"Jadi, apa kau suka... *gelato?" tanya Direktur Han, memulai pembicaraan dengan basa-basi. Dalam perkataannya, dia memperagakan gerakan menjilat es krim, seolah mengejek Neko menjadi murahan.
Neko hanya menatap dingin padanya. "(Seperti yang dikabarkan, terlalu mesum baginya pria tua.)... Tidak, terima kasih, aku tidak suka hal semacam itu."
"Oh, begitukah? Kau masih bersih? Jika kau tidak bersih, aku bisa membayar untuk memberikan lidahmu itu... Tapi jika masih bersih pun tak apa, akan tambah enak," kata Direktur Han dengan wajah yang begitu mesum, membuat Neko semakin kesal.
Dua pengawalnya yang berdiri di belakangnya saling menatap khawatir.
"(Sekali lagi, basa-basi bangsat! Lebih baik aku langsung bicara intinya.) Karena kita sama-sama menunggu lama, ada beberapa hal yang sedikit menghambatku untuk kemari, dan baru hari ini aku agak tak punya waktu untuk melihat pernyataan perusahaan."
"Ah, soal tadi itu ya? Rupanya kau bisa menghindari penembak jituku. Sekarang kau membunuhnya, mungkin kau harus menggantikannya," tatap Direktur Han.
"... Aku akan melakukannya ketika kita selesai membahas inti dari pertemuan ini," Neko hanya ingin langsung ke intinya.
"(Gadis ini, diajak basa-basi saja tidak mau, benar-benar menjengkelkan.) Seberapa senang kau melihat keuntungan sebesar itu?" tanya Direktur Han.
"Sebelumnya aku tidak tahu apa yang akan kita bahas," tatap Neko.
"Ah, aku dan atasanku sudah sepakat untuk memperluas maupun membangun kasino yang baru. Apa kau setuju? Kau pastinya senang dan sangat gembira karena keuntungannya besar."
"(Jadi, ini soal kasino lagi...) Aku hanya orang dari sindikat, bukan aku yang merasa senang ataupun kecewa. Tapi, kasino semakin untung setiap tahun, sungguh besar hingga mengundang keserakahan orang untuk mulai berbuat curang. Apa kau setuju?" kata Neko yang memberi isyarat tangan pada Hyun yang ada di belakang.
Lalu Hyun memberikan pistol, hal itu membuat bawahan Direktur Han mengeluarkan pistol mereka juga dan menodongkannya pada Neko. "Tenang, tenang dulu," kata Direktur Han.
Neko masih dengan tatapannya. Ia dari awal memang tak bermaksud menembak ia sekarang meletakkan pistolnya di meja, pihak bawahan Direktur mulai tenang dan menyimpan kembali senjata mereka.
"Tenang dulu. Sebenarnya, aku sudah berbisnis lama dengan seseorang. Dia bukan dari organisasi maupun sindikat manapun, dan selama ini dia tak pernah bersikap tidak sopan padaku... Padaku!" Direktur menatap sedikit kesal ke Neko.
"...Orang-orang bilang, aku lebih dari pemikiranmu," Neko mengambil pistolnya dan menembak salah satu asisten Direktur Han hingga mati di tempat. Seketika, semua bawahan Direktur Han kembali menodongkan pistol sementara Direktur Han hanya terdiam.
"Kita telah dikelabui. Dia tidak mungkin bisa sukses tanpa jasa orang-orangku. Semoga saja ini kasus yang terakhir," Neko berdiri dari duduknya dan menambah perkataannya. "Pengkhianat harus mati. Apalagi, orang yang berusaha untuk membunuhku."
Lalu Direktur Han tersenyum kecil. "Kita akan melakukan bisnis besar, Nona Neko.... (Kau benar-benar memilih jalan kekerasan.)"
"Ada apa dengan senyum itu!? Aku meminta permintaan maaf dari mu karena kau sudah mencoba mengirim penembak untuk menyerangku dengan bawahan baru ku, kau membuat bawahan baruku itu kabur ketakutan," Neko menatap tajam sekaligus kesal sambil mendobrak meja di depan Direktur.
"Nona Neko, maafkan aku. Aku hanya membawa uji coba bahwa apa yang dikatakan ketua sindikat soal kau itu hebat memang benar. Soal bawahan, untuk apa pusing, aku masih punya stok di pelatihan pengawalan, tinggal ambil saja semuanya... Anda tahu kan tempatnya?" tatap Direktur Han.
"... Pengawal bukan sembarang orang yang terlatih, setelah itu bisa. Pengawal adalah seseorang yang kuat dari lahir dan terpaksa menjadi penjahat," balas Neko dengan kasar lalu ia berjalan pergi, tapi di sini Direktur Han masih tersenyum kecil melihatnya pergi.
Direktur Han menjadi menghela napas panjang. "Haiz.... Benar benar sangat unik sekali, apakah dia bersikap kasar begitu karena jabatan maupun kekuasaan nya. Bahkan dia bisa bisanya membela bawahan nya sendiri... Kita para petinggi seharusnya tak mempedulikan itu, dia benar benar hanya ingin menghemat biaya gaji anjing... Mau bagaimana lagi, ketua nya pasti tak membolehkan nya untuk menikmati uang nya... Benar kan?" dia menatap satu pengawalnya yang berdiri di samping nya.
Pengawal itu terdiam tak tahu harus apa sehingga dia hanya mengangguk.
Karena hal itu membuat Direktur kesal. "Cih, ternyata benar... Harus tepat memilih anjing yang bisa se frekuensi..."
Setelah perbincangan itu, Neko kembali pulang dengan dua asistennya yang mengendarai mobil untuknya. Dia sendiri tampak terdiam memikirkan sesuatu.
"(Untuk melakukan bisnis itu memang agak susah jika dia terus cerewet mengatakan seseorang yang berbeda dariku.)" Neko menjadi terdiam dingin di bangku tengah.
"Bos," Hyun memanggil, membuat Neko menoleh padanya.
"Bos, ketua sindikat mengirim sesuatu untuk Anda. Baru saja kami terima pukul delapan malam," Hyun mengambil sesuatu dari kantungnya dan memberikan kotak kecil hitam pada Neko yang menerimanya dan membukanya.
Itu adalah gelang berlian yang sangat cantik, berwarna putih, dengan satu-satunya biji berlian asli berwarna merah.
"... Buang saja," Neko tampak tidak menyukainya, membuat Hyun terkejut.
"Tapi, itu dari ketua sindikat. Anda harus memakainya."
"Untuk apa aku memakainya? Memangnya dia bilang apa soal gelang ini?"
"... Beliau bilang, gelang itu seharga 111 juta won Korea."
"Ck, ck, ck.... Menghabiskan uang hanya untuk ini?" Neko menggeleng.
"Itu adalah... Gaji Anda yang dipotong selama sembilan bulan," tambah Hyun, seketika Neko terpaku.
"... Apa!? Dia memotong gajiku hanya untuk gelang kecil yang berharga jutaan!? Lebih baik dia memberikan aku uang!!" ia berteriak, membuat Hyun dan Jun gemetar mendengar itu.
"Bos, ketua juga bilang bahwa uang yang tergantikan itu adalah uang terpaksa karena gelang itu dibeli dari kepengurusan ilegal. Jika dijual di pasaran, harganya lebih mahal dari 111 juta won," kata Jun.
Neko kemudian terdiam, lalu menghela napas panjang. "Baiklah, aku akan memakainya," Neko memakainya di lengan kirinya, tampak sangat cantik jika dia menggunakan perhiasan seperti itu.
"Bagaimana menurut kalian?" Neko menunjukkannya.
"Sangat cantik, Bos. Anda cocok memakainya," mereka ikut senang melihatnya.
"Ck, tapi tetap saja aku tidak menyukainya. Aku akan menjualnya saja..."
"Eh... Tapi, bagaimana jika ketua bertanya keberadaan gelang itu?"
"Tak peduli. Ini salahnya dia karena memotong gajiku," balas Neko dengan tatapan kesal.
Tapi, dua asistennya itu tiba-tiba melihat dari kaca samping mobil ada empat orang pengendara motor besar yang membuntuti mereka.
Mereka berdua menjadi terkejut. "Sialan!!"
"Kita dibuntuti," Jun yang mengemudi menginjak gasnya hingga kecepatan penuh, membuat Neko agak terdorong ke belakang.
Karena Jun yang mengemudi, Hyun yang menatap jalan melihat jalan kecil. "Cepat, lewat sana. Aku akan membawa Bos, kita butuh bantuan," kata Hyun.
Lalu mobil melaju cepat dan berbelok, berhenti di depan gang, dan Hyun membuka pintu untuk Neko. "Bos, kita tak ada pilihan. Mari ikut aku," dia mengulur tangan.
"Apa yang terjadi?" Neko menatap, masih belum keluar.
"Anda dalam bahaya. Ada yang membuntuti..."
"Cih, ini pasti Direktur Han," Neko kesal dan menerima tangan Hyun yang langsung membawanya bersembunyi.
"Heh, kau tak bisa pelan-pelan!" Neko tertarik tubuhnya dengan lari kecil.
"Maafkan aku, Bos, tapi kita tak punya banyak waktu," Hyun berhenti dan langsung menarik Neko, membuatnya tertarik dan tubuhnya dibawa Hyun dengan kata lain, Hyun menggendongnya di dada.
Neko melihat ke belakang di antara Hyun berlari. Di belakang, mobil yang dikendarai Jun melaju cepat dan dikejar oleh pengendara motor itu.
Lalu mereka berdua bersembunyi di dekat gang itu dengan Hyun yang sedia menembak jika ada penyerangan tiba-tiba di dekat mereka. Lalu mobil yang masih dikendarai Jun tadi melaju meninggalkan mereka. Empat pengendara motor tadi sempat berhenti di persembunyian mereka, tapi akhirnya mereka meninggalkan mereka.
"Bos, lewat sini," Hyun menarik tangannya, tapi Neko berhenti, membuatnya bingung.
"Aku lebih suka jika kau melawannya. Apa kau tidak niat untuk menjagaku? Jangan melarikan diri begini," tatap Neko.
"Bukan begitu maksudku, Bos. Mereka terlalu banyak," Hyun membalas.
Tapi mereka kembali diserang karena para penguntit tadi menemukan dan menembaki mereka.
Mereka bersembunyi, tapi empat pengendara motor tadi masih menembaki tempat mereka.
"Kita butuh bantuan," Hyun berbicara dengan alat komunikasi untuk ke bawahan lain, sementara Neko mengambil pistol bawahannya itu dan muncul dari tempat persembunyian, menembaki musuh, membuat Hyun terkejut.
Sebentar kemudian, mereka tumbang, dan pada saat itu juga peluru Neko habis.
"Cih..." ia melempar pistolnya dan berjalan pergi.
"Hah, Bos... Tunggu sebentar!" dia mengejar, tapi ia berhenti karena kehilangan Neko yang sudah lari duluan. Ia akan mencari, tapi siapa sangka bantuan musuh datang menyerangnya di tempat. "(Sialan.... Bos akan dalam bahaya!!)" dia menjadi kesal karena kehilangan Neko yang sudah berlari duluan.
Sementara itu, Neko berjalan lelah dengan napas berat. Dia sudah berlari sangat jauh hingga saat ini berada di jalan belakang sebuah bar kecil.
"(Ini melelahkan,)" ia menatap sekitar yang sepi, tak ada apapun. Lalu melihat bar itu dan berwajah bingung.
"(Ini bagian belakang bar, apa bar ini bisa menarik perhatian di sini...)" ia bingung, sampai lupa bahwa ia masih dalam bahaya.
Tapi tiba-tiba musuh datang menemukannya dan langsung mengepungnya.
"(Ini sialan,)" dia tersenyum kecil antara panik dan mencoba tenang.
"Gadis manis, kita tidak akan melukaimu jika kau patuh."
"Ya, kemarilah dan berhenti bermain seperti ini," mereka menatap Neko dengan merayu, yang berwajah kesal. Dia langsung mengatakan sesuatu. "Sialan!!"
"Cih, tangkap dia..." kata mereka, saat satu dari mereka akan menangkap Neko, seseorang menendang orang itu hingga terpental.
Neko terdiam lalu menoleh dan mengetahui bahwa itu adalah Kim. Kim juga menyerang mereka.
Rupanya memang Kim. Dia tampak berdiri dengan tatapan serius, pakaiannya benar-benar aneh. Dia hanya memakai kaus putih penuh keringat dan rambut yang berantakan, tapi kekuatannya untuk bertarung benar-benar kuat.
"Jangan ganggu..." Mereka menyerang bersamaan, tapi siapa sangka Kim membasmi mereka semua hingga tumbang dan jatuh.
Setelah selesai, ia menoleh ke Neko yang terdiam menatapnya.