Chereads / Bloody Line: Under The Drop of Blood / Chapter 144 - Chapter 144 Flashback Kim

Chapter 144 - Chapter 144 Flashback Kim

"...Kau tidak memiliki pelindung untuk dirimu sendiri. Apa mereka berpikir bahwa kau bisa melawan mereka semua, padahal kau sekarang tengah lari," kata Kim yang mendekat dengan wajah datar dan seriusnya.

"Kau keluar begitu saja dan berjalan kembali padaku dengan menunjukkan kehebatanmu ini," Neko menatap.

"Aku tidak bermaksud pamer, dan kau menganggapku menunjukkan itu hanya untukmu. Apa kau juga masih ragu aku melakukan semua ini sendiri? Sekarang aku melindungimu."

"Lalu kenapa kau saat itu bilang kau tidak bisa melakukannya?" Neko melirik.

Lalu Kim terdiam dengan menundukkan wajah. "(Memang benar jika aku tak bisa melakukan nya... Itu karena aku tak pernah ikut dalam pelatihan fisik lain nya... Aku hanyalah Lelaki biasa yang mencoba mencari uang untuk kehidupan adik ku dengan baik... Tapi, apakah aku harus menjelaskan alasan itu?) Aku... Hanya malu dilihat olehmu," kata Kim setelah berpikir cukup lama.

"Apa yang membuatmu malu?"

"Tatapanmu sangatlah tajam. Dari awal aku melihatmu, kau mungkin adalah orang yang suka memprovokasi orang lain. Aku takut ketika nanti aku terpojok dan direndahkan oleh kekuatanmu, dan kemarin... kau benar-benar melakukannya. Sebagai asisten, aku seharusnya melindungimu, bukan kau yang melindungiku," kata Kim. Di antara itu, ada kepala seseorang yang bangun dan merintih di bawah Kim. Tanpa basa-basi, Kim langsung menendangnya, membuat orang itu kembali pingsan.

"Aku hanya semata memberitahumu bahwa pekerjaan ini sangatlah berat, dan kau sendiri yang ingin menjadi pengawal untukku. Sebagai orang yang berani melindungi, kau juga harus suka padaku. Kau tidak perlu menganggapku apa, dan kenapa aku bersikap seperti ini, itu karena ini adalah hal yang wajar untuk orang sepertiku," kata Neko.

Lalu Kim terdiam dan menghela napas. "Baiklah, aku anggap perkataanku salah dan perkataanmu benar... Kau sudah selamat sekarang... Kau tidak perlu menungguku lagi karena aku akan datang."

"He... Kau tadi menyelamatkan aku... Apa yang seharusnya aku berikan padamu?" tatap Neko.

"...Apa kau selalu melakukan itu pada pengawalmu?"

"Tidak, memangnya apa? Memangnya kau pengawalku, tidak bukan? Kita juga tidak akan bertemu lagi jika kau masih dalam pemikiranmu," kata Neko.

Lalu Kim terdiam berpikir. "(Aku hanya tak sengaja menyelamatkannya, dan dia sekarang berkata apa yang aku mau... Aku harus berpikir banyak kali untuk menentukan pendapatku.) Bagaimana dengan uang, aku butuh uang," Kim menatap.

"Selain itu? Aku tak membawa dompet, kartu, dan kertas cek lainnya. Aku kosong, tak membawa apa pun."

"...Lalu kenapa kau bilang menawari aku apa pun?" Kim menatap bosan.

"Baiklah, jika kau butuh uang, aku bisa melakukan transaksi besok," tatap Neko.

Tapi Kim menjadi terdiam menatap sesuatu dengan mata terpaku. Ia lalu mendekat dan mengambil tangan Neko yang terdiam. Ia melihat gelang berlian yang dipakai Neko. "Apa aku bisa mengambil ini?"

"Kau ini laki-laki, untuk apa gelang perempuan? Untuk kekasihmu?" Neko melirik.

"Bukan..." Kim membalas singkat.

"Untuk siapa? Tidak mungkin kau akan mengambil ini," Neko menatap tajam. Tapi Kim berwajah ragu menatap gelang itu sambil berpikir hal lain.

"Ini bukan apa-apa untukmu, kau bisa mengambil ini saja," Neko mengambil sesuatu dari sakunya, yakni sebuah jam laki-laki yang terlihat mewah.

"Jam? Kenapa kau membawa jam?" Kim menatap bingung.

"Sebenarnya itu mau aku berikan pada Direktur sialan, tapi itu untukmu saja," balas Neko. Kim masih terdiam ragu.

"Aku tak bermaksud apa-apa, tapi aku sedang tahu penderitaanmu. Jika kau mau, kau bisa mendapat uang dariku. Dalam perkelahianmu, kau sudah pantas bekerja padaku, jadi berhentilah menyebutkan dirimu sendiri sebagai lelaki biasa," kata Neko.

Kim terdiam hingga akhirnya mengambil jam itu dan berbalik pergi. "Aku masih mempertimbangkannya untuk kembali," kata Kim lalu berbalik pergi.

"(Aku mengerti sekarang, dia memiliki orang dekat,)" batin Neko yang terdiam. Tak lama kemudian setelah Kim pergi, beberapa penjaganya datang untuk membawanya kembali.

"Bos, Anda baik-baik saja?" Jun mendekat, tapi tangannya memegang kerah baju Hyun yang bingung polos hingga tangannya menarik jas Hyun untuk lepas dari bajunya.

"Sialan," ia bergumam kesal karena jas hitamnya diambil Jun dan dipakaikan di pundak Neko.

"...Siapa lelaki itu? Cari tahu dia siapa nanti," kata Neko lalu Jun mengangguk. "Baik, Bos."

Terlihat Kim mengendarai motor 250 livery berhenti di sebuah rumah yang tak terlalu kecil dan tak terlalu besar. Ia melihat satu pria dan gadis berada di luar rumah mengobrol di malam hari itu.

"Kakak, kemarilah," gadis itu memanggilnya. Lalu Kim melepas helm yang ia pakai dan mendekat pada mereka. Rupanya gadis tadi mengobati wajah pria itu.

"Apa yang terjadi?" Kim menatap terkejut.

"Mereka menagih uang sewa rumah. Untungnya aku di sini, jika tidak Chay sudah..." pria itu membalas. Dia adalah paman mereka berdua.

Dan gadis tadi adalah Chay, adik dari Kim. Rupanya Kim memiliki seorang adik perempuan yang manis.

Kim yang mendengar itu menjadi terdiam.

"(Mereka benar-benar kembali lagi,)" ia tampak sangat kecewa.

"Kenapa kita berhenti membayar uang sewanya?" tanya pamannya.

"...Sebenarnya, Chay akan memulai semester baru kuliahnya, jadi aku melunasi kuliahnya terlebih dahulu," Kim membalas.

"Ini akan buruk untuk rumahmu, mereka menagih 20 juta."

"...Paman, kau serius? Itu sangat banyak, bukannya kurang dari itu?"

"Mereka yang menagihnya," pamannya membalas.

Chay yang mendengar itu menjadi terdiam, dan dia juga tampak kecewa. Lalu memilih untuk pergi.

"Paman, Kakak, aku akan pergi sebentar," Chay berdiri dan meninggalkan mereka.

Kim terdiam, lalu ia ingat sesuatu. Ia mengeluarkan jam tangan yang diberikan Neko tadi padanya. Ia menunjukkan jam itu pada pamannya.

"Paman, menurutmu berapa harga ini?"

Pamannya terdiam sambil melihat jam itu. "Di mana kau mendapatkannya, kau mencurinya?"

"Aku diberi pelanggan bar saja," Kim membalas.

"...Mungkin sekitar 20 juta, merek ini seperti mahal," pamannya membalas.

"Bisa aku serahkan itu untukmu? Jual saja itu untuk bisa membayarnya."

"Ya, aku akan melakukannya."

Sementara itu, Jun memberikan dokumen identitas pada Neko yang duduk di sofa bar.

Ia mengambil dokumen itu dan membukanya. Rupanya itu identitas milik Kim.

"(Kim Hyein merupakan pria berumur 22 tahun yang dikenal sebagai pengocok handal atau pembuat minuman di bar. Dia bukan pria tinggal, melainkan memiliki satu adik perempuan. Apa itu sebabnya dia menginginkan gelang ini? Benar benar sangat mudah di baca sekali,)" Neko menatap gelang yang ia pakai, lalu ia meletakkan dokumen itu ke meja.

"Bos, apa dia merupakan lelaki yang berbahaya? Lulusan militer atau apa?" Hyun menatap.

"Tidak ada. Dalam informasi kehidupannya, dia bukan lulusan apa pun, bahkan saat ini dia juga masih kuliah. Jaraknya dengan adiknya hanya 4 tahun. Tapi sepertinya dia berhenti kuliah dan bekerja di bar itu. Karena itulah dia langsung datang menghajar mereka begitu aku kebetulan ada di bagian belakang bar tempatnya bekerja," kata Neko.

"Tapi, jika dia bukan lulusan bela diri apa pun, kenapa dia pandai berkelahi?"

"...Itu karena keterpaksaan kehidupan," kata Neko, membuat kedua pengawalnya itu terdiam bingung.

"Kita lihat saja permainan yang akan terjadi," tambah Neko yang menjadi tersenyum kecil sendiri.

Malam berikutnya, Kim menghentikan motornya di bar tempat bekerjanya. Dia adalah seorang bartender, atau bisa disebut seorang pembuat minuman di bar dan idaman para wanita yang selalu datang ke sana.

Saat ia sudah sampai sana, ia melihat mobil dan para penjaga asing.

Tidak seperti biasanya, ada mobil bagus dijaga beberapa orang di sana. Meskipun agak bingung, Kim masuk dan sudah dihampiri bos bar.

"Sut... Kenapa kau terlambat?" Bos wanita itu menatap.

"Maafkan aku, ada sedikit urusan," balas Kim.

"Haiz... Kalau begitu cepat bekerja, aku tadi bertemu gadis manis banget lo..." bisik bosnya.

Kim terdiam, lalu berjalan ke meja pembuatannya.

"Ya, itu bukan urusanku."

"Haiz kau ini, apa memang benar pria itu sukanya pada wanita. Tapi kau harus percaya, gadis ini sangat bagus," bos wanita itu terus saja bicara.

Lalu ada seseorang datang, yakni wanita cantik.

"He, ganteng, aku ingin satu cocktail," kata wanita cantik di depannya sambil merayunya dengan dada yang empuk.

"Segera datang," Kim membalas. Tapi saat dia membuat minum, di antara orang-orang menari, ada sesuatu yang membuatnya terkaku, karena melihat Neko yang duduk di kursi meja bar dengan mengobrol bersama bosnya tadi di sana.

"(Kenapa dia ada di sini?)" ia terkaku.

Kim membuat minumannya dengan tidak fokus dan asal memberikannya tanpa melihat ekspresi wanita itu yang menjadi bingung.

"(Apa dia sengaja datang kemari?! Jadi yang dikatakannya tadi benar, harusnya aku mendengarkan bos,)" ia berjalan mendekat ke tempat Neko yang mengobrol dengan bosnya.

"Jadi, apa rahasiamu begitu tampak sangat muda?" Bos wanita itu menatap tertarik pada Neko.

"Jika kau menyukainya, tidak perlu menjadi sepertiku, hanya perlu memiliki aku," kata Neko, membuat bos wanita itu langsung meleleh. "Ahaha... Sangat manis, uwu banget, boleh kok, boleh, nggak papa kan cewek sama cewek hoho," mereka bercanda dengan nyambung, meskipun ekspresi Neko tidak berlebihan sepertinya.

Tapi di saat itu juga, Kim datang mendekat di meja mereka, berdiri di sana dengan tatapan tak percaya menatap Neko.

Neko menengadah menatap Kim yang berdiri di sampingnya.

"Oh my, Kim... Kau kenapa? Apa kau ingin libur bekerja?" tanya bosnya. Neko hanya diam menatap dingin.

"(Aku ingin sekali mengatakan penderitaanku padanya, karena dia mudah ditipu. Tapi aku tidak berani karena mungkin ini sesuatu yang buruk,)" Kim terdiam.

"Kim?" Bosnya menatap bingung.

Hingga Kim tersadar dari lamunannya. "Tidak ada, maafkan aku," Kim menundukkan badan dan akan pergi, tapi Neko menghentikannya.

"Tunggu di sana," kata Neko, membuat Kim terdiam.

"Bisakah aku mengobrol dengannya?" Neko menatap bos bar itu.

"Oh tentu hehe," lalu bos bar tersebut mengangguk dan berjalan pergi. Tapi sebelumnya, ia mendekat untuk berbisik pada Kim yang terdiam. "Kau akan beruntung, Nak."