Esoknya, Neko berjalan masuk ke restoran dan duduk di salah satu meja besar yang telah ditunjukkan.
Sementara Kim ada di belakangnya. "Aku tahu ini pertama kalinya untukmu, apa kau benar-benar bisa menerima ini?" kata Neko tanpa menoleh ke Kim.
Kim terdiam dan mengangguk. Dia menatap tubuhnya sendiri, perlahan melihat baju rapi yang ia pakai.
Sebelumnya, Neko mengambil sesuatu dari mobil. Dia langsung melemparkannya, dan Kim menangkap sebuah kotak baju. Kim membuka kotak tersebut dan melihat bahwa isinya adalah setelan jas hitam yang rapi.
"Pakai itu dan tunjukkan bahwa kau kuat. Ketika mengawalku, bicaralah seperti orang kelas atas, jangan memasang wajah apapun selain wajah yang sama seperti ku. Apa kau mengerti?" Neko menatapnya. Begitulah Kim berhasil mendapatkan pekerjaan darinya.
---
"Kau bilang dia akan datang jam 8 tepat. Ini sudah lebih 2 menit," Kim menyela dengan kalimat lain.
"Entahlah, aku juga tidak tahu. Ini memang sudah biasa," balas Neko dengan nada biasa.
"Sudah biasa? Apa maksudmu?" Kim menatap tak percaya.
"Yeah, jika ada seperti ini, harusnya ada sesuatu yang akan datang. Kau harus siap," kata Neko, membuat Kim semakin ragu, apalagi Neko mengatakannya dengan nada yang biasa.
Tapi tiba-tiba kaca besar di sampingnya retak. Kim yang merasakan itu terkejut. "(Apakah itu?!!)" dia panik dan segera mendorong Neko ke bawah meja. Saat itu juga, kaca besar tersebut pecah dan pecahannya tersebar ke mana-mana. Untungnya mereka tidak terkena.
Serangan tembakan pistol mulai muncul, memburu mereka yang ada di bawah meja.
"Kita tak bisa di sini!!!" Kim menarik tangan Neko masuk ke salah satu ruangan di sana.
Ia menutup pintu dan menahannya dengan tubuhnya.
"(Huf... Mati aku, kenapa kaca itu mengagetkan saja,)" Kim bernapas cepat dengan jantung yang berdegup kencang. Dia tampak seperti pengecut yang ketakutan sekarang.
Sementara Neko di hadapannya menatap tajam dengan menyilangkan tangan, lalu menghela napas panjang.
"Kau tidak bisa melakukan ini," kata Neko sambil mengupas permen dan memakannya di depannya.
"Maaf, apa?" Kim menoleh dengan bingung.
"Tunggu, duduklah dan lihat," Neko mendekat, mengambil pistol yang dibawa Kim, dan berjalan keluar dari pintu.
"Tunggu, kau tidak bisa melawan merek— teriak Kim akan keluar juga, tapi siapa sangka pintu itu terkunci, membuatnya panik dan mendobrak-dobrak pintu. Pintu itu terkunci dari luar oleh Neko.
"(Cih... Sialan,)" dia berusaha mendobrak hingga pintu itu hampir penyok, tapi karena terbuat dari besi, pintu itu benar-benar semakin susah dibuka tanpa kunci.
"Sialan!! (Jika aku tidak cepat, dia bisa mati... Terbukalah pintu sialan!!)" Kim mendobrak keras, dan tak lama kemudian, ia berhasil menghancurkan kunci pintu itu dan keluar.
Saat keluar, ia sudah mendadak menangkap pistol yang dilempar Neko. Ia juga menoleh ke Neko.
"Hei, mau bengong? Jika kau ingin melawan, kau harus butuh senjata," kata Neko membuat Kim bahkan masih terdiam.
"Apa yang kau lakukan? Cepat antar aku pergi," tatap Neko dengan wajah dingin seperti habis membunuh.
Kim masih tak mengerti apa yang terjadi karena sudah tak ada lagi suara penyerangan di sana.
"(Apa yang terjadi? Di mana orang yang menyerang?)" ia melihat sekitar dengan panik. Sudah dipastikan bahwa Neko menghabisi mereka karena penyerangan terhenti.
Lalu mereka keluar dari restoran itu dengan Neko menempelkan ponselnya di telinganya. "Halo, direktur. Benar-benar payah. Apakah hanya segini kau mempermainkanku? Sangat payah," kata Neko di ponsel, lalu melempar ponselnya, membuat Kim terkejut dan langsung menangkapnya.
"Ha... Itu hampir saja..." Ia berhasil menangkap ponsel itu.
"Hei, cepatlah," kata Neko sambil terus berjalan, lalu Kim berlari mengikutinya.
Sesampainya di parkiran untuk masuk ke mobil, saat Neko sudah masuk ke mobil, Kim tak sengaja menoleh ke balik mobil box yang mencurigakan. Ia terdiam dan mendekat ke sana, dan rupanya ada mayat seseorang yang tertembak. Dari pakaian mayat itu, dia adalah penyerang Neko tadi. Tak hanya sampai di sana, Kim juga melihat di atas gedung tinggi seorang penembak sniper mati di sana tertembak. Sebegitu tajamkah mata Kim melihat orang di atas gedung itu?
"(Apa yang terjadi sebenarnya? Siapa gadis itu sebenarnya? Tunggu, tunggu... Kenapa ini semakin sangat aneh?! Aku benar benar tak mengerti sesuatu soal hal ini... Bukankah dia meminta ku untuk menjaganya, kenapa dia tadi bersikap bahwa dia bisa melakukan nya sendiri.....)" Kim terdiam lalu perlahan kembali ke mobil dan duduk di bangku sopir.
"(Dia berpenampilan gadis, kenapa sangat aneh sekali... Apa dia begitu kuat?)" Kim masih berpikir banyak. Lalu Neko menatapnya dari bangku tengah.
"Belajarlah menggunakan senjata yang terbaik, jangan hanya berdiri diam seperti anjing yang buruk. Aku melakukan ini bukanlah untuk menjadi sia-sia apalagi tak peduli kemampuan mu seberapa. Aku akan pergi dan meninggalkanmu. Jika kau masih belum menguasai yang tadi, aku akan membuatmu seperti mereka," kata Neko.
Kim hanya terdiam mencoba mengerti apa yang dikatakannya. Tapi dia membalas sesuatu yang aneh. "Aku tidak bisa."
Neko menjadi terdiam bingung.
"Aku tak bisa... Melihat kemampuanmu yang melebihi rata-rata ku, aku benar-benar sudah berpikir bahwa aku tak bisa melakukan hal ini. Apalagi setelah semua ini, ini membuat ku terlihat sangat buruk. Maafkan aku," kata Kim sambil meremas kemudi.
"Ini sesuatu yang awal, kau akan belajar. Jika tidak bisa, aku akan mengirimmu ke pusat pelatihan pengawalan."
"Tetap saja, aku tidak bisa melakukan ini. Pekerjaan seperti ini bukan yang aku inginkan."
". . . Bukankah pekerjaan ini lebih cocok untukmu karena kau bisa memukul? Kau bahkan mengalahkan dua pengawal tidak berguna itu. Apa sekarang kau masih berpikir begitu?"
"Yah... Aku berpikir, aku akan terluka juga bersamamu, dan aku tak mau akan hal itu."
". . . Itu adalah tugas pengawal. Jika kau terluka bersamaku, mati pun tidak harus dipermasalahkan. Apa itu masalah? Kau tidak tahu peraturan pengawalan atau apa?" Neko menatap tajam.
"Aku tak mau kau mati. Ada seseorang yang harus aku jaga... Harus!! Jika aku mati, sama saja aku tak bisa menjaganya lagi. Lebih baik aku mencari pekerjaan lain," kata Kim sambil berjalan keluar. Sebelumnya ia sudah memberhentikan mobilnya di pinggir jalan, ia keluar dan meninggalkan Neko di dalam.
Neko hanya terdiam membiarkannya pergi. Kenapa dia terdiam? Karena dia tak pernah peduli pada siapapun. Urusannya adalah urusannya sendiri dan urusan orang lain bukan miliknya.
Ia masih terdiam di sana, ditinggalkan oleh Kim begitu saja yang berkata melepas tugasnya.
"(Dia harus banyak mengerti. Suatu ketika, dia akan bilang bahwa dia akan kembali padaku,)" pikir Neko.
Lalu datang dua orang lelaki berpakaian lengkap penjaga, mereka mengetuk kaca mobil tengah, membuat Neko membuka kacanya. Rupanya Hyun dan Jun, mereka benar-benar cepat sembuhnya.
"Masuk saja," kata Neko, lalu mereka berdua mengangguk dan masuk ke bangku depan mengendarai mobil untuk Neko.
"Bos, orang tadi, apakah itu tidak apa-apa?"
"Apa kita perlu mengejarnya dan memberikan dia pelajaran karena meninggalkan Anda begitu saja?"
"Dia benar-benar sangat buruk. Kita harus membunuhnya, karena dia sudah berurusan dengan kita," kata mereka berdua.
Neko hanya terdiam dan menghela napas panjang. "Benar-benar sangat aneh. Jalani saja tugas kalian, tidak perlu mengurus urusan orang lain," kata Neko membuat dua pengawal itu kembali terdiam.
Mobilnya berhenti di sebuah gedung tinggi yang terlihat sangat rahasia untuk para petinggi.
Ia keluar dari mobil dan melihat gedung itu. "Bukankah ini gedung milik Direktur yang mengirim bawahan untuk menyerangku?"
"Menyerang Anda? Kapan, Bos?" Jun dan Hyun menjadi panik.
". . . Sudahlah, lupakan saja. Jadi, siapa Direktur ini?"
". . . Sebelumnya, Ketua sudah bilang bahwa Direktur yang akan Anda temui adalah Direktur Han. Beliau merupakan pemilik langsung tempat pelatihan pengawalan. Kerja sindikat sudah bekerja sama dengannya tiga tahun yang lalu karena kami, dan setelah itu kontrak mereka putus hingga Anda tidak mengenalnya."
"Hm... Pelatihan pengawalan. Bagaimana dengan hal itu?"
"Sangat baik, fisik, pengetahuan, dan teknologi lebih berkembang di sana, Bos. Anda bisa melihat para pengawal yang siap untuk diambil dan dibayar," balas Jun kembali.
"Ouh, itu baik. Tapi, apakah itu selamanya bisa dibilang tenang-tenang saja? Bagaimana jika dia punya dendam padaku?"
"Ah, itu mungkin memang benar karena Direktur Han sepenuhnya membenci Anda, Bos. Dia akan melakukan apapun untuk mencelakai Anda, termasuk yang Anda sebut tadi—menyerang ketika Anda dikawal oleh lelaki menyedihkan itu. Itu mungkin sepenuhnya karena Ketua sindikat sendiri," balas Hyun.
Neko terdiam lalu menghela napas panjang. Ia masuk dengan diikuti oleh dua pengikutnya tadi. Sementara itu, di dalam gedung, terlihat Direktur Han sudah duduk menunggu di sana. Direktur menoleh padanya.
"Waha... Rupanya lebih dari ekspektasiku. Aku membayangkan wanita cantik, tapi di sini muncul gadis imut. Apa ini putri dari Nona Neko itu?" tatap Direktur Han.
Neko berhenti berjalan dan berdiri di samping mejanya. "Aku Neko. Senang bertemu dengan Anda," Neko menundukkan sedikit badannya.
Mendengar itu, Direktur Han langsung terkejut.
"(Kenapa yang aku lihat ini gadis imut? Bukankah banyak yang bilang dia ini perempuan yang kuat?) Ehem... Yam... Maafkan aku, duduklah. Sebelumnya kita juga tak pernah bertemu, kan?" kata Direktur, lalu Neko duduk di depan mejanya.
"Ya, aku diminta oleh Ketua sindikat untuk datang kemari."
"Ah, begitu hahha... Rupanya benar yang dia bilang, kucing manis yang datang, bwahaha," Direktur Han malah tertawa, membuat Neko memasang wajah sangat kesal.
"(Basa-basi bangsat!) Ehem, memangnya apa yang dia katakan dengan kalimat yang pasti?" Neko menatap.
"Begini, dia bilang begini 'Direktur Han, akan ada satu-satunya bawahanku yang datang untuk mendatangimu sebagai penggantiku. Dia akan mengobrol denganmu soal bisnis yang kau minta. Jika dia menolak, maka itu akibat fatal karena pemikiranku sama dengannya. Dan lagi, dia hanya kucing kecil.'"
"(Sialan... Merendahkan bawahannya sendiri, awas saja jika aku merobohkan organisasimu,)" Neko kesal mendengar pernyataan itu tadi.