"Baiklah, tadi kau bilang pilihan? Bagaimana jika aku membantumu membuat pilihan di sini agar kau tidak merasa tidak terima lagi dengan mempermalukan aku nantinya. Kau lebih memilih yang mana? Jika kau ikut aku, kau harus meninggalkan adikmu dan bekerja padaku. Jadi, anjing terbaikku bersama dua orang itu. Tapi jika kau tak mau memenuhi permintaan pilihan pertama, maka rasakan kembali hidup mu yang tidak berguna sama sekali."
"(Maksudmu... Apakah dua pria mengerikan itu?)" Kim terdiam dingin memikirkan Jun dan Hyun.
"Atau, kau masih tetap ingin bersama adikmu, tapi kau bekerja pada Direktur Han," kata Neko.
"Aku akan... Astaga...!!!" Kim tiba-tiba terkejut dengan mengubah ekspresinya. Hal itu membuat Neko terdiam bingung.
"(Aku lupa... Direktur Han memintaku membidiknya hari ini... Apa yang harus aku lakukan?!)" Kim terdiam mengepal tangan. Dia takut Direktur Han akan mencarinya dan membunuhnya karena tak memenuhi janjinya untuk bertemu dengannya dan membuat rencana membunuh Neko, tapi sekarang dia malah berada di ruangan itu bersama Neko.
---
"Sialan... Di mana pelayan tidak berguna itu? Kenapa dia belum datang? Gadis itu akan pergi dan masuk ke mobil hari ini. Di saat itu adalah yang paling tepat di sini," Direktur Han sepertinya marah besar di ruangan lapangan tembak dalam ruangan. Lalu datang seorang pria siap bertugas. "Tuan, lebih baik serahkan tugas itu padaku saja. Aku bisa menanganinya," dia menatap datar dan siap.
"Baiklah jika begitu, kau harus membidiknya dengan benar kali ini," kata Direktur Han. Lalu pria itu mengangguk.
Sementara itu, Neko menyilangkan tangan menunggu Kim berkata karena saat ini dia hanya terdiam.
"Ehem... Baiklah, aku harus pergi sekarang," kata Neko yang akan melewatinya, tapi tiba-tiba Kim menahan lengan Neko membuat Neko terdiam melemparkan tatapan yang tajam.
"Tu... Tunggu, apa aku bisa ikut denganmu?"
"Huh, untuk apa?" Neko langsung melepas tangan Kim dengan wajah yang kesal itu.
"Aku hanya ingin mencoba pilihan pertama tadi," kata Kim, lalu Neko terdiam dan kemudian menghela napas. "Baiklah, terserah," dia mengizinkannya lalu berjalan duluan.
"(Jika aku tidak datang, pastinya Direktur akan menggantikan aku dengan yang baru. Aku harus melindungi gadis itu agar dia lebih percaya padaku nantinya,)" Kim menjadi bertekad dan mengepal tangan serius.
---
"Arah angin 40,8 derajat, itu sudah terkunci sekarang, bidik dia sebelum masuk ke mobil," kata Direktur Han.
Dia ada di atas gedung tinggi berdiri dan di bawahnya pria suruhan tadi yang tengkurap siap dengan sniper-nya membidik Neko yang akan masuk ke dalam mobilnya yang ada di pinggir jalan.
Di dalam mobil ada Hyun saja, dan Jun akan membuka pintu untuk Neko masuk. Sejauh ini tidak ada tanda-tanda Kim.
"Baiklah, kau bisa masuk," Neko menoleh ke belakang tapi ia terkejut karena tak ada siapa-siapa. Rupanya ia tak sadar bahwa Kim tidak mengikutinya. Ia bahkan sampai melihat sekitar.
"Bos, ada masalah?" Jun menatap.
"Apa kau melihat lelaki tadi yang mengikuti ku?"
"Maaf? Anda datang sendirian tadi," balas Jun, lalu Neko terdiam dan belum masuk ke mobil.
"(Cih, ke mana lelaki itu, dia bilang ingin ikut aku... Benar-benar menjengkelkan sekali,)" Neko menjadi kesal. Di sisi lain, tepatnya di kafe yang tak jauh ada Seu yang meminum teh sendirian di sana dengan wajah senang selalunya.
"(Ehehehe, wajah Nona Neko memang tidak terkalahkan jika sedang terangsang di ranjang... Rasanya sangat nikmat sekali jika Nona Neko bisa satu ranjang denganku. Aku ingin bertemu dengannya lagi deh,)" dia berfantasi. Tapi ia menoleh ke kaca besar kafe dan melihat mobil Neko.
"Hah, itu kan?!" ia langsung terkejut dan berdiri.
---
"Cepat... Apa yang kau lakukan bodoh!" Direktur Han berteriak pada bawahan yang tidak segera menembak.
"Aku tidak bisa! Pengawalnya itu harus minggir dulu, dia menghalangi arah bidikan," balasnya.
"Apa kau mau melawan ku? Sudah lebih untung kau mengikutiku, cepat bidik dia! Tembakan itu akan menembus mereka berdua!!" Direktur menodongkan pistol, dia bahkan memaksa pada bawahan-nya sendiri. Suruhannya itu hanya bisa menjadi terdiam, ia melihat di belakangnya juga ada beberapa pengawal mengunci jalan keluarnya.
Tapi tiba-tiba ada yang berteriak. "Tunggu!!" Dari pintu balkon membuat mereka menoleh yang rupanya itu Kim.
"Mau apa kau ke sini?!" Direktur Han sudah kesal.
Lalu Kim berjalan mendekat dengan tatapan serius sambil mengatakan sesuatu. "Biarkan aku yang melakukannya, biarkan aku yang menembak," tatapannya membuat suasana terdiam.
"Aku tak bisa mempercayaimu."
"Jika aku berbohong, kau bisa mencoba membunuhku," kata Kim. Lalu Direktur Han terdiam sebentar dan menghela napas panjang. "Baiklah, aku harap kau tidak ragu."
Lalu pengawal tadi memberikan sniper pada Kim yang mengumpulkan niat lalu menutup mata satunya dan mulai melihat pandangan dari bidikan sniper.
Ia lalu melihat dari teropong sniper dan mulai membidik kepala Neko, kebetulan Jun berjalan pergi ke bangku supir. Sepertinya Neko memilih menunggu Kim di depan mobil.
"Bagus, sekarang sudah lancar aku bidik. (Benar-benar gadis yang penuh risiko sendiri. Meskipun aku tak tahu apa yang aku lakukan saat ini, tapi aku benar-benar memang tak tahu apa yang aku lakukan, padahal aku bilang padanya untuk mengikutinya. Aku hanya akan melakukan hal ini,)" jantung Kim berdebar pelan dan akan menarik pelatuk.
Tapi ia terdiam ketika melihat Neko menoleh ke arah lain dengan ada wanita yang datang. Neko membelakangi karena dia sedang mengobrol dengan wanita dan wanita itu adalah Seu.
"Nona Neko, maafkan aku mengganggu, aku hanya ingin bertemu denganmu, boleh kan?" Seu menundukkan badan sambil memohon.
"Tidak masalah," Neko membalas dengan dingin.
Lalu Neko kembali terdiam dan tersenyum kecil. "Seu, bisa lakukan sesuatu padaku? Sekarang," tatapnya.
"Em... Apa yang harus kulakukan sekarang?" tatap Seu.
"Mudah saja, aku ingin meminta tolong padamu. Kepalaku akan tertembak dalam 45 detik, kau harus melihat secara diam di mana penembak itu," kata Neko.
Seketika Seu terkejut, ia terpaku mendengar itu.
"(Dia mengatakan itu dengan nada yang biasa. Meskipun aku tahu ini sudah biasa... Yang harus aku lakukan hanya tenang dan turuti perkataannya dengan cepat... Baiklah, aku pasti bisa,)" Seu mencoba mengangkat mata melihat di gedung mana si sniper akan menembak.
"No... Nona Neko, aku tidak bisa. (Nona Neko dalam bahaya, apa yang harus kulakukan, astaga.... Bagaimana ini?!)" Seu menjadi gemetar.
"10 detik lagi," kata Neko. Seu menjadi lebih panik mencoba mencari di mana sniper itu. Sementara itu, Kim sang sniper ia sudah mengunci Neko dan dengan cepat menembak.
"Ah it-" Seu menemukannya, tapi tiba-tiba Neko menarik punggungnya dan mendorongnya masuk mobil.
"Ah..." Seu terdorong masuk. Diikuti suara peluru terhantam dengan halus.
Seu terkejut menoleh ke luar, sementara Neko bernapas cepat menatap Seu dari luar pintu mobil.
"No... Nona Neko, apa yang terjadi?" tatap Seu, ia segera keluar dan melihat. "Nona Neko!! Kau tertembak!! Katakan padaku," dia panik.
"Tenanglah," Neko menatap terganggu.
Neko menoleh ke bawah, ia melihat peluru sniper tadi tertembak di tanah dan jika diukur, peluru itu tadi mengenai Seu. Sepertinya Kim sengaja membidik Seu.
"(Apa yang dia lakukan, mencoba menembak Seu?!)" Neko menjadi kesal dan menengadah, tapi siapa sangka, di atas, Direktur Han kesal.
"Kau!! Kau pasti sengaja!! Cepat tangkap dia!" teriaknya.
Kim yang ada di sana menjadi memberontak dan langsung melemparkan sniper itu di lantai atas, langsung melarikan diri sambil berkata. "Kupu-kupu bisa terbang tanpa angin!!"
Ia langsung melarikan diri membuat Direktur Han kesal, tapi pengawal yang awalnya membidik tadi memiliki pistol jarak jauh dan akan membidik Neko.
"Haha, bagus, lakukan!! Bunuh gadis itu," kata Direktur Han.
Pengawal itu membidik sambil berkata. "Terlalu banyak percaya pada orang yang berkemampuan tinggi, lihat saja, aku akan membunuhnya."
Neko masih menatap ke atas dengan kesal, namun ia menjadi terkejut bermata besar ketika peluru kedua datang dan ia belum siap-siap. Tentunya peluru itu adalah dari pengawal satu tadi yang sudah tepat sekali akan mengenai bagian tubuh Neko.
"Nona Akai!!!!" tapi teriak seseorang yang berlari pada Neko, ia memeluk Neko yang terkejut, yang rupanya itu adalah Kim.
"Kau!!!" Neko menjadi terkejut, Kim memeluknya dengan erat.
Di saat itu juga, suasana terdiam dengan peluru yang tidak terlihat sama sekali.
"Kim!!" Neko masih tak percaya.
"Bos... Ada apa?!" Hyun dan Jun keluar dan mereka terkejut ketika melihat punggung Kim. Mereka benar-benar terkejut ketika melihat punggung Kim.
"Apa... Apa yang terjadi?!" Neko mendorong Kim. Tapi mendadak Kim langsung berlutut. Sebelumnya dia mengatakan dengan suara pelan. "Syukur lah, aku tepat waktu..."
Rupanya Kim telah terbidik dan tertembak mengenai tubuh vitalnya.
Mereka semua yang melihat itu menjadi terdiam.
"Hoi... Kenapa kau melakukan ini?!" Neko menampar pelan pipi Kim yang masih setengah pingsan. Seketika di tengah terlutuknya, Kim memeluk Neko. "Karena aku ingin berterima kasih padamu, sangat..." bisiknya, seketika Neko terkejut diam dan Kim jatuh tak sadarkan diri.
Sebelumnya, Kim sudah memberitahu sesuatu pada Neko melalui perantara ekspresi-nya.
"Aku... Ingin meminta bantuan padamu," kata Kim membuat Neko terdiam.
"Sebenarnya, aku dipaksa Direktur Han, dia mengancam adikku, mengancam akan membunuhku juga..."
"... Bagaimana dia bisa berani mengatakan ancaman itu?"
"Itu karena dia meminta ku untuk membunuhmu dengan cara membidikmu dari jauh..."
"Kenapa hanya kau yang disuruh, bisa yang lainnya kan?"
"... Itu karena dia mendengar penderitaanku soal kau. Aku membenci mu, tapi maafkan aku, karena aku sudah tahu semuanya, aku tidak bisa membencimu, aku justru harus menghormatimu," kata Kim membuat Neko terdiam dan menghela napas panjang.
"Baiklah, terserah saja, tanggung jawabmu lakukan saja, aku akan mencoba menghindarinya," kata Neko. Begitulah Neko bisa menghindari dan waspada dari peluru itu karena Kim sudah memberitahunya. Tapi masalahnya sekarang, Kim sedang dalam masa terluka.