, kau tidak melihat hal yang macam-macam bukan?" Neko menatap.
"... Tubuhmu banyak memar, apa aku harus menjelaskan lagi kenapa aku membuka bajumu? Ingatlah ini, kau akan bekerja di bawahku, anggap saja aku pemegangmu dan pekerjaan ini akan membuatmu mati hingga kau melunasi semua hutangmu padaku," kata Felix sambil memegang leher Neko.
"Tubuh yang sempurna, tubuh yang begitu cantik, putih dan lembut, akan hancur jika kau macam macam dengan perlakuan buruk mu itu, apalagi padaku..." tambahnya, di penglihatan yang sangat lembut di leher Neko, dia dengan tangan dan jarinya yang besar menekan leher Neko seperti mengancam dan itu berhasil membuat Neko kembali terdiam.
"(Aku benar-benar sudah tak bisa lari dari pria ini.)"