Chereads / Drop Blood: Amai Akai / Chapter 145 - Chapter 145 Flashback Kim

Chapter 145 - Chapter 145 Flashback Kim

"Duduklah," tatap Neko. Lalu Kim duduk di depannya. Dia masih memasang wajah tak percaya. "(Melihat gadis ini lagi untuk pertama kalinya, datang dibar kecil ini, dan dia pastinya hanya untuk memastikan aku saja. Jika dia ada di sini, berarti dia tahu aku bekerja di sini, dan pertanyaannya... Dari mana dia tahu bahwa aku ada di sini?)"

"Bagaimana dengan harga jam itu?" tanya Neko yang langsung bicara.

"...Kau kemari hanya untuk mengambil jam itu... Aku bisa mengembalikannya jika kau mencarinya," Kim langsung membalas.

"Aku tidak meminta untuk mengambilnya. Aku hanya memberitahumu jam itu berharga 120 juta. Jika kurang, maka kau telah ditipu. Sebentar lagi kau akan mendapat sebuah penipuan dari jam itu," kata Neko.

"Apa maksudmu?... (Jam itu bahkan sangat mahal... Kenapa bisa segitu harganya?! Memang benar tampilannya mewah. Paman saja bilang 20 juta, aku juga pasti berpikir begitu. Tapi sekarang, aku lebih percaya pada perkataan gadis ini.)" Kim menatap serius. "Apa kau bercanda?" dia memasang wajah tak percaya.

"...Aku tidak bercanda sama sekali. Aku sudah bilang dari awal bahwa jam itu akan kuberikan pada orang tinggi. Pastinya harus berharga mahal. Tapi kau telah memilikinya. Apa yang kau lakukan dengan jam itu?"

"Aku... Aku memberikannya pada pamanku untuk ditanyakan harganya," balas Kim.

"Itu suatu kesalahan besar. Kau seharusnya tahu peraturan larangan bahwa jangan mempercayai siapapun untuk memegang uangmu," kata Neko, lalu ia berdiri.

"Apa kau tahu ini kota apa? Ini zaman untuk apa? Dan uang ditempatkan di mana?... Dalam hal ini, aku memegang kendali uang dan sebuah kasino. Di mana-mana, kasino pastinya menjadi tempat favorit bagi mereka yang serakah, apalagi orang-orang sepertimu yang terlalu memikirkan uang dan ingin sekali menggandakannya. Ketahuilah bahwa jika orang-orang miskin seperti kalian diberi uang, kalian hanya akan menghabiskannya untuk keperluan nafsu saja. Tapi jika diberi pekerjaan, kalian juga akan sekalian belajar."

"Karena itulah aku memilih bekerja padamu," kata Kim, membuat Neko terdiam. Suasana menjadi hening, karena padahal Kim tak mau bekerja pada Neko malah mengatakan mau bekerja padanya sekarang.

"Maafkan aku. Aku tidak bermaksud apapun, tapi, kau orang pertama yang tahu aku sedang menderita di sini... Padahal orang yang bekerja besar sepertimu, mereka sama sekali tak peduli dengan hal ini," kata Kim, membuat Neko menghela napas panjang.

"Jika kau ingin bekerja padaku, kembalikan jam tangan itu tanpa uang tunai. Harus benda yang sama."

"Apa maksudmu?!" Kim menjadi terkejut.

"Kau belum menjualnya, bukan?" tatap Neko, tapi Kim terdiam.

"Jika kau berhasil mengembalikannya, aku akan menerimamu. Karena apa aku melakukan ini? Karena aku ingin memastikan, kau orang yang waspada atau tidak, atau malah semakin bodoh dalam hal ini. Jika kau ditipu, jangan mengamuk kecewa," kata Neko.

Awalnya Kim terdiam ragu, ia lalu mengangguk. "(Semoga paman belum menjualnya.) Baiklah, aku mengerti."

"Kenapa kau mengatakan hal itu dengan wajah yang ragu? Kau menitipkannya pada orang lain? Seharusnya kau tahu bahwa jam tangan itu akan masuk ke kasino di tangan orang yang tidak tepat."

"Apa maksudmu? Orang yang aku beri amanah itu bukanlah orang yang jahat. Dia telah membantuku selama ini..." Kim melirik karena dia tahu bahwa Neko sedang membicarakan pamannya yang memegang jam tangan mahal itu.

"Tak ada. Aku tak bermaksud apapun," dia membalas, lalu berjalan pergi dari bar. Kim masih terdiam. "(Aku masih belum mengerti, kenapa kau langsung pergi begitu saja?! Bahkan kau bersikap layaknya kau benar benar akan maupun ingin mempermainkan ku, sebenarnya permainan apa ini? Dan apakah ini semua memang harus dilakukan? Sebegitu bosan nya dia pada permainan besarnya sehingga mempermainkan aku...)" dia tak terima dan menahan tangan Neko.

Neko terdiam menoleh dengan tatapan dinginnya.

"Yang itu... Jika aku mengembalikan jam tanganmu, apa benar, aku bisa kembali bekerja padamu?" tatap Kim.

Neko lalu melepas tangannya pelan dan menyilangkan tangan. "Apa aku perlu membuatmu begini hingga kau bilang seperti itu? Aku bahkan hanya main-main di sini. Tapi meskipun aku main-main, kau juga harus menganggap ini serius. Jam tangan itu adalah gaji satu bulan lebih dari pengawalan. Sekarang aku tanya, apa kau benar-benar tertarik bekerja denganku lagi? Dan jika kau ingin kembali... Apa alasanmu?" tatap Neko.

"...Aku hanya sedang mencari pekerjaan."

"Bukankah kau sudah punya pekerjaan di bar ini? Kenapa kau tidak mengatakan dengan mudah bahwa kau ingin mendapatkan uang lebih dari bekerja padaku?"

"Tidak begitu... Aku tidak akan mengincar uang jika sedang bersamamu. Aku akan melakukan apapun, dan lagi, gaji di sini sangatlah kecil," Kim menyela.

"Hmp... Baiklah. Sekarang biarkan aku mengatakan, 'Aku akan mempertimbangkannya,'" kata Neko yang lalu berbalik dan berjalan pergi.

Kim terdiam dan mengepalkan tangan. "(Dia mempermainkan aku lagi, sudah jelas sekali.... Permainan yang sangat buruk, awas saja, aku akan mendapatkan jam itu dan menunjukkan padamu bahwa aku bisa menjaga barang pemberianmu.)"

Saat pulang, Kim menjadi terkejut karena rumahnya berantakan. Ia masuk dan melihat adiknya, Chay, sedang merapikan barang yang berantakan di bawah. "Chay... Kau baik-baik saja?" Kim mendekat dengan sangat panik, langsung berlutut memegang kedua bahu adiknya.

"Aku... Baik-baik saja."

"Apa yang terjadi? Siapa yang melakukan ini?"

"Paman... Dia... Em, mereka hanya kembali menagih utang."

"Hah... Bukankah paman sudah melakukannya? Dia sudah membayarnya dengan jam tangan yang aku berikan itu, bukan?!... (Tunggu... Jangan-jangan...)" Kim menjadi teringat, lalu ia berdiri hendak pergi.

Tapi Chay menahan tangannya. "Tunggu, kakak. Kau akan ke mana? Di sana berbahaya. Kakak!"

"Aku bisa melindungi diriku sendiri. Tunggu aku di sini!!" Kim menatap serius, lalu berjalan pergi. Ia pergi ke slot perjudian kecil milik penagih utang yang memaksa pamannya. Di lorong sana kentulan ada dua orang yang mengeroyok pamannya itu, mereka tampak kesal pada paman nya sehingga mengeroyok dan memukulinya.

"Hoi... Berhenti!" Kim berteriak dan berlari mendekat, tapi seseorang menahan kerahnya dari belakang membuatnya menoleh, dan rupanya itu bos penagih utang.

"Santai dulu, kawan. Tubuhmu masih muda, jangan disia-siakan hanya untuk menolong pria tua yang tidak bisa dijaga itu, dimana letak pikiran mu? Orang seperti itu kau pelihara," tatap bos dengan santai.

"Apa yang kau lakukan? Bukankah aku sudah membayarnya? Kenapa kau membiarkan mereka memukuli paman ku?!" tatap Kim dengan kesal.

"Membayar...? Uang itu sama sekali belum sampai ke sini, dan orang itu telah melakukan investasi padaku. Kita semua tahu investor memiliki risiko."

Mendengar itu, tentu saja Kim terkejut dan kecewa pada pamannya. "Paman, katakan padaku ini semua tidak benar... Itu semua tidak benar, kan?!"

"Maaf, Kim," pamannya hanya bisa menyesalinya karena itu memang benar-benar terjadi.

"Kenapa kau bisa-bisanya melakukan itu?!" Kim tertelan amarah. Dia marah meskipun orang bawahan bos penagih menahannya.

"Aku... Aku pikir aku bisa menggandakannya!!"

"Kita semua tahu bahwa hal yang serakah seperti itu tidak akan dipercaya. Jika kita sudah merasa cukup akan uang! Untuk apa ingin digandakan?!"

"Kim, maaf," pamannya sekali lagi meminta maaf.

Kim menjadi terdiam. Ia putus asa dan kesal. "Beri aku waktu," ia bicara pada bos penagih utang.

"Tidak bisa. Uang itu menjadi tanda karena dia juga berutang di kasino. Sekarang berikan aku 150 juta," bos menyela.

"(Apa?! Itu terlalu banyak!!! Aku tidak mungkin mendapatkan itu dalam waktu singkat!! Kecuali...)" Kim mengingat Neko. "(Memang hanya ada satu-satunya cara di sini, aku terpaksa melakukan ini.) Begini saja, aku akan membayarnya dalam waktu sebulan," tatap Kim. Suasana malah menjadi hening karena bos penagih berpikir hingga ia mengatakan sesuatu.

"...Baiklah, aku beri kau waktu satu hari saja."

"(I... Itu sangat cepat...)" Kim menjadi terkejut.

"Jika besok belum bayar, adikmu akan kubunuh," kata bos, lalu dia berjalan pergi meninggalkan mereka berdua.

Kim yang mendengar kalimat ancaman tadi menjadi terpaku.

"...Kim... Aku benar-benar minta maaf," paman menatapnya.

Kim hanya terdiam kecewa. "...Pergilah, paman. Kau bukan pengurus yang dipercaya lagi. Sekarang kau membuat adikku terancam," kata Kim, lalu ia berbalik dan berjalan pergi.

Pamannya terdiam. Ia juga kecewa pada dirinya sendiri. "(Aku benar-benar sangat payah! Payah! Aku harusnya tidak melakukan itu!!)"

Sementara itu, Neko duduk di bangku tengah mobil. Mengambil tusuk permen dari mulutnya, lalu mengeluarkannya dengan mulut yang terlihat menggoda.

Tatapannya melirik ke satu arah saja, yakni ke depan dengan aura yang ia pasang selalu.

"(Aku memang tidak suka pada pria maupun lelaki, tapi aku suka mempermainkan mereka,)" dia menjadi tersenyum kecil sendiri.

Kejadian ini memang sebelum dia bertemu Matthew, karena dia dikenal sebagai orang yang mewakili sindikat dalam kerja sama membangun bisnis ilegal, termasuk kasino perjudian, dan menjatuhkan mereka yang akan terjebak seperti udang yang tak berdaya.

Lalu ada yang mengetuk pintu dari luar, karena kebetulan di dalam mobil hanya ada Neko.

Neko melirik ke samping, terlihat seorang lelaki mengetuk kaca. Rupanya hanya orang asing yang melihat Neko dari dalam.

Awalnya Neko diam tak mempedulikannya dan fokus merasakan manis permenya. Sementara di luar, lelaki itu terus mengetuk kaca. "Um.. Halo... Kau dari tadi di dalam sini... Apa kau baik-baik saja?" dia sepertinya menganggap Neko sedang terculik di dalam. Jangan terlalu dibawa, dia hanya orang biasa yang sok peduli.

Tapi tak lama kemudian, Hyun dan Jun ada di belakang lelaki itu. Bayangan mereka yang besar membuatnya menoleh. Ia melihat mereka berdua memasang wajah datar, dan Jun membawa kopi. Rupanya mereka berdua meninggalkan Neko untuk membeli kopi.

"(Astaga... Aku harus pergi,)" lelaki itu menjadi ketakutan dan melarikan diri.

Neko yang di dalam hanya kembali menatap ke depan lalu mengingat Kim. "(Aku berhasil mempermainkannya, lalu apa dia nanti akan menyesal dengan berlari seperti itu? Kita lihat saja nanti,)" dia menjadi tersenyum kecil.