"E..." Neko terdiam kaku, karena dia duduk di bar, di depannya ada Beum yang menuangkan alkohol di minumannya. "Ada apa, cepatlah minum?"
"Ini bukanlah makan," kata Neko dengan tatapan dingin.
"Hahaha, kupikir kau gadis yang tak memikirkan hal seperti itu. Biasanya wanita wanita yang aku bawa seperti ini, mereka akan langsung senang dan tambah merayu ku, karena mereka pastinya akan bangga jika jalan bersama ku, dan juga, minumlah ini, jika kau tidak minum, aku anggap kamu tidak berani minum ini," Beum menatap seketika Neko terdiam dan langsung meminumnya. "(Kau pikir aku wanita murahan? Alkohol sekecil ini siapa yang takut!?)"
"Wah, wah, tambah, tambah," Beum menuangkan nya lagi tapi Neko mengatakan sesuatu.
". . . Aku tidak akan senang berjalan bersama mu," kata Neko.
Seketika Beum terdiam kaku dengan senyum yang masih tak berubah karena mendengar itu tadi.
"Kau tidak bercanda? Selama ini tak ada wanita yang bicara begitu padaku, bukankah kalian suka uang, aku bisa memberikan nya pada kalian," tatap Beum.
". . . Sebagian wanita ataupun gadis yang tidak kau bicarakan adalah mereka yang tidak mengharapkan sesuatu yang gengsi padamu, mereka akan berpikir kepastian dan tanggung jawab lebih penting bagi mereka," kata Neko.
"Ah, jadi kau termasuk dalam sebagian yang kau bicarakan begitu? Jika minta tanggung jawab, aku juga bisa menikahi mu."
"Oh, jadi kamu tertarik padaku?" Neko menatap seringai.
"Yeah, begitulah, aku sangat tertarik dengan mu, kupikir ini sebuah obsesi," tatap Beum. Mereka berbicara dengan nada sama sama gila nya.
"Tapi kau harus memikirkan banyak orang yang sama seperti mu."
"Ah, tak peduli, aku yang berkuasa dan mendapatkan apa yang aku mau dengan usaha ku sendiri," kata Beum.
"Kupikir itu usaha dari merebut, karena sangat mencurigakan bagi mu menjadi seorang Bos," kata Neko seketika Beum terpaku.
"(Kenapa gadis ini bicara dengan berani sekali... Lebih baik aku mengganti topik saja, hentikan perasaan ini....) Jadi... Kau masih ingin bekerja padaku?" Beum menatap dengan lirikanya.
"Tentu saja, aku tidak akan bisa makan jika tidak bekerja."
"Oh.... Tapi apa kau tahu, banyak wanita yang menjual dirinya demi diterima di perusahaan ku, bisa di bilang kau cukup beruntung karena tidak aku tagih soal tubuh mu," tatap Beum. Lalu Neko terdiam dan menghela napas.
"(Aku tahu dia akan bilang begitu, dia bahkan mengulangi topik nya, benar benar pria yang membosankan.) Kupikir tidak sembarang orang tahu apa tujuan ku dalam bekerja di sini, tentunya aku bekerja menggunakan pengetahuan apa yang aku tahu, bukan tubuh ku yang aku punya," tatap nya.
"Hmp... Bagaimana jika aku bilang bahwa kau mencoba mengambil museum dariku?"
". . . Apa yang kau maksud, aku tidak berniat melakukan hal itu. (Belum... Saat waktunya tiba, aku mungkin akan mengatakan aku berencana mengambil museum ini meskipun aku harus bekerja di dalam gedung yang berbeda.) Lagipula aku tidak tahu bagaimana cara mendapatkan museum dari tanganmu," Neko menatap dingin.
"Ya, kau gadis cerdas, tapi siapa tahu kau akan memanfaatkan kecerdasanmu."
"(Dia... Apa dia sudah kenal aku,)" Neko menjadi terdiam meremas erat gelasnya.
"Luna, bagaimana perasaan mu ketika aku mengajak mu minum begini?" Beum menatap, kali ini dia mengganti topik sambil menuang kembali alkohol di gelas Neko.
". . . Aku tak mengharapkan hal seperti ini jadi aku tak memiliki rasa apapun..." balas Neko langsung mmebuat Beum terpaku.
"(Dari perkataan nya dari tadi itu benar benar langsung memanah ku begitu saja, kata kata nya tajam seperti pisau yang menusuk ku, tapi aku tahu, ini adalah ciri ciri gadis yang enak, atau bisa di bilang, perawan....)" Beum tersenyum seringai sendiri.
Dia menatap rambut Neko dengan tatapam yang sangat kagum. "Aku suka warna merah, apalagi warna merah milik rambut mu, seperti mawar tanpa duri yang harus aku endus aroma yang sangat wangi," tatap Beum.
". . . Aku tak tahu bahwa Bos Museum bisa merayu dalam hal murahan begini," tatap Neko.
Seketika kata itu langsung membuat Beum tersindir. "(Astaga.... Kenapa aku di buat buta hanya karena obsesi pada gadis yang bahkan baru aku temui...) Hei, jika aku boleh bercerita, sebenarnya, museum itu bukan milik ku," kata Beum.
". . . (Kenapa dia bilang begitu?) Apa kau mencoba mengatakan bahwa museum milik orang lain? Apa kau mengakui?" Neko terdiam bingung.
"Haha, lihat ini, kau penasaran, itu berarti kau memang memiliki rencana memiliki museum kan?"
". . . Sebelumnya aku mungkin bisa mengatakan bahwa aku bukan siapa siapa di sini, jadi kenapa aku harus bersusah payah mengambil museum?" tatap Neko.
"Itu pun kau juga sadar diri.... Jangan khawatir... Anggap saja aku sebagai pria yang baik sekarang."
". . . Apakah sebuah obsesi bisa membuat mu mengatakan bahwa kamu pria yang baik?" Neko melirik.
"Hm, mungkin, aku belum pernah sesenang ini bertemu dengan gadis muda yang cantik," tatap Beum.
Tapi Neko hanya meliriknya dan langsung meminum air alkohol dari gelas nya itu membuat Beum terpaku karena Neko langsung meminum semuanya.
Mereka berada di sana hingga malam hari dan gelas terakhir diletakan Neko. Dia tampak memasang wajah agak lemas yakni mabuk sedikit.
"Haha.... (Sangat imut...)" Beum puas melihat itu. Dia lalu bertanya sesuatu. "Hei cantik, kau punya pacar sebelum nya?" tatap Beum.
Lalu Neko tersenyum kecil. "Kau memiliki adik?"
"Huh? Yeah, ada apa?"
"Dia lebih baik dari mu," kata Neko dengan tawa kecil membuat Beum terkejut. "(Hah.... Matthew, lebih baik dari aku...) Aku tahu kau mabuk, tapi orang mabuk pasti akan mengatakan hal yang sejujurnya... Kau tertarik pada adik ku?" Beum menatap.
Neko terdiam dan menggeleng cepat.
"(Ugh, itu sangat imut....)" Beum tampak menahan dirinya.
"Aku tak pernah suka pada orang orang," balas Neko lalu dia berdiri dan berjalan pergi.
"He... Hei, kau akan kemana?" Beum juga berdiri dan mengambil barangnya lalu berjalan mengikutinya.
Terlihat mereka berdua berada di depan mobil Beum. "Aku akan pergi duluan, kau tidak mau ku antar?" Beum menatap.
"Tidak perlu, aku bisa berjalan sendiri," Neko membalik badan dan berjalan pergi. Namun baru beberapa langkah saja ia terjatuh, Beum langsung menangkap tangan nya. "Hati hati," ia menatap Neko yang berwajah mabuk. Dia memegang kepalanya. "Ugh, sial... Aku pusing."
"(Hm... Wajah manis apa itu.) Yeah, itu sudah jelas, kau minum sangat banyak," kata Beum.
Mendadak ia berwajah terkejut melihat wajah Neko yang begitu menawan dan cantik dan di saat itu juga, ia akan mencium Neko namun tak disangka sangka tangan seseorang menutupi mulut Neko membuat Beum terkejut.
Padahal sedikit lagi dapat mencium bibir nya, tapi tak bisa karena tangan besar menutup mulut Neko yang tampak masih lemas mabuk.
"Apa ini?" ia menoleh dan rupanya itu Matthew.
"Matthew, apa yang terjadi? Kenapa kau bisa tahu aku ada di sini," tatap Beum.
"Aku jelas sudah mencarimu kemanapun hingga salah satu karyawan di departemen bilang bahwa kau mengajak manajer baru untuk minum bersama di siang buta sampai malam gelap," tatap Matthew dengan tatapan yang begitu dingin dan membosankan nya. "Kenapa kau tidak kembali?" tambah nya.
"Ah, begitu kah... Kalau begitu aku akan mengantar gadis ini dulu, dia mabuk sangat berat, dia meminum banyak gelas tadi," Beum menatap Neko dan Matthew pun juga menatapnya.
"(Dari jauh aku tahu itu kau... Orang yang datang saat itu, Luna bukan, orang yang mirip dengan Neko.... Sangat...) Tak perlu, biarkan aku saja, kau harus segera menyelesaikan pekerjaan mu atau para perapat akan segera pergi dengan kekesalan, serahkan gadis ini padaku, aku membawa mobil sendiri," Matthew menarik Neko.
"Cih... Baiklah... Pulangin dia tanpa ada apa apa, dia akan melakukan proposal nanti malam. Dia tinggal di apartemen selatan," kata Beum sambil masuk ke mobil dan berjalan pergi.
Matthew menatap wajah Neko yang setengah tertidur. "(Kenapa kau sangat mirip dengan nya, atau kau memang Neko...) Neko..." Matthew menatap dengan mata agak kecewa lalu ia menggendong Neko di dada dan mengantar Neko ke Apartemen nya.
Hingga Matthew sudah sampai di apartemen Neko, ia membuka kode pintunya karena dia juga tahu dari Beum.
Lalu membukanya dengan masih membawa Neko di dada, dia melihat sekitar tempat itu yang gelap. "(Tempat yang seperti tak pernah di tinggali,)" dia mencari ranjang hingga menemukannya, lalu berjalan ke sana dan meletakan Neko di ranjang secara perlahan.
Ketika sudah selesai meletakan nya, mendadak ia berhenti karena melihat sebuah kalung yang di pakai Neko, lalu ia menariknya dari dalam dada Neko, seketika Matthew terkejut karena Neko memakai kalung hijau setengah hati yang berbentuk sama seperti yang Ia pakai. Siapa lagi jika bukan Neko yang memakai itu dan pemberian dari Matthew sendiri.
"(Apa... Ini... Kenapa bentuk kalung ini sama seperti milikku, ini adalah kalung yang aku berikan pada Neko, hanya pada Neko dan tak ada model lain nya di dunia ini karena aku membuat nya sendiri... Aku membuat sendiri khusus untuk kita berdua, tapi kenapa gadis ini memilikinya, siapa kau, kau pasti bukan Neko, rambut mu merah bukan hitam dan mata milik ku hitam, bukan merah....)" Matthew menjadi strees memegang kepalanya, lalu ia berjalan pergi.
Namun ia berhenti dan menoleh lagi ke Neko. Dan rupanya Neko duduk bangun di kasur menatapnya dengan dingin.
Matthew terkejut lalu mendekat. "Kau terbangun, minumlah ini," ia memberikan segelas air putih, tapi Neko terdiam dan mengalihkan pandangan.
". . . Aku tak mau meminumnya," ia berdiri dan akan ke kamar mandi tapi Matthew menahan tangan nya.
"Tidurlah, kau sedang mabuk."
"Lepaskan aku, kau bajingan!!" Neko melepas tangan Matthew membuat Matthew terpaku.
"Siapa kau, berani beraninya datang kemari!!" Neko kembali berteriak dengan wajah yang sangat kesal.
". . . Aku, hanya mengantar mu...."
"Jika mengantar ku kenapa tidak segera pergi, apa kau sengaja memastikan sesuatu pada tubuh ku!! (Kau ingin mencurigai ku bahwa aku sedang menyamar?!)" Neko mengepal tangan kesal.