Chereads / Bloody Line: Under The Drop of Blood / Chapter 132 - Chapter 132 Trusted Guard

Chapter 132 - Chapter 132 Trusted Guard

Hari selanjutnya adalah hari yang membuat Yohan bangun dan berjalan di antara jalan preman itu.

Berjalan dengan memasukkan kedua tangannya ke saku jaketnya. "(Aku benar-benar masih sangat heran, kenapa ini bisa terjadi, kenapa aku bisa bermimpi seperti itu, apakah memang benar, dulunya Tuan Beum dan Nuna memiliki suatu masalah yang seharusnya diselesaikan antara kematian dari salah satu mereka? Jika itu benar, itu sangat berbahaya sekali... Bukankah seharusnya aku itu tahu hal yang seharusnya terjadi di masa masa Nuna menjadi sekarang... Entah kenapa ini semua menuntut ku untuk tahu semua itu, dan aku tak tahu lagi bagaimana caranya untuk berpura pura lagi kedepan nya... Aku juga tak tahu mana yang benar dan mana yang harus aku pihak... Orang ketiga justru lebih hebat dalam membaca situasi,)" dia hanya menundukkan wajah sambil berpikir tentang Neko.

"(Luka ini, luka ini langsung baik-baik saja meskipun agak sakit sedikit, aku masih ingat bagaimana Nuna mengatakan dia akan membalas dendam pada orang yang telah melakukan ini padaku, tapi bagaimana caranya melakukan ini...)" ia masih terdiam.

Terus saja berjalan hingga di apartemen B03, tepatnya Neko ada di sana.

"(Kira-kira ketika aku menemuinya nanti, apakah dia marah karena aku belum sepenuhnya pulih, tapi mau bagaimana lagi, luka ini memang sudah agak baikan... Aku juga bosan jika diminta menunggu luka ini sembuh,)" pikirnya sekali lagi, lalu meraih pintu apartemen.

Tapi ketika akan membuka pintu, ia bingung karena apartemen itu terkunci, menandakan Neko tak ada di apartemen.

"Kenapa dia tak ada di tempatnya...?" dia berhenti membuka pintu yang terkunci dengan bingung.

"(Bukankah tidak biasanya dia meninggalkan apartemen di jam segini, aku juga tidak tahu dia meninggalkan apartemen begini... Tunggu!! Kabur!!)" Yohan tiba-tiba terkejut, dia berpikir bahwa Neko kabur karena ia ingat Neko kabur pada malam hari.

"(Astaga, apa yang harus aku lakukan?! Aku benar-benar sangat payah, bisa-bisanya aku kehilangan penjagaan ku, apa yang harus aku lakukan sekarang...)" ia panik.

Tapi ada pesan masuk dari Kim. "Eh, Sunbae Kim?" ia melihat pesan itu yang bertuliskan sesuatu yang membuatnya lega.

-Hei, Yohan, aku datang ke apartemen dan menemani Nona Neko, cepat sembuh, kawan-

"Awh, itu sangat baik... Baiklah, terima kasih, kupikir dia itu kabur ternyata sudah ditemani Sunbae Kim. Aku bisa bersantai saja kalau begitu," ia langsung berjalan pergi meninggalkan tempat itu, lalu mampir ke bar Gramp.

Ketika sampai di bar, dia masuk, tapi tiba-tiba di pikirannya terlintas anggapan. "(Tunggu, ke mana Sunbae Kim menemani Nuna, padahal kan penjagaan cukup di apartemen saja... Apa jangan-jangan mereka pergi ke suatu tempat, aku ingin sekali menyusulnya, aku ingin tahu apa yang mereka lakukan agar ini bisa menjadi laporan mata-mata untuk diserahkan di organisasi Park Choisung. Tapi sayangnya, aku tak tahu mereka di mana,)" ia tampak kecewa hingga berjalan duduk.

Kebetulan Gramp melihatnya dan mendekat. "Yo, Yohan, ada apa kemari?"

"Oh, Gramp, aku hanya ingin bertanya apa kau tahu Nuna ada di mana sekarang?" Yohan mendekat.

"Dia tidak ada ya... Hm... Jika tidak salah, aku dulu selalu diberitahu bahwa dia selalu bermain di kotak barang pelabuhan, tidak salah lagi dia pasti di sana."

"Apa? Apa yang dilakukannya di sana?! (Tapi... Bukankah dia tak pernah melakukan itu, dia sebelumnya seperti tidak pernah ke pelabuhan itu, kenapa sekarang malah dikatakan dia ada di sana?!!)" Yohan terkejut dan langsung bergegas pergi, Gramp hanya menatap bingung. "Apa dia tak pernah memberitahumu bahwa dia itu selalu membunuh orang di tempat itu juga?"

"(Membunuh... Nuna membunuh... Ini memang adalah hal biasa karena itulah dia dikenal sebagai gadis yang ditakuti di sini bahkan dengan tatapan tajamnya... Aku sebaiknya ke sana,)" Yohan langsung bergegas ke sana dengan perasaan yang khawatir.

"(Aku benar-benar tidak menyangka, dia akan ada di pelabuhan itu, padahal dia sebelumnya bilang tak pernah ke sana, apa selama ini dia berbohong, jika memang begitu, itu berarti dia memang sudah tahu tempat seperti ini, tempat yang sangat mengerikan, distrik pembuangan ini, pastinya Sunbae Kim yang memberitahunya juga, bahkan... Aku sama sekali tidak dianggap.)"

Sesampainya di pelabuhan, Yohan berhenti berlari dan melihat sekitar. Ia bernapas terengah-engah.

"Di mana dia, di sini ada banyak bangker dan kargo, aku tak bisa membukanya satu per satu?" dia melihat sekitar dengan napas masih terengah-engah.

Ia lalu melihat sekitar lagi dan menemukan satu kotak barang besar yang terbuka sedikit, tanpa basa-basi ia langsung masuk ke sana.

Lalu ia terdiam kaku, di depannya, tepatnya di dalam kargo yang ia masuki, berisi Neko yang berdiri membelakangi Yohan.

"N... Nuna," dia senang bertemu Neko, namun ia justru terdiam dan terkejut di depannya ada Neko membawa pisau berbentuk belati hitam, penuh darah di tangannya, membelakangi Yohan karena Neko menatap seseorang di depannya yang sudah mati, orang itu sudah berlumur banyak darah.

Duduk di sana dengan banyak darah, dia menjadi mayat yang sudah mati.

Di samping Neko juga ada Kim yang menoleh ke Yohan. Neko pun juga menoleh. "Yohan..." dia memanggil dengan senyum yang sangat tipis pada Yohan yang terkejut.

"N... Nuna, apa yang kau lakukan?" Yohan mendekat dengan gemetar. Dia melihat mayat di sana dan yang ia lihat, Neko yang melakukan itu. "(Ini pertama kalinya, aku melihat gadis ini terlihat membunuh di depan ku, selama ini, dia tidak menunjukkan sifat ini, tapi... Sekarang, aku benar-benar melihatnya, dia berlumur yang bukan darahnya dan sekarang, dia benar-benar menunjukkan senyum tipis padaku layaknya dia telah puas melakukan suatu hal seperti ini.)"

"Yohan, apa yang kau lakukan di sini?" Neko menatap.

"A... Apa yang aku lakukan di sini?! Sudah jelas harus aku yang melakukannya, aku harus bertanya padamu, apa yang kau lakukan di sini?!" dia bertanya dengan panik.

". . . Aku hanya membalas dendam untukmu, bukankah aku bilang akan membalaskan dendam untukmu?"

"Nuna... Aku bahkan tidak ingat, aku tidak ingat orang mana yang sudah melakukan ini padaku, kenapa kau bisa melakukan ini secara cuma-cuma tanpa memastikan bahwa orangnya tepat!"

"Orangnya memang tepat, kau memang tidak ingat padanya tapi aku ingat. Jika tidak percaya bahwa orangnya yang menusukmu, lihat saja sendiri," kata Neko yang menunjuk mayat itu.

"Nuna... Ini..." Yohan masih gemetar, ia memegang pipi Neko yang sedikit terciprat darah sebelumnya.

Neko terdiam lalu kembali membekukan wajahnya menjadi dingin.

"Aku mengerti, kau tidak bisa berterima kasih padaku. Kau membenci semua ini." Ia menampar tangan Yohan yang memegang bahunya, lalu Neko berjalan pergi keluar bankir.

"Tu... Tunggu Nuna!! (Apa yang baru saja aku katakan, aku bahkan tak mengatakan apapun hal yang membuatnya berpikir begitu, dia salah paham... Benar-benar salah paham!)" Yohan terkejut.

Lalu ia menoleh ke Kim yang juga memasang wajah datarnya.

"Aku akan membersihkan ini, jemput saja dia," kata Kim.

"Sunbae, sebenarnya ada apa ini?" Yohan menatap masih tak percaya.

Kim terdiam sebentar lalu menghela napas panjang. "Dia itu, jika sudah melihat orang terluka di depannya, akan langsung melakukan ini. Jadi kau harus bersyukur karena kau dibela olehnya, dan mayat ini... Dia adalah salah satu bagian dari organisasi Beum. Menurut informasi pembukaan mulutnya itu yang berada di ujung kematian, dia bicara bahwa Nona Neko memiliki urusan yang harus diselesaikan dengan Tuan Beum. Layaknya berita kematian sudah tidak berlaku, banyak anggota Viktor yang tak sengaja melihatnya masih hidup lalu melapor ke atasan. Tanpa perintah, mereka malah ingin mengincarnya sendiri dan sekarang aku tahu, Tuan Beum sudah mengetahui bahwa dia tidak lagi dikenali mati. Aku tak akan tahu kapan bahaya dari Tuan Beum datang," kata Kim dengan wajah serius.

"Tapi... Kenapa kau baru bilang sekarang bahwa Viktor telah mengetahui keberadaannya?"

"Aku memang tidak tahu dari awal. Aku mencoba segala cara untuk mencari maupun mendapatkan sumber informasi dan menjaga informasi tetap utuh milik Nona Neko. Tapi banyaknya orang di sini dan tempat ini terlalu sempit, aku tak bisa melakukan semuanya," kata Kim.

Lalu Yohan mengepal tangan kesal. "Kau benar-benar memalukan dirimu sendiri," tatapnya pada Kim yang terdiam mendengar itu, lalu Yohan berlari keluar namun tak disangka, hal yang membuatnya berhenti adalah melihat sekelompok orang mengepung Neko di depannya.

Dari tadi, Neko masih ada di tempat itu, dikepung banyak orang.

"(Siapa itu...?)" Yohan terdiam. "(Apa yang terjadi, kenapa mereka mengerubunginya, aku tak bisa melihat siapa itu, tapi dilihat dari tubuh dan baju mereka maupun logat mereka, seperti dari bawahan tertentu, apa mereka bawahan?)" ia masih terdiam mengamati dari balik pintu kargo, dia belum keluar dari kargo karena tempat Neko terkepung itu tempatnya dekat.

Tapi siapa sangka, dia melihat seseorang di antara banyak orang itu, mirip dengan Viktor, yakni Beum.

Seketika ia terkejut melihat itu. "Itu bukankah!! (Aku harus ke sana melindungi Nuna!!)" ia akan maju menyelamatkan Neko namun Kim malah menariknya masuk ke bangker lagi.

"Apa yang kau lakukan?!" Yohan terkejut.

"Sss... Diamlah dulu, di saat seperti ini jangan maju duluan," Kim membalas.

Rupanya yang mengepung Neko adalah para orang-orang Beum, lalu Beum datang mendekat dan menatapnya dengan senyuman yang sangat seringai. Mereka benar-benar menemukan Neko di sana.

Neko terdiam dengan tatapan tajam sekaligus waspada. "(Beum Jyoun, sialan... Kenapa harus sekarang, aku benar-benar sangat kesal sekarang,)" Neko menunjukkan giginya menandakan dia kesal dan akan mengeluarkan auman.

Beum masih dengan senyum seringainya menatapnya, lalu melihat di pipi, leher, baju, maupun tangan Neko bekas darah orang lain, sudah jelas Neko tadi terkena darah karena membunuh orang tadi.

Beum lalu kembali menatap mata Neko dengan tatapan seringainya, mengatakan sesuatu dengan kesombongan luar biasanya. "Lama tak jumpa... Gadis Harimau."