Esoknya, dua orang bertemu, yaitu Yohan dan Kim.
"Sunbae, kau di sini?" kata salah satu dari mereka yang tak lain adalah Yohan. Dia memiliki rambut cokelat dan luka goresan kecil di samping kanan mulutnya. Dia adalah Yohan, lelaki bertubuh kekar itu datang kepada rekannya.
"Maaf telah memanggilmu hari ini," kata orang satunya yang memiliki rambut perak. Dia memiliki luka gores di pipi kirinya. Jika dilihat, dia mirip dengan Kim.
"Tak apa-apa, aku justru senang."
"Ngomong-ngomong, kenapa kau begitu tinggi sekarang dan terlihat sangat sangar ya?" Dia menatap, dan rupanya benar, dia adalah Kim. Lelaki berambut perak itu adalah Kim. "Dan ada apa dengan bibirmu? Perasaan dua tahun yang lalu tidak begitu?"
"Ini hanya luka goresan saja. Bagaimana denganmu? Apa yang terjadi pada pipimu?" Yohan menatap.
"Ah, ini, yang jelas bukan aku yang buat... Aku masih heran denganmu, padahal kau tinggal di distrik ini tapi tubuhmu benar-benar terawat," tatap Kim.
"Entahlah," Yohan membalas dengan wajah yang membosankan.
"Haha, baiklah mari bicara sambil berjalan."
Terlihat mereka berdua berjalan di antara jalanan sepi itu.
"Ngomong-ngomong, jaga Nona Neko baik-baik. Aku harus pergi nanti. Aku harus melindungi informasinya agar semua hal yang berbahaya tidak mudah mendapatkan info tentangnya dan menganggap dia telah lama mati," kata Kim sambil menatap ponselnya.
"Tak masalah. Ngomong-ngomong, apa kamu sudah mencari tahu hubungannya dengan Tuan Park Choisung?" Yohan menatap.
"Tidak, aku tidak mencari tahunya. Itu juga tidak penting. Yang penting sekarang itu adalah masalah dari Beum. Aku harus waspada padanya, dia mungkin bisa menyaingi atasanku itu. Bagaimana dengan kabar pekerjaanmu dengan dia?"
"Entahlah, Tuan Park memberitahuku bahwa aku harus mencari tahu soal orang yang dia cari... Karena orang yang dia cari sangat mirip dengan Nona Neko," tatap Yohan.
"Jadi begitu... Tapi memang benar, Nona Neko tidak ada duanya, tapi aku akan segera menyelidiki ini. Jika aku tak bisa, satu-satunya cara hanya Nona Neko yang tahu siapa itu Tuan Park Choisung. Yang pasti, jangan beritahu dia dulu, mengerti?" Tatap Kim.
"Ya, aku mengerti. Aku hanya akan menjaganya," Yohan membalas. Lalu mereka kebetulan melihat banyak orang yang mengerumuni sesuatu.
"Sepertinya ada seseorang mati," kata Yohan.
"Yeah, ini bukanlah masalah. (Di jalanan ini, memangnya apa yang perlu diherankan jika orang tewas?)" Kim membalas sambil menatap ponselnya seperti tak peduli.
Yohan melihat di lengan mayat itu ada tato. Tato berlambang huruf 'V' dengan tipografi Romania.
"Itu...!??" ia menjadi terkejut sebentar, "lambang itu, bukankah dari organisasi Viktor, organisasi yang dipimpin oleh ketua sindikat sendiri... Seorang pria yang keji." Yohan terdiam curiga.
Mendadak, Kim menarik kerah bajunya dan mendekatkan wajahnya. Hal itu membuat Yohan tambah terkejut dengan hal mendadak itu.
"Lihat aku, Yohan. Jangan biarkan apa-apa terjadi pada Neko, khususnya nanti malam. Jangan sampai lepas dari penjagaanmu. Dia bisa saja kabur malam hari hanya untuk mencari darah," kata Kim.
"Nanti malam...? Apa yang akan terjadi? Darah?"
"Haa... Aku menyerahkan pekerjaan ini untukmu karena kau bebas dari kriminal. Maksudnya, sudah terbiasa dengan hal-hal yang berbau kriminalisasi. Nona Neko sendiri yang memilihmu lewat foto yang kau kirimkan. Sekarang aku tanya padamu, untuk apa kau menginginkan menjaga dia?" Kim menatap sambil menyilangkan tangannya.
"Yah, em... Aku hanya ingin bekerja saja, itu saja. Oh, dan juga, karena aku yang menemukannya duluan di apartemen B03."
"Terserah, kita akhiri saja pembicaraan ini. Intinya, fokus saja padanya. Jangan sampai kau membuatnya marah... Aku sudah hampir terlambat sekarang. Ingat, jangan sampai lepas dari pengawasan."
"Ya, ya, jangan khawatir, Sunbae," Yohan membalas.
"Oh, dan jangan biarkan satu orang lelaki pun menyentuhnya. Jika ada yang menyentuhnya, kubunuh kau," Kim menambahkan. Seketika Yohan terdiam kaku.
Yohan masih terdiam di tempatnya, tapi ia menggeleng cepat menyadarkan dirinya. "(Jadi dia tidak boleh disentuh lelaki maupun orang lain... Aku hanya menjaga dia, begitu kan... Tapi... Bukankah ini aneh... Aku tak tahu aku ada di pihak mana sekarang, karena... Tuan Park Choisung, aku juga bingung dengan perkataannya... Aku jadi ingin tahu masa lalu Tuan Park dengan Nona Neko ini... Aku panggil Neko saja bisa kan...)"
Tampak Yohan berjalan menaiki tangga apartemen tua. Ia melihat ke kertas kecil.
"(Sepertinya ada di lantai 2, ini apartemen B03. Kenapa aku harus membaca petunjuk jika aku sudah tahu tempatnya? Kan aku yang menemukannya di sini... Jika terbayang lagi, aku tak bisa membayangkan berapa banyak luka yang telah menempel di tubuh gadis itu. Saat itu aku melihatnya berlumur darah jadi aku tak bisa melihat wajahnya dengan baik. Semoga kali ini aku bisa melihatnya dengan bersih... Pasti dia benar-benar cantik...)" ia berpikir dari tadi hingga saat ini berdiri di depan pintu apartemen B03 nomor 4.
"(Menjadi pengawal Neko, Sunbae Kim bercerita banyak bahwa gadis ini sangat senang jika membunuh dan hal yang dia sukai adalah darah, melihat maupun meminum darah. Apa aku akan terbunuh hari ini? Memangnya apa yang ditakutkan dari gadis, hanya gadis saja... Aku ke mari juga memiliki tujuan dan urusan padanya untuk Tuan Park Choisung, menjadi mata-mata di sini,)" ia membuka pintu dan melihat gelap saja.
"(Di sini tak ada apa-apa yang aneh, um... Mungkin hanya beberapa benda yang terlihat kuno dan tentu saja ini apartemen yang hampir tak ada satupun penghuni... Sangat gelap dan jika dilihat, tempat ini tidak berantakan dan sangat rapi. Apakah dia membersihkan sendiri... Tapi...)" Yohan terdiam berhenti berjalan. Ia melihat di dinding sampingnya yang bertuliskan nama 'Beum Must Dead' dengan banyaknya belati hitam tertancap di bagian nama itu.
Hal itu membuat Yohan terdiam kaku. "(Jadi memang benar, yang membuat Neko menjadi begini adalah orang yang bernama Beum, dan aku tahu pasti siapa Beum. Dia adalah Viktor... Yang pasti aku juga harus mengetahui hal itu, aku harus menjadi penasaran.... Menyebutkan dirinya sendiri Viktor hanya untuk menguasai organisasi sindikat dan sebentar lagi pekerjaannya akan menjadi mafia yang begitu keji... Tidak heran jika gadis ini harus membencinya, pastinya mereka memiliki masalah sendiri...)" ia mencoba mengalihkan pandangannya dari pemandangan mengerikan itu, lalu ia berjalan ke balik dinding dan rupanya ada ranjang yang ditiduri seorang gadis. Gadis itu duduk santai dengan memakan permen tusuk dan juga hanya memakai handuk mandi jubah berwarna putih yang sangat memperlihatkan kaki, tangan, dan lehernya hingga ke bawah. Dia menoleh pada Yohan dengan lirikan kecilnya.
"(Dia rupanya di sini!!)" Yohan terkejut tidak karuan. Dia tidak sadar Neko ada di dalam sana. Karena panik, dia langsung menundukkan badan. "Halo, Nona Neko, aku di sini untuk menjadi asistenmu!"
Neko terdiam sebentar. Dia mengeluarkan permennya dari bibirnya. Tatapannya sangat tajam dengan mata merah, dan di sini, warna rambut gadis itu sudah berwarna hitam. Dia seperti kembali pada tampilan Neko dulu.
"(Kenapa dia diam saja... Dan aura yang pertama kali dia keluarkan benar-benar sungguh sangat mengerikan. Padahal dulu aku melihatnya bersimbah darah, aku tak melihat wajah yang secantik itu. Dia lebih menawan dari yang aku pikirkan,)" Yohan masih menunduk tapi ia juga mencoba menatap Neko diam-diam.
"Siapa namamu?" tanya Neko tanpa menoleh.
"Y-yohan."
"Yohan, salam kenal, Yohan," tatap Neko.
"(Dia berbeda dari apa yang kupikirkan. Dia sangat cantik, kulit putih, dan mata merah itu... Apakah itu semacam keajaiban yang dimilikinya?)" dia sempat terpana dan pandangan nya melihat kemanapun di setiap celah tubuh Neko yang begitu menawan di mata kepalanya sendiri. Tapi ia mencoba menyadarkan dirinya sendiri. "(Oh, ya ampun... Tolonglah kenakan bajumu,)" Yohan mencoba tak melihat Neko yang hanya memakai handuk.
"Jadi, apa yang kau ketahui tentangku?"
"Um... Aku mungkin tidak berhak tahu tentangmu, tapi aku ke mari hanya untuk menjagamu... Aku akan melindungimu dari apapun," tatap Yohan.
"Aku tidak dalam bahaya apapun, bahkan ketika kau belum datang ke mari."
"E... Sebenarnya, Sunbae Kim memintaku untuk menggantikannya, karena aku tak punya pekerjaan... (Sebenarnya ini pekerjaanku, mata-mata untuknya...) Jadi mohon bantuannya," Yohan kembali menundukkan badan.
"Ada apa dengan tubuhmu? Kau militer?"
"Bagaimana kau bisa tahu?"
"Aku hanya asal menebak. Kenapa kau keluar dari militer?"
"Hanya... Hanya pekerjaan baruku... Aku terpaksa keluar maupun dikeluarkan."
"Jadi kau menginginkan uang hanya untuk keluar dari aktivitas fisikmu yang sangat menguntungkan?"
"Mungkin tidak begitu, mungkin karena aku memang saat itu butuh uang jadi..."
"Berapa yang kau inginkan? Apa kau masih butuh uang sangat banyak sekarang?"
"Aku... Aku sudah tidak butuh... Aku juga tak memiliki tujuan hidup dan hanya menjalani hidupku saja," balas Yohan.
Neko terdiam dan menghela napas panjang. "(Aku benar-benar tak bisa berpikir jernih pada pemikiran orang seperti dia... Sebenarnya dia itu dilahirkan untuk apa, mentang-mentang uangnya tak dibutuhkan lagi, kau bilang sudah tidak butuh...)" Neko terdiam.
"N-Nona Neko, apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa aku harus menunggu di luar pintu?" tatap Yohan dengan polos.
"Sekarang... Pergilah mandi," kata Neko. Di saat itu juga Yohan menjadi menatap bingung.
"M-mandi?"
"Bukankah Kim memberitahumu bahwa aku sering kabur di malam hari?" Neko mulai melirik.
"Y-ya, dia mengatakannya..." Yohan membalas dengan gemetar canggung.
"Untuk memastikan aku masih di kamar, kamu harus tetap di sini. Jadi pastikan tubuhmu bersih."
"Ah, aku sudah mandi dari rumah tadi, jadi mungkin aku sudah bersih... Lalu soal penjagaan... Aku juga bisa tinggal di luar, jadi—
"Aku tidak berpikir orang akan melihatmu."
"Um... Aku bisa memastikan tak ada orang yang lewat, jadi... Sekarang aku akan pergi..." Yohan menunjuk pintu, tapi Neko memegang belati hitam di tangannya. "Pergi mandi," ia menatap sambil tersenyum membunuh. Benar-benar mengeluarkan aura hitam yang bisa saja mencekik Yohan.
"Ya, ya, Nona," Yohan terkejut dan langsung ke kamar mandi.