"(Ugh... rasanya aneh, sungguh sangat aneh... Dimana aku? Tunggu, apa yang terjadi?)" Kim membuka mata dan melihat langit-langit ruangan putih, ia lalu bangun perlahan dan rupanya ada di salah satu ruangan rumah sakit.
"(Sebenarnya apa yang terjadi, kenapa aku tak bisa mengingat apa yang terjadi, aku hanya ingat punggungku terluka dan... rasanya sakit sekali, seperti menusuk ke jantungku saja... Ugh, mengingatnya sangat sakit,)" dia tampak memasang wajah kesakitan sambil menekan dadanya.
Ia bingung apa yang terjadi dan melihat sekitar, ia terkejut ketika melihat Neko tertidur di samping ranjangnya dengan duduk di kursi. Bagaimana bisa dia baru menyadari bahwa Neko ada di sana, itu karena suasana yang hening apalagi Neko tertidur karena mungkin menunggunya untuk bangun.
Wajahnya sangat imut ketika tidur di mata Kim. Dia terus memandang nya sangat lama tapi ia juga masih bertanya tanya.
"(Apa yang terjadi di sini?)" ia memegang kepalanya sendiri lalu kembali menatap ke Neko yang belum bangun.
Karena terpesona, ia lalu tertarik membelai kepala Neko. "(Sangat lembut... apa ini keberuntungan ku bisa menyentuhnya begini?)" Kim terdiam membelai rambut Neko.
Tapi siapa sangka, Neko menjadi terbangun, membuka mata perlahan, dan melirik ke Kim.
Seketika Kim terkejut dan kembali menarik lengannya.
Lalu Neko membangunkan tubuhnya dan berdiri. "Kau sudah bangun dari kapan, huh?" ia menatap sangat dekat.
"Aku... aku bangun baru saja—" balas Kim tapi ia terkejut karena Neko memegang kening Kim dengan tangan nya yang lembut dan hangat.
"(A... apa yang dia lakukan... ini benar-benar sangat aneh!!)" Kim menjadi berwajah merah sementara Neko hanya memasang wajah kosong tak tahu apa-apa. Lalu ia melepas tangannya dan berjalan mengambil air di gelas. Kemudian memberikannya pada Kim.
"Te... terima kasih," Kim menerimanya dengan canggung.
"Bagaimana perasaanmu setelah tertembak dua hari yang lalu?" tanya Neko, seketika Kim terkejut hampir menyemburkan minumnya. "Aku tidur selama dua hari?!"
"Yah, itu bukan sebuah masalah, peluru itu akan membuat koma selama satu bulan tapi kau ajaib sekali bangun dalam waktu dua hari... Untuk soal kemarin, kau benar-benar menunjukkan padaku bahwa kau memiliki jiwa yang kuat sebagai pengawalku, kau sudah tahu dari awal tapi tidak memberitahuku karena kau takut aku akan waspada dan mereka akan curiga padamu juga. Itu adalah pengorbanan yang baik, aku hargai itu," kata Neko. Ia memasang senyuman kecilnya. Seketika Kim terdiam melihat senyuman itu. "(Dia bahkan sangat cantik tersenyum seperti itu, aku harap aku bisa membuat nya tersenyum begitu terus menerus, karena itu enak di pandang...)" pikir Kim dengan membuang wajah.
"Kedepannya kau harus belajar menjadi pengawalku bagian pembuat identitas dan pencarian informasi lainnya, kau harus menguasai sejumlah pengetahuan. Jun dan Hyun sudah menggunakan fisik dan kesetiaan mereka menjadi pengawalku, kau juga harus menunjukkan pada mereka bahwa kau bisa lebih dari mereka," Neko menambah sambil memakai mantel hitamnya.
"Ah, tunggu, bagaimana dengan masalah ini? Bagaimana dengan Direktur Han?" Kim menatap.
"... Tak perlu mengkhawatirkannya karena dia benar-benar meminta maaf padaku dan menanggung biaya rumah sakitmu, dan aku memiliki kabar baik untukmu juga bahwa adikmu telah menemukan pacar," kata Neko, seketika Kim terkejut tak percaya. "Apa?!" dia menggunakan ekspresi terkejut dari tadi. Karena suasana memang mengejutkannya.
"Yeah, kedepannya kau tidak perlu khawatir lagi padanya, dia sudah punya pasangan yang bisa menjaganya, karena kau akan pergi meninggalkannya, dan ikut denganku, aku merekrutmu sebagai pengawal sekaligus asisten ku, perluas pengalaman dan ilmu fisik maupun otakmu," tambah Neko, lalu ia berjalan pergi.
Kim yang mendengar itu menjadi tersenyum senang. "Terima kasih, Nona Akai!" dia menundukkan tubuh.
Neko yang mendengar itu menjadi tersenyum kecil lalu berjalan pergi.
---
Terdengar suara pintu tertutup sangat keras dan ada jeritan pembungkaman pria di dalam. Ruangan sangat gelap dan terlihat Hyun menginjak seseorang yang terikat di bawah dengan mulut yang tertutup kain. Tepatnya seorang pria yang babak belur, dari wajahnya dia adalah pria yang membidik dan akan membunuh Neko tadi.
Di depannya, Neko duduk di kursi menyilangkan satu kakinya sambil memegang tusuk permen yang ada di bibirnya.
Di belakangnya sudah berdiri Jun.
"Kau tahu, aku ini dikabarkan sebagai pembalas dendam, jadi jangan heran jika kau orang kesekian kalinya yang merupakan korban balas dendamku," kata Neko.
Lalu penutup mulut pria itu terbuka. "Tapi aku disuruh!!!"
"Aku tidak peduli kau disuruh atau tidak, tapi yang mudah dibunuh itu bawahan, bos itu paling akhir saja karena yang besar harus ditunggu kecil dulu sama seperti buah yang akan perlahan membusuk ditiup oleh angin yang tidak bersalah," kata Neko yang mengambil belati hitam dari tangan Jun.
Pria itu gemetar, kini dia sudah tak bisa lari lagi. Siapa lagi, itu adalah pria yang ikut membidik Neko, bukannya ingin bergaya, dia justru menghadapi maut sekarang.
Setelah itu Neko menemui Direktur Han di gedung latihan pengawalan. Direktur tampak memasang wajah ragu lalu mengawali pembicaraan. "Ehem... soal kerja sama kita, aku akan langsung membuatnya selesai... agar kau tidak terganggu dengan kehadiranku," dia sepertinya merasa bersalah, dia memang harus begitu karena gagal membunuh Neko.
Lalu Neko berbicara. "Direktur Han, kedepannya, aku tak mau melakukan kerja sama denganmu lagi, terserah jika kau ingin bekerja sama dengan anggota sindikat lain, tapi jika kau sampai membicarakan namaku, aku mungkin tidak akan tinggal diam sama seperti ini. Harus kau ingat itu bahwa ini adalah dendam yang harus terbayarkan jika kau mengulanginya lagi," tatap Neko.
Lalu Direktur Han mengangguk. "Baik, baik, aku tidak akan melakukannya lagi, aku benar-benar minta maaf padamu... Aku akan melakukan apapun untuk menebus kesalahanku," tatap Direktur Han, sekarang dia benar-benar terlihat sangat ketakutan pada Neko yang bahkan tubuhnya lebih kecil darinya.
Lalu Neko tersenyum kecil, setelah bicara dia berjalan pergi membuat Direktur Han mengelap keringatnya. "Ya ampun, kenapa dia lebih memilih membantu orang susah...?" dia memasang wajah bingung, sepertinya Direktur Han sudah tobat dari mencelakai Neko.
Sementara itu Kim masih di ranjang rumah sakit, duduk menatap jendela.
"(Aku akhirnya bisa menyelesaikan ini semua... akhirnya sekali... kini aku tahu, mungkin masa lalu setiap orang ada yang berbeda, ada juga yang sama... Aku yakin, masa lalu adalah hal yang menentukan masa depan kita yang akan datang, tapi sekarang aku tak akan peduli dengan masalah apapun, aku benar-benar bertemu dengan orang baik,)" Kim tersenyum sendirian karena dia senang.
Lalu ada yang mengetuk pintu membuatnya menoleh ke pintu. "Kakak!!" rupanya Chay, adiknya membawa buah, dia datang sendirian dan langsung mendekat memeluk kakaknya. "Huhu kakak, kupikir kau kenapa-napa," dia menangis.
"Jangan khawatir, aku baik-baik saja, maaf aku tak bisa menjaga mu dan terluka begini."
"Hei, jangan mengatakan itu, lebih baik kakak berhenti mengatakan itu ya... Aku yakin kakak bisa menghadapi masalah kedepan, aku memiliki kabar sangat baik soal itu," kata Chay.
"Beritahu aku satu-satu, Chay," Kim menatap tak sabar.
"Hehe, hutang kita, semua hutang kita, telah dibayar olehnya... oleh Nona itu, dia sangat baik... hutang yang sangat banyak bahkan bank, rentenir, dan lainnya dengan bunga tinggi, dia mampu membayarnya tanpa mengatakan sepatah katapun padaku," kata Chay.
Kim terdiam. "(Astaga... sebenarnya seberapa baik gadis ini, aku benar-benar harus bersyukur, akhirnya aku sudah tak terbebani lagi pikirannya... Kenapa dia begitu baik, aku benar benar harus bertanya tanya.... Sikapnya benar benar aneh juga... Sebaiknya aku harus berterima kasih padanya.) Lalu, ada kabar buruk baik apa yang lain?" Kim menatap.
"Hehe, aku punya pasangan," tatap Chay, seketika Kim tambah terkejut lagi. "(Rupanya benar, dia sudah punya lelaki?!!)" Kim langsung suram. "(Sepertinya, adik ku ini memang sudah besar ya... Aku tak perlu susah susah payah menjaganya...)"
"Kakak... um... Maafkan aku jika kakak kecewa... Aku hanya mencoba mencari seseorang yang dapat menggantikanmu agar kau tidak khawatir padaku nanti," tatap Chay.
Tapi rupanya Kim tersenyum dan memeluk adiknya itu. "Ini baik-baik saja, terima kasih..." kata Kim. Chay tersenyum dan ikut memeluk kakaknya.
Dan begitulah kisah dari Kim yang benar-benar memiliki banyak hambatan hingga menjadi pengawal yang sangat terpercaya. Sampai sekarang dia bahkan masih setia pada Neko tapi mau bagaimana lagi. Ini karena
Yohan yang membuatnya mengingat kembali pada masa lalu.
---
"(Huf... dia yang membuatku seperti ini,)" Kim memegang kepalanya dengan menghela napas panjang. Dia sudah selesai memikirkan masa lalunya.
"(Tapi serius, jika aku tidak bertemu dengannya saat itu, aku pasti sudah menjadi lelaki menyedihkan,)" Kim terdiam dan tersenyum kecil sendiri.
---
Kembali ke masa yang sekarang, Kim berjalan menyeret mayat-mayat yang berdarah di antara jalan becek itu dan membuangnya di lubang besar yang sama. Setelah itu ia menepuk tangan membersihkan diri dan menghela napas panjang.
Ia lalu mengusap keringat di dagunya. "(Rasanya sangat melelahkan harus membunuh mereka tanpa dilihat oleh Nona Akai sendiri... Sekarang bukan Akai namanya, ini semua bukanlah hal yang harus dikenang juga,)" pikirnya dengan masih memikirkan Neko.
"(Tapi sudahlah, kisahku bukan untuk diterangkan dan dibuktikan menjadi bahwa dia pernah menjalin kisah begitu bersamaku, tapi kisah kita hanya sebatas aku membenci dia setelah itu aku harus menjadi asisten yang benar-benar terpercaya,)" pikirnya sekali lagi sambil kembali menghela napas panjang.
"(Aku benar-benar agak kecewa di sini, aku seharusnya tidak merekrut Yohan hanya karena aku harus melakukan tugas menjaga informasi milik Nona Neko dan sekarang aku masih ingat bagaimana dia mendapatkan ciuman itu... Bagaimana bisa itu dipikirkan, aku benar-benar sangat merasa yakin bahwa dia mengkhianatiku, padahal aku yang menemani Nona Neko duluan tapi malah Yohan yang mendapatkannya duluan... Sudahlah, aku juga tidak akan pantas jika bersama Nona Neko, tugasku adalah menjaga dia hingga dia menemukan orang yang benar-benar pantas untuknya.)"