"Wah... Kupikir sudah mati, ternyata memang benar soal legenda itu. Gadis dingin tak akan pernah mati... Untungnya, aku tahu tempat pertama yang akan kudatangi dan ini benar, kau ada di sini, aku pas sekali, bukan? (Gadis ini bahkan tidak bertambah buruk, dia malah semakin kelihatan bagus di tempat ini... Sepertinya ketua sindikat benar, Neko memang cepat beradaptasi dengan lingkungan baru. Aku jadi semakin tertarik padanya.)" kata Beum sambil menjilat bibirnya sendiri yang mendekat ke Neko yang hanya diam, memasang wajah tanpa takutnya itu.
"(Si brengsek ini benar-benar datang lagi. Kupikir dia mau apa setelah mencoba membunuhku saat itu, tak hanya mencoba membunuh, tapi juga menyiksaku. Dia lah yang membuatku kehilangan satu gigi untuk menggigit darah,)" Neko menatap kesal.
Beum terus menatapnya dengan senyuman seringai. "Kau sama sekali tak bisa memuaskan rasa membunuhku, Neko, atau bisa kupanggil Luna. Aku akan membantu untuk membuatmu menderita lagi," Beum melangkah mendekat dan berbisik perlahan, namun tiba-tiba Neko menampar wajahnya sangat keras, membuat Beum terkaku.
Tamparan tiba-tiba itu membuat Beum terdiam, merasakan pipinya yang merah.
"(Aku tak harus berteriak padanya... Aku hanya harus tenang dan... Meskipun ini sungguh sangat menjengkelkan, tapi aku sadar posisi ku sekarang, hanya perlahan saja menerima ini.) Di mana harga dirimu, Tuan Viktor? Aku sudah tak punya apa-apa dan kau ingin memeras hartaku lagi, memangnya apa yang mau kau rebut lagi?" kata Neko dengan tatapan tidak takutnya, meski di dalam hatinya mengatakan yang sebaliknya.
Beum masih terdiam sebentar, mengangkat kepalanya dengan tatapan tajam. "Aku memang sudah merebut semuanya, tapi aku belum merebutmu. Jika dipikir-pikir, kau lebih cantik dan putih dari sekian wanita yang kutemui. Bodohnya aku, padahal dulu kau terlihat sangat cantik bahkan sekarang masih bisa terbilang sungguh sangat cantik. Aku bodoh sekali tidak mengambil keperawanan mu, pasti sungguh sangat enak...." Beum membalas sambil mengusap pipi Neko dan lidahnya keluar dengan mesum.
Yohan yang mendengar itu tentu saja kesal. Dia masih ada di tempatnya. Karena mendengar itu, dia mengepal tangan dan langsung berlari keluar.
"Hei!" Kim terkejut. Dia lengah dan membuatnya melepaskan Yohan yang akan menyerang secara gegabah.
"Kau... Jangan coba-coba menyentuhnya!" Yohan melompat, membuat Beum menengadah. Saat itulah Yohan memukulnya hingga terpental.
"Uhk...." Beum terguling-guling. Bahkan semua bawahan-nya terkejut melihatnya.
"Yohan..?!" Neko terkejut karena Yohan datang tiba-tiba seperti itu dan dengan berani memukul Beum di hadapan semua bawahan Beum sendiri.
"Jangankan untuk mendapatkannya, aku tak akan membiarkanmu membawanya pergi!" kata Yohan dengan tatapan tanpa takutnya.
"Cih... Sungguh, kau punya penjaga baru!" Beum berdiri dan menatap sambil mengusap wajahnya dari darah dan menyisakan bekas memar.
"Dia bukan penjagaku," Neko langsung membalas. Seketika Yohan terkejut. "(Apa-apa yang dikatakan Nuna tadi, bukan penjaganya, apa aku hanya dianggap angin... Ternyata benar, aku termasuk salah satu dari mereka yang dianggap angin olehnya... Sepertinya berhenti saja berharap,)" ia terdiam dengan hati yang hancur.
"Tapi dia adalah milikku..." kata Neko, yang seketika menarik kerah baju Yohan dan mencium bibir sampingnya. Yohan terkejut, apalagi Beum yang melihatnya. Hal itu memang membuat semuanya terpaku karena Yohan, yang tidak memiliki urusan apa-apa dalam masalah itu, mendapatkan belaan dari Neko.
Lalu Neko menatap dingin Yohan yang masih terkaku. Ia menatap sambil melepas kecupan itu. Bahkan Yohan masih tak percaya dengan apa yang terjadi, berharap Beum akan kesal dengan pemandangan itu. Tapi sepertinya malah sebaliknya.
"Hm... Ha-ha-hahahaha..." tiba-tiba Beum tertawa keras. "Hahaha, ini lucu. Kau malah menjadi gadis murahan..."
Yohan yang mendengar itu pun juga ingin membela. "Jangan bicara begitu, Luna memanglah milikku!!" Ia menatap dingin sambil memeluk Neko yang menjadi terkejut. Beum terdiam sambil mengepal tangannya kesal.
"Cih... Jangan sentuh dia, kau bajingan!! Kau itu siapa!! Kau bukan siapa-siapa di sini!!" Beum mulai kesal dan tertelan amarah.
"Aku akan menjaga-nya!! Aku akan menjaga-nya hingga dia menemukan orang yang pantas untuknya, dan juga menjauhkan orang sepertimu. Aku berjanji akan melakukan itu!!" balas Yohan.
Neko yang mendengar itu menjadi terdiam. Perkataan Yohan membuat hatinya agak terbuka. Yohan di sampingnya bukan untuk mendapatkan-nya, melainkan mencari seseorang yang cocok untuknya. Hingga waktunya tiba, dia akan berhenti untuk melindungi maupun berdiri di sampingnya.
"Cih, mau apa menjaga-nya!! Dia itu susah dimengerti, amarah yang tak ada waktu, tak bisa diajak bicara, dan yang penting, dia tidak tahu caranya bercinta," Beum menatap meremehkan.
Neko yang mendengar itu semakin menundukkan wajahnya, menganggap perkataan Beum memanglah benar, sangat benar.
Yohan semakin kesal. "Kau hanyalah seseorang yang mendapat semua keinginanmu dengan merebut segala sesuatu darinya. Ketika sudah mendapatkan semuanya, kau merasa belum cukup dan sekarang, tanpa sopan, mengatakan kau butuh tubuhnya juga. Sekalian saja jadikan dia penghasil uangmu jika kau terus memerasnya begitu," kata Yohan, hal itu membuat Beum menjadi kesal sekaligus marah.
"Memangnya kau tahu dia siapa?" tatap Beum.
Yohan membalas dengan tatapan masih seriusnya. "Dia Luna, Amai, Akai, dan Neko."
"... Cih... (Bagaimana bisa orang sepertinya tahu banyak nama miliknya? Awas saja, aku akan membunuhnya.) Kau mungkin sudah bisa terhindar dari ini semua, tapi, kau mungkin tidak tahu apa yang terjadi pada ketua sindikat. Dia benar-benar menyerahkan tempatnya padaku... Aku tak akan sungkan-sungkan membunuhmu lagi, Neko," kata Beum lalu dia berjalan pergi diikuti semua orangnya. Untungnya, mereka benar-benar sudah pergi.
Suasana kembali terdiam. Neko tiba-tiba melepas pelukan Yohan itu.
"Yo-Yohan, dari mana kau tahu namaku?" Neko menatap tak percaya.
"Em... Aku hanya mendengar dia bicara saja. Yang penting, apa Nuna baik-baik saja," Yohan mendekat, mengusap pipi Neko. Mengusap dengan lembut membuat Neko terdiam.
"(Aku tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Dikarenakan hanyalah Yohan yang tahu dan membela-ku, sekarang Beum juga akan tahu bahwa Yohan harus diburu juga. Padahal aku meminta Kim untuk menjaga Yohan agar tidak terlihat oleh Beum. Jika begini caranya, tak hanya aku, dia yang payah dalam bersembunyi tak akan selamat dari Beum.) Sekarang, kau benar-benar terancam bahaya." kata Neko, membuat Yohan terdiam.
"Apa maksudmu, Nuna?"
"... Seharusnya kau tak perlu muncul. Sekarang dia akan memburumu juga. Bagaimana jika dia membunuhmu?"
"Kenapa yang khawatir malah kau? Bukankah itu tugas ku jika harus mati dan yang selamat adalah kau? Jangan khawatir, aku bisa bertarung."
"Memangnya siapa kau bisa bertarung dalam urusan ini? Kau tidak terlatih dalam apapun; kau hanyalah warga sipil." kata Neko, membuat Yohan kembali terdiam. "(Dia berpikir begitu karena dia belum mengetahui segala sesuatu. Haruskah aku memberitahunya bahwa aku memiliki tugas untuk menjadi mata-matanya? Aku dari organisasi yang lebih tinggi dari Viktor. Pastinya dia juga tidak akan percaya. Tapi untuk sementara ini, biarkan dia berpikir bahwa aku bukan siapa-siapa dan tak akan bisa melakukan yang terbaik.)"
"Jika dia datang lagi, ini akan menimbulkan masalah." kata Neko.
Yohan masih terdiam hingga dia melemparkan pertanyaan. "Sebenarnya, kenapa Tuan Viktor seperti mengenalmu?"
"... Tak ada apa-apa, hanya masalah bisnis. Sebaiknya kita pulang." Neko berjalan duluan.
"Eh... Tapi bagaimana jika dia akan menangkapmu lagi?"
"Tak ada yang harus dikawatirkan," balas Neko, hal itu membuat Yohan terdiam. Dia menjadi agak kecewa.
"(Lagi-lagi, dia membiarkan-ku untuk tidak mengetahui hal ini layaknya aku bukan siapa-siapa dan ini juga pastinya bukan urusanku.)"
Sementara itu, Kim masih di dalam kargo. Dia menghela napas panjang pasrah. "(Jika ini soal kepengurusan pengawalan, Nona Neko memang memilih yang terpercaya.... Dia tidak mungkin tahu akan hal yang benar atau tidak karena dia sudah terbiasa mendapatkan informasi secara cuma-cuma.)"
---
"Apa ada masalah?" Kim menatap Neko yang terdiam di apartemennya. Sementara Yohan sudah kembali pulang ke rumahnya, jadi dia tak ada di tempat Neko.
"Apa yang kau pikirkan tentang wajahku yang terlihat?" tatap Neko dengan tatapan agak kosongnya pada Kim.
"Sepertinya memikirkan sesuatu yang sudah tidak ada," balas Kim.
"... Di mana Chairwoman sekarang?" kata Neko. Lalu Kim terdiam dan menghela napas.
"... Dari awal kau ingin bebas darinya dan sekarang kau malah mencarinya. Chairwoman sudah tiada 2 tahun yang lalu. Aku sudah memberitahumu beberapa kali, bukan? Tuan Viktor membunuhnya sendiri dengan menodongkan pistol padanya lalu menembaknya."
"Yeah, tapi aku masih merasa dia masih hidup. Saat dia muncul nanti, aku takut akan diberi tugas lagi," Neko menatap jendela dengan rasa cemas.
"(Dia sudah kemari... Dia sudah kemari dan waktunya tinggal sedikit saja. Jika Beum kemari untuk mengincar-ku, tak hanya aku, semuanya juga. Ditambah lagi, dia membunuh Chairwoman... Ini benar-benar sangat menjengkelkan, begitu membuatku kesal!!)"
"Nona Neko," panggil Kim lalu Neko menoleh, menunggunya bicara.
"Apa kau ingin tahu soal Yohan?" tatap Kim.
"Memangnya apa yang spesial darinya?"
"Huh, kau bertanya itu setelah kau mencium bibirnya di depan Tuan Viktor sendiri?" Kim menatap depresi dan agak iri.
"Oh, itu tadi hanya semata saja untuk mengelabui Viktor. Tapi dia malah tertawa. Ujungnya yang membuatnya kesal adalah perkataan Yohan yang membela-ku."
"Lalu kenapa Yohan tahu namamu?" kata Kim. Seketika Neko terdiam menutup mulut. Dia baru sadar akan sesuatu lalu menoleh ke Kim. "Cari tahu siapa itu Yohan dan apa tujuan-nya untuk kemari."
"Anda berpikir dia apa?"
"Dia pernah membahas soal jika aku dikhianati oleh seseorang. Pastinya pertanyaan itu akan mengarah langsung padanya."
"Ya, tapi bagaimana jika dia adalah utusan sindikat Rusia itu?" kata Kim. Seketika Neko kembali terdiam tak berkutik.
"Apa? Sindikat Rusia? Aku belum pernah mendengar hal itu, tapi kupikir apakah dia memang berhubungan? Aku dari dulu bertanya-tanya siapa dia."
"Ah, begitu. Lain kali saja kalau begitu aku cerita... (Untungnya dia tak tahu siapa itu Tuan Park Choisung.)"