Setelah itu, tepatnya pada malam hari, Kim berdiri di luar gedung, menatap kolam ikan kemarin. Dia lalu menyalakan rokok. "(Di sini, cukup gelap...)" pikirnya.
Lalu ponselnya berbunyi dari adiknya, tepatnya itu pesan. -Kakak, kau tak akan percaya apa yang terjadi padaku-
Seketika Kim terkejut tak percaya. Dia berpikir bahwa adiknya dalam bahaya, seketika ia berlari menuju hotel mereka. Ketika membuka pintu dengan terengah-engah, dia melihat Chay menangis membelakangi dirinya, duduk di ranjang.
"Chay... Chay... Kenapa?" Kim menatap tak percaya. Dia berjalan mendekat dengan gemetar, mengira adiknya sudah dalam keadaan parah.
Hingga ketika sudah mendekat, adiknya mengejutkannya. "Ba!! Lihat ini hehehe!" dia menunjukkan kertas di tangannya dengan tatapan senang haru.
Kim terdiam bingung dan menghela napas panjang. "Astaga, kupikir apa, kau benar-benar pandai menakutkan ku."
"Hehe, lihat ini kakak," Chay menunjukkan kertas ujian yang rupanya dia mendapatkan nilai lulus di atas rata-rata yang akan memberinya peluang melanjutkan pendidikan.
Seketika Kim menatap tak percaya, terpelongoh dan langsung berteriak senang. "Ahahaha!! Kau benar-benar pintar, adik ku sangat pintar!" Dia langsung menyerang Chay yang terkejut.
Dia memeluk Chay di ranjang dan mereka sama-sama tertawa.
"Kau benar-benar sangat hebat, sayang!"
Tapi tiba-tiba saja ada yang membuka pintu. Seketika mereka terkejut bersamaan sambil menoleh. Siapa sangka, itu adalah Neko yang menatap datar mereka.
Kim langsung beranjak dari ranjang, Chay juga merapikan tubuhnya keluar dari ranjang.
Suasana masih terdiam karena Neko melemparkan tatapan tajam.
Lalu Chay menyenggol lengan kakaknya sambil bertelepati. "(Kakak, cepat bicara padanya, panggil nama sebutannya!)"
"... (Aku belum pernah memanggilnya... Apa yang harus kulakukan, jangan bilang aku harus menyebutkan nama itu??)" Kim terdiam, lalu menghela napas panjang dan bicara. "Nona Neko, apa yang terjadi? Apa yang membuatmu kemari?"
"... Aku datang untuk mengecek kalian berdua yang rupanya memiliki hubungan lebih—
"Tunggu tidak!" Kim dan Chay langsung mengatakannya bersamaan.
"Percayalah pada kami, kami hanya kakak adik!"
"Kakak tidak mungkin memiliki tipe yang begitu, tipe kakak adalah wanita dewasa yang punya tubuh besar!" Adiknya menambah. Seketika, kalimat dari Chay itu membuat suasana terdiam.
"Chay!!!" Kim menatap kaku.
"Oh, jadi tipe mu wanita seperti Seu? Wanita yang seperti Seu."
"Seu? Siapa?"
"Itu aku!!" tiba-tiba Seu langsung datang di belakang Neko, masuk begitu saja dengan ceria.
Seketika Kim terkejut dan langsung menggeleng. "Percayalah, aku bukan yang seperti itu."
"Lalu apa? Kau ga—
"Tidak!! Hentikan ini!" Kim memberontak. "Aku tidak menyukai apapun, hidup tertekan yang membuatku begini! Jadi jangan memutuskan apapun padaku! Sudah cukup jangan menuduh maupun menebak apapun," tambahnya lalu berjalan pergi melewati mereka, membuat suasana diam.
"Kakak," Chay menjadi khawatir menatap sikap Kim.
"Nona Neko, apa yang harus kita lakukan?" Seu menatap khawatir juga.
Tapi Neko menatap ke Chay yang terdiam, dia lalu bertanya sesuatu. "Apa benar kalian berdua tidak memiliki orang tua dari kecil?" tatapan itu membuat Chay terkejut.
"Um..." dia menjadi ragu.
"Tak apa, katakan saja. Aku butuh informasi ini untuk merekrut kakakmu yang begitu egois," tatap kembali Neko.
"Um... Baiklah, jika itu memang perkataanmu, kami tidak memiliki orang tua yang baik. Sejak kakak kecil, dan ibu masih mengandungku, kami memiliki ayah yang keras dan tegas, dalam artian yang buruk. Dia memaksa kakak untuk mencari uang melewati jalur kekerasan, atau bisa dikatakan... taruhan perkelahian. Kakakku menjadi objeknya, dia menang beberapa kali, tapi tubuhnya selalu luka, lebam, dan lainnya, hingga aku lahir. Ayah kami masih tetap melakukan itu, tapi meskipun mereka keras pada kakakku, mereka memanjakan ku. Mereka mengatakan bahwa 'adikmu harus sepenuhnya dijaga, tak peduli kau terluka, tak boleh ada luka di adikmu sampai dia menemukan orang yang tepat.' Sampai sekarang, kakak benar-benar protektif padaku," kata Chay membuat Neko terdiam dan mengangguk mengerti.
"(Masa lalu yang buruk sekali... Aku harap kau bisa menyembunyikan masa lalu, bahkan milikmu sendiri...)" Neko menoleh ke belakang, tapi tak ada Seu sama sekali membuat suasana terdiam. "Seu?" ia masih bingung.
"Dimana dia?" ia mencari sambil melihat ke belakang terus-menerus. Chay pun baru tahu bahwa Seu juga tidak ada.
"Ck, sudahlah, jadi bagaimana jika kau dalam bahaya? Bagaimana dia tahu nantinya?"
"... Aku tidak tahu, tapi ketika aku mengalami sesuatu yang buruk bahkan sampai menyakiti diriku sendiri, dia akan ikut merasakannya dan terus mengatakan maaf diikuti kata dia tidak bisa menjaga ku padahal itu tidak buruk sama sekali..."
"Lalu, kau bergantung padanya?" Neko menatap tajam, membuat Chay kembali terkejut dengan perkataan itu.
"Ini bukan karena aku ingin, tapi karena aku sudah sangat terbiasa. Dengan kata lain, mereka yang membuatku begini, termasuk kakak sendiri," balas Chay.
Lalu Neko terdiam dan menghela napas panjang sambil menggeleng. "Mulai sekarang, kau harus bisa menjaga dirimu sendiri. Jika bisa, jangan beritahu padanya dan buat dia tidak khawatir padamu," kata Neko.
"Tapi, bagaimana cara ku melakukannya?"
"Untuk hal ini, cobalah jangan menceritakan apa yang kau alami padanya. Jika kau terluka, menangislah sendiri tanpa mengadu padanya. Jika kau mengalami hari yang buruk, tak perlu bercerita pada siapapun. Dan jika kau terlalu bergantung padanya, kau juga tak akan mandiri. Bagaikan kepala mu menunduk dan menjadikan bahunya sebagai penopang kepala mu, tapi ketika dia pergi, lehermu patah," kata Neko membuat Chay terdiam, dia benar-benar ragu sekaligus khawatir.
---
Sementara itu, Kim menatap laut yang luas di sebuah dermaga yang dekat dengan tempat gedung pelatihan pengawalan.
Dia memegang pagar pinggir laut dengan kuat dan mengeluarkan semua kekesalannya melalui genggaman tangan itu sehingga ketika dia melepasnya, pagar besi itu agak bengkok dan tangannya memerah.
Dia menghela napas panjang dan menatap langit malam. "(Kenapa... Kenapa!! Kenapa hidup ini benar-benar sangat berat!! Aku tak bisa menikmati sesuatu sejak aku kecil, aku disiksa sejak aku kecil dan ini yang terjadi padaku... Kenapa ini semua harus terjadi padaku, apakah takdir sengaja melakukan nya, tapi ini sudah mencapai batas kesabaran ku,)" ia menatap kecewa.
Tapi mendadak ada suara, suara motor besar membuatnya menoleh ke belakang.
Motor itu berhenti dengan membelokan setirnya dan standar kaki turun. Kedua tangan melepas helm. Tak disangka-sangka, itu adalah wanita rambut pirang dengan terkuncur kuda. Wanita tinggi dan terlihat begitu kuat seperti lelaki.
Dia melepas jaketnya dan merentangkan tangan. "Huaaa... Benar-benar sungguh sangat melelahkan," ia lalu kebetulan menoleh dan terdiam ketika melihat Kim.
Siapa sangka, wanita itu adalah Acheline. Tapi Kim dalam posisi tidak mengenalinya.
"Oh, halo," Acheline menyapa dengan akrab. Hal itu membuat Kim terdiam dan menghiraukan itu, dia kembali menoleh ke lautan.
Tapi Acheline terdiam dan berjalan mendekat. "Apa kau pengawal?" Tatapannya.
Kim terkejut dan menoleh. "Bagaimana kau tahu? Tidak, maksudku, kenapa kau berpikir begitu?"
"Karena orang yang kemari hanya seseorang seperti kita."
"Kita?"
"Ya, pengawal. Oh, benar, aku pengawal juga haha... Cukup susah mengikuti orang yang lebih besar dariku," kata Acheline sambil ikut menatap laut.
Kim terdiam menatapnya. "Bagaimana seorang wanita sepertiku adalah pengawal?"
"Haha... Aku menjadi seperti ini karena aku harus banyak melakukan dendam. Pekerjaan seperti ini juga tidak main-main gajinya. Sebenarnya, bosku hanya di sini sebentar. Dia asal dari Rusia, dia super sibuk dan melelahkan."
"Seperti apa atasanmu itu?" Kim menatap.
"Haha, kau tahu kan, harusnya pengawal sepertimu tahu karena salah satu sifat atasan yang sama hanya satu, yakni ketika kita tak bisa melakukan apa-apa, mereka akan mengamuk. Begitulah aku mengartikannya."
"Lalu, kau menganggap itu hal yang wajar?"
"Ya tentu saja, kita dapat uang juga dari mereka. Memangnya kenapa? Apa kau ada masalah dengan atasanmu?" Acheline menatap. Hal itu membuat Kim terdiam sejenak dan menghela napas panjang.
"Hanya sedikit. Dia tidak mau mengakui ku sebagai pengawal."
"Itu baik-baik saja, sekali kau fokus mengembangkan dirimu, mempelajari fisikmu. Begitu dia kebetulan melihat, dia akan menganggapmu mampu dan mulai menganggapmu," kata Acheline membuat Kim terdiam memikirkan kata itu.
Acheline juga mengatakan itu sambil merokok.
"Apa kau tidak pernah khawatir pada orang terdekatmu jika kau harus ikut atasanmu ke mana pun?" Kim menatap.
Acheline terdiam sebentar dan menghela napas panjang melalui asap rokoknya.
"... Sebenarnya aku tak punya siapapun. Aku tak ada siapapun yang harus dikhawatirkan, jadi, ya, hanya loss saja... Tidak perlu khawatir pada apapun yang penting aku memikirkan bagaimana aku ke depannya di depan bosku sendiri... Dan juga, ada masalah di sini. Bos meminta ku mencari seseorang yang ia cari, agak susah sekali karena ini Thailand."
"Lalu, apa kau menikmati pekerjaanmu?"
"Yah, begitulah," Acheline kembali membalas.
Hingga tak lama kemudian, rokok Acheline habis. Dia lalu berbalik badan. "Baiklah, aku pergi dulu. Jangan terlalu lama di sana, nanti ada cewek cantik datang," kata dia.
"Ha, kenapa bisa begitu?"
"Tidak tahu, haha, hanya bercanda." Acheline memakai helmnya dan meninggalkan Kim dengan motornya, membuat Kim masih terdiam menatap laut.
Lalu ia menghela napas panjang. "(Kapan aku bisa mencerna kalimatnya tadi? Oh benar, aku lupa tanya namanya, sudahlah, itu tak penting... Aku tak mau memikirkan apapun dulu,)" sampai saat ini, Kim tidak tahu nama Acheline.
Tapi tiba-tiba ada yang memanggil. "Tuan Kim."
Hal itu membuat Kim menoleh, rupanya itu Seu. Kim terkejut ketika Seu datang karena dia berpikir perkataan Acheline benar.
"Apa... Apa yang kau lakukan di sini?"
"Aku hanya bilang bahwa... tak perlu mengeluh dengan semua ini. Aku tahu kau bisa," tatap Seu sambil berjalan mendekat.
"... Memangnya apa yang kau tahu tentang ini?"
"Karena aku juga punya adik yang cantik, sama seperti adikmu. Aku melakukan apapun demi menjaganya, termasuk meninggalkannya hanya karena ikut mencari uang bersama Nona Neko," kata Seu membuat Kim terdiam tak percaya. Dia juga mendapatkan banyak penerangan.