Chereads / Drop Blood: Amai Akai / Chapter 146 - Chapter 146 Flashback Kim

Chapter 146 - Chapter 146 Flashback Kim

Kim menjadi terdiam, melamun di pinggir jalan. Entah kenapa dia ada di sana, tapi sepertinya dia sedang putus asa.

"(Bagaimana caranya aku mendapatkan uang berlipat itu?)" pikir Kim, lalu ia menjadi teringat pada Neko.

"(Aku sudah menunggu sangat lama, dan besok... Besok adalah waktunya aku harus membayar uangnya pada bos penagih itu. Jika tidak... Chay akan terbunuh... Lari pun juga percuma... Aku sudah memikirkan berbagai cara tapi tak ada yang bisa dilakukan dengan baik, aku tak bisa memikirkan cara lain lagi. Satu-satunya cara hanya memohon pada gadis itu. Tapi kenapa gadis itu tidak mencariku untuk memberitahuku pekerjaan? Apa dia yang menungguku?)" pikir Kim.

Dia harus memutuskan hal yang baik untuk dirinya agar tidak dimanfaatkan dan tidak ditipu.

"(Baiklah, aku sudah putuskan bahwa aku akan bekerja padanya. Aku akan memintanya untuk merekrutku lagi. Tapi pertanyaannya, sekarang dia ada di mana? Tidak mungkin aku berniat mencarinya tapi tak tahu dia dimana,)" ia bingung berpikir Neko ada di mana, hingga pikirannya terlintas ada di barnya. "(Kemarin dia sudah ada di barku. Sudah jelas dia pasti ada di sana lagi untuk menawariku lagi... Semoga saja.)"

Dengan segera, ia menuju ke bar, dan rupanya benar, Neko ada di sana sedang mengobrol dengan wanita lain yang mulai suka padanya.

"Ohoho, kamu benar-benar sangat cantik. Aku ingin jadi milikmu deh," tatap bos bar itu yang memasang rayuan cantik pada Neko yang hanya tersenyum kecil menatapnya.

"Kau harus melihat tubuhmu dulu," kata Neko. Mereka mengobrol hal yang aneh, meskipun Neko hanya memasang tatapan datar 90 persen dan senyuman kecil 5 persen.

"(Sudah kuduga dia ada di sini, aku tahu dia pasti sengaja kemari hanya untuk mempermainkan ku lagi,)" Kim mendekat.

Hal itu membuat Neko menengadah melihatnya dengan dingin. Neko hanya diam sambil minum perlahan koktailnya menunggu Kim berbicara.

Tapi sepertinya Kim tidak bisa berkata apa-apa. Dia ragu untuk mengatakannya pada Neko.

"Hei, Kim, ada apa sayang? Kau perlu sesuatu di sini?" bos wanita itu menatap bingung. Mereka berdua semakin bingung karena Kim berkeringat dan menahan bibirnya untuk bicara dan hanya bergetar.

"Kau terlalu meleset padaku. Aku tidak suka seperti itu," kata Neko.

"... (Dia sengaja bicara duluan...) Kau bilang aku bisa menjadi penjagamu?"

"...Entahlah, kau sendiri yang telah menolaknya bukan, dan sekarang untuk apa menanyakan nya?"

"Aku ingin menjadi pengawalmu. Bukankah aku sudah bilang dari awal... Terima aku kembali," kata Kim.

Neko hanya diam tak membalas apa pun. "...Maaf saja, tapi Hyun dan Jun sudah sembuh dari babak belur mereka."

"Apa? Kenapa? Aku bisa di sini menunggumu saja. Aku hanya butuh uang muka."

"Uang muka? Kau sangat enak ya, baru melamar saja sudah ingin uang muka. Apa kau ingin berdiri di bawahku yang boneka ini, huh? Kau sendiri juga boneka, melakukan apa pun dengan uang, semua uang... Semuanya tak bisa dibeli dengan uang saja, tapi kerja keras. Dan kau sekarang mengemis padaku," tatap Neko.

"...Aku mohon padamu, sekarang aku tidak berguna apa pun," kata Kim.

Lalu Neko menghela napas. "Kau berbicara seperti itu layaknya kau tidak punya malu," tatapnya.

Kim kembali terdiam, lalu menatap ke bosnya yang memasang wajah tak percaya. "Astaga, Kim, kamu butuh uang?" dia menatap iba.

"...Maafkan aku, bos. Anda sudah terlalu banyak membantuku, aku tak akan meminta apa pun padamu."

"Tapi, Kim, kau yakin?"

Kim kembali terdiam. Dia lalu menatap ke Neko. Dengan cepat, dia memegang tangan Neko, membuat Neko terdiam bingung. Tapi siapa sangka, tangan Neko ditarik membuat tubuh Neko tertarik, hal itu membuat gelas kecilnya tadi terguling, tumpah, meninggalkan bos wanita itu di sana melihat Kim menarik Neko pergi ke belakang bar.

Bos wanita itu memasang wajah merah. "Uh... Anak muda... Aku ingin sekali kembali seperti dulu... Di mana aku masih bersih... Muehehe."

---

Mereka ada di belakang bar yang gelap dan dingin.

Neko menatap di hadapannya dengan tangan menyilang, lalu mengatakan sesuatu pada Kim.

"Katakan saja padaku, apa yang terjadi denganmu," Neko menatap.

"...?! (Apa aku bermimpi? Bukankah dia tipe yang tidak peduli... Kenapa dia ingin mendengar masalahku?!) Mereka... Penagih utang... Semuanya terjadi... Aku tak bisa mempercayai pamanku soal jam tangan itu yang sudah dilelangkan... Aku tak bisa mengembalikannya..."

Neko terdiam dan menghela napas panjang. "Aku tidak melakukan ini demi uang, tapi jika kau memang ingin bebas dari ini, bunuh saja mereka semua."

"Aku tidak terlalu kuat."

"Kalau begitu, berdiam dirilah di tempatmu seperti anjing tanpa majikan. Perjanjian awal aku sudah bilang bahwa kembalikan jam tangan itu, maka kau kuterima kembali, tapi sekarang sudah tidak," kata Neko, sambil berdiri berjalan meninggalkannya.

"Apa maksudmu? Aku butuh pekerjaan!"

"Kau tak butuh apa pun karena sekarang kau anjing yang tak punya apa-apa, termasuk majikan," kata Neko, membuat Kim terdiam ragu hingga Neko akan kembali berjalan pergi.

"Tunggu, kalau begitu... Aku butuh seorang majikan," Kim menatap. Lalu Neko tersenyum kecil.

Tiba-tiba kepala Kim tertutup kantung hitam dan kedua tangannya ditahan oleh Hyun dan Jun.

Kim terkejut dan mencoba memberontak.

"Kau adalah orang yang tidak kompeten. Kau tidak tahu apa-apa soal ini. Hanya duduk, tunggu, dan menggonggonglah," kata Neko dengan senyuman haus darah.

---

Penutup kepala Kim terbuka. Ia melihat sekitar dan ia sekarang ada di dalam kapal pribadi, diikat di kursi dengan penjagaan Hyun dan Jun.

"Lepaskan aku... Aku harus melindungi adikku. (Ini sudah pagi... Tidak, tapi siang,)" Kim berteriak panik.

Tiba-tiba Hyun datang mendorong seseorang yang rupanya Chay, yang terlempar di depannya. "Ah..." ia jatuh di bawah Kim yang masih terikat di kursi.

"Hah... Chay..." Kim terkejut.

Lalu datang Neko. "Aku tak pernah melakukan ini pada siapa pun, apalagi menolong kehidupan mereka... Aku lebih suka menghancurkan kehidupan mereka," kata Neko. Ia mendekat dengan aura mempermainkan.

"Sialan... Kenapa kau melakukan ini?!!! Lepaskan Chay, dia tak salah apa pun!! Jangan kaitkan dia dengan ini," Kim berteriak pada Neko.

"Tak salah? Jangan salah paham... Aku membawanya kemari karena menyelamatkannya sebelum diambil oleh mereka. Mereka pastinya tak akan mengira kalau keluarga seperti kalian ada di kapal pribadi begini," kata Neko. Seketika Kim terdiam kaku mendengar itu. "(Dia... Menolongku?)"

"Kau pasti menilaiku buruk duluan. Aku memang tidak sepenuhnya jahat untuk orang sepertimu... Aku hanya suka bersenang-senang, tapi sekarang aku tidak bisa mencemari julukanku," Neko menambah dan rupanya ia membawa pisau dan menarik rambut Chay. "Akh... Kakak..." Chay kesakitan hingga menangis, Neko meletakkan ujung pisaunya di leher Chay.

"Hentikan... Hentikan itu...!!!" Kim berteriak. Dia tak bisa apa-apa karena dia terikat di kursi yang tertempel di tiang kapal.

"Sekarang katakan padaku apa yang akan kau lakukan?" Neko semakin mendekatkan pisaunya hingga muncul sedikit darah goresan di leher Chay.

"Hentikan, aku akan melakukan apa pun untukmu!! Jangan sakiti adikku!!" Kim kembali berteriak dari ikatan kursinya.

Chay yang mendengar itu benar-benar menangis. "Kakak, cukup..." dia benar-benar melihat kakaknya memohon dengan teriakan keras.

Lalu Neko melepas Chay hingga jatuh ke lantai. "Augh!" ia menahan dirinya meski masih tersiksa.

Lalu Jun melepas pengikat Kim. Seketika, Kim menghampiri adiknya itu. Dia langsung memeluknya, membuat Chay terdiam kaku dan kembali mengalirkan air mata sambil merintih. "Kakak... Kenapa... Kenapa... Hiks... Kenapa kau bisa seperti ini... Hiks."

"Maafkan aku... Maafkan aku... Berhentilah menangis," Kim juga tampak tertekan terus memeluk kepala adiknya.

Neko menatap hal itu dengan menyilang tangan. Dia hanya memasang ekspresi yang datar. "Bukalah telingamu dan dengar kalimat adikmu itu. Kau hampir saja tidak memiliki harga diri hanya karena masalahmu sendiri," tatapnya.

Lalu Kim menatapnya. "Ini semua sudah sangat buruk!! Utangku di mana-mana, aku tak punya kepercayaan orang, dan aku tak bisa membuat adikku bahagia!!" dia menatap dengan lancang.

"Kakak!! Hentikan!! Kau tak bisa begitu!! Hiks..." Chay memegang kedua pipi Kim dan memeluknya. Dia memohon agar Kim tidak lepas kendali.

Kim menjadi terdiam merasa bersalah. "(Chay, maafkan aku. Aku benar-benar payah... Aku bukan kakak yang baik... Aku telah mencari masalah sekarang.)"

"Salah satu cara adalah, pergilah dari tempatmu. Orang sepertimu lebih baik melarikan diri jika memang tidak punya sesuatu untuk dilawan."

"Aku tidak bisa melakukan itu, dan sekarang, kau juga akan menambah penderitaanku. Kau akan menghancurkan keluargaku," Kim menatap, dia benar-benar tampak pasrah.

"...Kau berpikir aku melakukan apa yang aku katakan tadi dan kau sudah bersikap menerima apa adanya begitu. Kau tidak berpikir adikmu bisa menyelesaikan kuliahnya dan membuatmu bahagia lega?" Neko menatap.

Lalu Chay terbuka dengan perkataan itu dan menatap ke Kim. Dia kembali memegang kedua pipi Kim.

"Kakak, dia benar. Aku janji, aku tak akan mengecewakan kakak dalam kuliahku. Aku akan menyelesaikan kuliahku," Chay menatap.

Kim menjadi tersenyum dan mendekat mengecup kening adiknya. "Chay, tak perlu memaksakan dirimu... Yang penting kau bahagia, kau bisa mencari kebahagiaanmu sendiri..."

"Oh, itu sungguh sangat haru sekali," gumam Neko dengan tatapan datar. "Aku hanya bisa memindahkan tempat tinggalmu. Bekerjalah padaku di sini, sementara aku akan ke Jepang. Kau bisa duduk santai bersama adikmu saat aku tidak sedang di Thailand," kata Neko.

"...Maksudmu... Kau memberikanku tempat tinggal lain? Kau menerima ku bekerja sebagai pengawalamu!!?"

"Belajarlah memalsukan identitas dari seseorang. Kau akan membantuku mulai hari ini. Tak ada perlawanan lagi, aku harus pergi," Neko menatap datar lalu berjalan pergi.

"...Kakak..." Chay menatap khawatir.

"Chay... Maafkan aku, aku tidak berguna, tapi aku janji, aku akan menyelesaikan utang ini karena dia menerima ku bekerja," Kim menatap meyakinkan adiknya. Lalu Chay memegang pipi Kim.

"Berjanjilah padaku untuk tidak mati ketika kau ikut dia."

"Ya, aku berjanji," Kim mengangguk dan memeluk adiknya.