Chereads / Bloody Line: Under The Drop of Blood / Chapter 152 - Chapter 152 Flashback Kim

Chapter 152 - Chapter 152 Flashback Kim

Hari berikutnya, Kim bertemu pengawal senior yang membawa sebuah sniper, yakni penembak runduk. Penembak runduk adalah seorang prajurit infanteri yang secara khusus terlatih untuk memiliki kemampuan membunuh musuh secara tersembunyi dari jarak jauh dengan menggunakan senapan. Atau dalam artian lain, dia adalah pembunuh jarak jauh, penembak jitu.

Senjata tersebut dibawa oleh orang penjagaan yang telah kembali.

Kim terdiam menatapnya. "(Apa aku bisa menggunakan sniper? Yang aku tahu dalam bahasa pemerintahan seperti ini, sniper dijadikan alat sebagai pembidik dan hanya digunakan oleh pembunuh bayaran jarak jauh. Jika aku berkesempatan membidik, aku akan membidik gadis itu... Saking kesalnya,)" pikirnya, masih kesal pada Neko meskipun hanya main-main.

Lalu ia terdiam dan melihat semua orang di sana yang sedang sibuk mengobrol dan bercanda layaknya tempat mereka sendiri, padahal mereka hanyalah penjaga yang menunggu bertugas di sana.

"(Aku heran pada mereka. Apa mereka tidak memiliki kehidupan yang sulit dan hanya ditekan oleh atasan yang tak punya hati sama sekali? Aku harus terdiam sekarang.)"

"Hoi... Kim," seseorang memanggil, salah satu pengawal saja. Kim menoleh.

"Waktunya pelatihan untukmu."

"... Bukankah aku baru saja melakukan pelatihan bersama yang lain?" tatap Kim dengan bingung.

"Direktur Han yang memintamu. Dia bilang jika kau tidak bisa melakukan pelatihan terakhir ini, maka kau akan tinggal di jalanan dan jangan pernah mengemis di sini lagi," kata orang itu.

Meskipun agak kesal, Kim tetap mengikuti perkataannya.

Di tempat pelatihan penembakan, ada Direktur Han dan putranya kemarin menatap Kim dengan sombong.

"Yang kemarin, aku masih belum memaafkanmu itu atas tindak sembaranganmu pada putraku," kata Direktur Han.

"Kudengar kau payah dalam menembak, bukan?" putranya itu menambah.

"Hahah, sudah jelas, dia hanya bisa memukuli orang dengan pelan," Direktur Han kembali menyombongkan dirinya dan merendahkan Kim.

"(Cih, dasar babi darat... Masih bisa bisanya sombongnya di depan ku, jika di depan gadis itu, kau bahkan tak berani mengatakan kata kata yang seperti itu.... Apalagi kemarin anak mu sangat mengesalkan, untung nya ada surat denda itu, dia pasti hanya mengganggap itu uang kecil. Anak sama bapak sama saja... Lihat bagaimana aku bisa merobek mulut kalian, sialan...)" Kim yang kesal, mengambil sniper yang terpajang di sana, ia membidik di jendela ruangan penembakan dan menembakkan pelurunya. "Hoi... Apa yang kau lakukan?" Direktur Han terkejut.

"Aku baru saja menembak sesuatu yang tidak bisa digapai dalam fokus titik," kata Kim.

Lalu Direktur Han melihat dari jendela, di bawah apartemen yang jauh terlihat sebuah burung cepat jatuh dengan peluru menancap di tubuhnya.

"(Hah?! ... Itu burung... Itu salah satu objek bergerak. Kenapa dia bisa menembaknya tanpa melihat arah angin dengan sniper itu? Sudah jelas burung adalah objek bergerak yang sangat sulit dibidik jika menggunakan sniper yang fokus pada satu titik saja, ba... Bagaimana bisa?!)" Direktur Han menjadi terdiam. Lalu ia menatap Kim yang mengangkat alisnya dengan rasa sombong.

"Hmp... Aku masih belum percaya. Tembaklah satu lagi untukku. Biarkan aku melihatnya."

"(Cih... Merepotkan,)" Kim menutup mata lalu menatap di bidikan sniper. Direktur Han yang siap mengamati kembali terkejut karena Kim begitu saja langsung menembak. Ia melihat di luar jendela dan ia tak percaya bahwa Kim bisa menembak burung yang lewat dari jauh itu.

"(Ba... Bagaimana bisa...)" Putranya juga ikut terkejut sendiri.

"... Ehem... Sepertinya kemampuanmu terlalu berbohong, tak seperti perkataan mereka. Siapa yang mengajarimu? Apa Nona Neko?"

"Ayah, aku yakin dia memang belajar dari Nona Neko itu. Sangat menyenangkan sepertinya," putranya meminta diajari Neko soal penembakan karena Neko sudah mengajari Kim dengan sangat singkat dan mudah.

"... Dia bukan siapa-siapa. Aku masih kesal karena aku dititipkan padamu. Dia bukan orang yang layak menjadi atasan di sini," Kim menatap serius sambil masih kesal pada Neko. Sepertinya dia memang masih tidak terima hingga saat ini.

Seketika wajah Direktur Han menjadi tersenyum seringai.

"Kau benar, dia menjengkelkan, bukan? Bagaimana jika aku memintamu melakukan sesuatu padanya?" tawar Direktur.

"... (Apa dia... Mencoba memintaku membunuh Nona Neko?)" Kim menjadi tersadar.

"Dia memang gadis yang bisa apa-apa, tapi dia terlalu tertutup untuk bergaul dengan cara hatinya. Dia lebih memilih berbicara dengan cara tubuhnya. Penuh dengan aura dingin. Apa kau tahu dia itu pembunuh muda di sini? Memeras setiap orang dan termasuk kandidat dalam organisasi gelap dengan bisnis ilegal di Jepang, Korea, maupun Thailand. Jadi jangan heran jika dia terus saja dihormati dan tidak wajar dia di sini di umur dan penampilannya. Penampilan bukan pemenang, tapi kemampuan memang nomor satu," kata Direktur Han.

"(Sekarang aku tahu... Siapa dia sebenarnya, jadi dia memang orang yang penting. Aku sudah salah menilainya. Dia memberi pengampunan padaku. Jadi dalam hal ini... Aku harus ragu.) Aku tidak bisa membunuhnya dengan membidiknya seperti ini," kata Kim.

"Jadi, kau tidak mau? Tak apa... Aku akan menawari mu lain kali. Lagi pula, kau tahu kan bahwa gadis itu benar-benar menjengkelkan? Aku tunggu jawabanmu," kata Direktur Han lalu dia berjalan pergi bersama putranya.

Kim kembali terdiam, ia menghela napas panjang dan meletakkan tembakan tadi lalu berjalan keluar dari ruangan lapangan tembak itu.

Tapi di dalam ruangan penjagaan, tepatnya di beranda tempat gedung itu, ada beberapa orang penting bicara di sofa. Kim yang tak sengaja lewat menjadi berhenti dan menatap.

Itu adalah Direktur Han sedang berbicara dengan orang lain yang terlihat penting. Di sini, yang paling aneh adalah seorang lelaki yang terlihat lebih muda dari Kim sedang berdiri di belakang tamu itu membuat Kim menatap dia terus-menerus hingga lelaki itu juga tak sengaja melihatnya.

Siapa sangka, itu adalah Yohan.

"(Itu adalah saat di mana aku bertemu dengannya...)"

Itu ketika Kim ada di kantin memakan apel buah sambil mengobrol dengan bibi penjaga kantin.

Lalu ada yang datang sambil memanggil. "Sunbae Kim."

Hal itu membuat Kim menoleh dengan bingung. Siapa sangka, itu adalah Yohan tadi.

"... Dari mana kau tahu namaku? Dan... Kenapa kau memanggilku sunbae?" Kim menatap.

Yohan terdiam sebentar dan menjawab, "Aku dan Direktur Han memiliki hubungan kerja sama yang baik. Dia selalu menceritakan hari baik termasuk bertemu orang hebat sepertimu," kata Yohan.

Dari sana Kim mengerti. "(Ah, aku mengerti. Mungkin karena aku telah menunjukkan kemampuanku tadi di depan Direktur Han, jadi dia bercerita padanya.) Jadi... Ada apa?" Kim menatap.

"Aku Yohan, salam kenal. Aku dari militer internasional khusus penembakan kontrol, hehe..." tatap Yohan.

Seketika Kim terkejut mendengar itu. "Woh, kau benar-benar hebat. Ajarilah aku kalau begitu," Kim menatap.

"Hehe... Sebenarnya aku hanya direkrut sementara. Kita bisa saling bertukar informasi dan mengajari satu sama lain, kan? Kenapa tidak mengobrol sambil melakukan itu?" tatap Yohan, dia dulu juga sangat bisa menjadi akrab jika bertemu orang lain.

"Tentu, ayo," Kim menyetujui lalu mereka berjalan pergi dari sana.

---

"Apa?! Haha, jadi sekarang umurmu masih 19 tahun?!" Kim tertawa sambil berjalan bersama Yohan di jalanan kota.

"Ah, iya... Aku masuk militer ketika usiaku masih 5 tahun," kata Yohan.

Tiba-tiba Kim terdiam, dari tawa tadi menjadi diam suram mendengar kalimat Yohan itu. "Li... Li... Lima... Tahun... Mi... Militer..."

"Yup, aku militer di usia 5 tahun. Itu karena ayahku ketua militer dan benar-benar memaksaku ikut pelatihan meskipun aku bukan anggota yang tercatat. Tapi sekarang, dia sudah tiada. Aku memutuskan keluar karena ditawari pekerjaan besar menjadi penembak jitu di sini," kata Yohan.

"Wih, kalau begitu, kau bisa menggunakan berbagai macam sniper?"

"Ya..."

"Kapan-kapan kau harus ajari aku."

"Tentu. Aku yakin Sunbae Kim juga begitu karena kau adalah bawahan dari Nona Neko. Aku dengar, Nona Neko sangat hebat dan handal dalam menyatukan rancangan karena dia hanya ingin cepat menyelesaikannya dengan mendengarkan inti tanpa basa-basi," kata Yohan.

"Yah, begitulah. Tapi aku jelas agak kesal padanya... Bagaimana denganmu? Kenapa kau keluar dari militer? Alasan terjelasmu apa?" tatap Kim.

"Sebenarnya, aku sedang butuh banyak sekali uang untuk keperluan hidupku dan yang lainnya. Ayahku banyak hutang jadi aku terpaksa melunasinya," kata Yohan.

"Tak kusangka, militer pangkat besar tapi punya hutang," Kim menggeleng.

"Yah, begitulah... Hanya bisa terima apa adanya," balas Yohan. Lalu ia menatap jam tangan yang ia pakai. "Oh benar, aku harus pergi. Mungkin ke depannya kita tak bisa bertemu lagi," tatap Yohan.

"Eh, kenapa? Hanya kau satu-satunya yang se-frekuensi," tatap Kim dengan kecewa.

"Maafkan aku, hehe... Semoga lain kali kita bisa bertemu. Sampai jumpa," Yohan melambai dan berjalan pergi membuat Kim terdiam dan menghela napas panjang.

"(Apa aku memutuskan untuk berubah pikiran saja? Aku sepertinya tidak perlu kesal lagi pada Nona Neko. Aku hanya harus mematuhinya saja,)" pikirnya. Ia akhirnya tak jadi kesal pada Neko dan menerima keadaannya setelah mendapatkan banyak pencerahan dari orang yang asing menurutnya.

Dia lalu memutuskan untuk kembali ke gedung pelatihan pengawalan. Tapi siapa sangka dia bertemu dengan Direktur Han.

"Kim, jadi bagaimana?" tatap Direktur Han membuat Kim terdiam bingung.

"Kau sudah memutuskan, bukan? Bahwa kau akan membunuhnya. Kemampuan menembakmu sangat bagus pastinya," tatap Direktur.

"Direktur, maafkan aku, tapi aku berubah pikiran. Aku mungkin harus mematuhi Nona Neko," kata Kim membuat Direktur Han terdiam seketika dan kecewa.

"Hei, tapi kan kau bilang sendiri ingin melakukannya, kan? Aku yang menyuruhmu, kan?" Direktur menatap kesal.

"... Maaf, aku akan lebih fokus mengembangkan fisikku untuknya agar dia merekrutku menjadi pengawalnya," kata Kim.

Mendengar itu, Direktur Han semakin kesal. Dia benar-benar memaksa Kim. "Ini sudah teruji, kau tidak bisa lari," Direktur menatap, seketika banyak pengawal datang mengepungnya.

"(Sialan... Mereka benar-benar menjengkelkan,)" Kim terdiam kesal mengepal tangan. Ia tak bisa ke mana-mana selain menuruti Direktur Han. Sekarang, kita tahu apa yang Direktur Han lakukan padanya agar menurut.