"Aku tidak bermaksud begitu, aku hanya seperti pernah bertemu dengan mu," Matthew menatap.
Dia benar benar memasang tatapan dewasa pada Neko membuat Neko menatap itu menjadi tersenyum kecil.
"Hahaha.... Dari semua orang yang paling sempurna, kenapa kau membuat ku berpikir bahwa kau memang sudah banyak berubah, dari polos menjadi tahu segalanya dan dari membosankan menjadi tenang seperti itu, kau benar benar menggunakan wajah lain padaku..." Neko mengatakan nya sambil menatap bawah.
Mendengar itu, seketika Matthew ingat ketika dia pertama kali mengatakan Neko soal muncul dengan wajah berbeda. "Neko..." dia memanggil dengan wajah tak percaya.
Neko terdiam dan berbalik badan, lalu Neko masuk ke kamar mandi, dia langsung menutup pintu dengan keras membuat Matthew terdiam menatapnya.
Neko terdiam di samping pintu, membelakangi pintu, memojok dirinya sendiri. "(Kenapa ini benar benar sangat menyakitkan, aku tak tahu apa yang membuat ini sakit...)" ia memegang kening nya di bagian mata dan di saat itu juga, mendadak dari pipi nya, teraliri darah dari air matanya.
Air matanya adalah darah, sepertinya kontak lensa itu menyakitinya lagi. Dia berjalan ke wastafel dan melepas kontak lensa nya.
"Ugh.... Kepala ku, sangat sakit," dia menatap dirinya, menatap wajahnya yang memiliki dua garis darah di kedua pipinya karena teraliri air mata darah itu.
Matthew masih ada di tempatnya, dia lalu melangkah mendekat dan mengetuk pintu. "Kau ada di sana, kau baik baik saja kan?" dia bertanya dengan wajah agak khawatir.
Lalu terdengar suara di dalam, dari suaranya Neko pasti sedang mandi.
Matthew kembali terdiam. "(Sepertinya, aku hanya harus menunggunya.)"
Beberapa menit kemudian, Neko keluar hanya memakai handuk baju, sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk, ia melihat Matthew yang duduk di sofa. "Kenapa kau masih disini? Pulanglah ke tempatmu, aku sudah tak butuh dirimu."
Matthew menoleh dan ia mendadak benar benar berwajah terkejut tak percaya melihat wajah maupun paras Neko hanya menggunakan handuk dan yang paling dia tak percayai adalah warna mata nya, warna mata merah, itu karena Neko tadi melepas kontak lensa nya sehingga warna mata merahnya terlihat sekarang, Matthew semakin yakin bahwa itu Neko
". . . Aku hanya ingin bertanya, dari mana kau dapat kalung itu?" Matthew menunjuk kalung Neko yang terlihat.
Neko terdiam dan menghela napas panjang. "Aku pikir kau menganggap ku seseorang yang pantas menerima ini," Neko mengatakan nya sambil memegang kalung nya.
". . . Jadi, kau memang benar Neko." Matthew menatap.
Lalu Neko duduk di sofa satunya. "Seseorang memberikanya padaku, hanya seseorang saja, jika aku mengatakan hal itu, apa kau masih menganggap ku orang yang kau panggil itu?" kata Neko, lalu ponselnya berbunyi dari Kim.
"Aku harus mengangkatnya," Neko menatap lalu berjalan pergi ke balkon luar.
Matthew menatapnya dengan serius. Neko melirik nya tapi ia kembali fokus ke ponsel nya.
"Nona Akai, sepertinya aku tak dapat menemukan dimana brankas dokumen itu, aku masih memburu Direktur Hao sekarang," kata Kim dari panggilan.
"Jangan terburu buru dulu, aku juga punya tugas lain dari Chairwoman... Menurutmu perusahaan apa yang harus aku jadikan hasil dari tugas?"
". . . Menurutku Tuan Geun, dia memliki banyak bisnis."
"Tapi dia punya seorang putri perempuan."
"Mungkin saja benar," kata Kim sambil berpikir.
Tapi Neko merasa Matthew ada di belakangnya jadi ia mematikan ponselnya. Tapi di saat itu juga, dia merasakan jas tebal milik Matthew dipakaikan di punggung Neko, dan tak sampai di sana, Matthew memeluk nya dari belakang untuk kehangatan.
Neko terpaku, dia tak menoleh dan malah menatap depan karena tak percaya dia di peluk oleh Matthew.
"Di luar sini, kau memakai handuk tanpa apapun dan pastinya sangat dingin, kau bisa sakit, Neko," kata Matthew.
Tapi ketika Matthew memanggil nama itu, Neko menjadi mendorong nya membuat Matthew terdiam.
"Kau pikir aku mengenal mu?" Neko melirik.
"Kalau begitu, katakan padaku, siapa kau sebenarnya... Dan apa yang kau tahu tentang diriku?" Matthew mendekat dengan wajah serius karena dia sudah yakin bahwa di hadapan nya itu adalah model nya, Neko.
"Ouh? Jadi kau ingin aku mengatakanya, sudah jelas aku tidak akan pernah mengatakanya padamu," Neko membalas dengan nada kesal dan berjalan masuk kedalam.
"Kau suka darah bukan?" kata Matthew, seketika Neko berhenti.
"Jika mau, aku bisa memberikan darahku karena Neko melakukan itu dulu."
". . . Dari mana kau berpikir bahwa aku orang yang kau bicarakan, aku sudah bilang padamu bahwa nama ku Luna," Neko melirik.
"Aku menemukan pill darah di meja milikmu, pill itu bukanlah sembarang pil, digunakan untuk puasa darah... Jika kau adalah orang yang tidak peduli maka kau mungkin tidak akan punya pill itu karena pastinya kau sudah akan memintai semua orang tanpa melihat keadaan, jika kau punya pill itu berarti kau hanya ingin darah milik seseorang saja."
"Apa yang akan kau pikirkan jika kau favoritku?" Neko menatap sambil tersenyum kecil.
"Akan kuberikan, tapi aku memiliki syarat," kata Matthew, lalu Neko terdiam menunggu.
"Beritahu aku siapa yang memberimu kalung itu... Dan nama sebenarnya kau, aku tak akan memberitahu siapapun kecuali perasaan ku yang berteriak soal ini sakit," Matthew memegang dada miliknya dengan wajah yang kecewa dari tadi membuat Neko terdiam dan membuang wajah.
--
Matthew duduk di sofa menegadah menatap Neko yang berdiri didepanya dengan keadaan lampu yang gelap.
Neko sudah menggunakan bajunya yakni kemeja putih dan celana... Celana pendek.
Lalu tangan Matthew memegang pinggang nya mendorong mendekat membuat Neko duduk di kaki Matthew.
"Aku bukan perempuan murahan untukmu, aku hanya akan memberitahumu saja. . ." Neko menatap, dia menatap ke leher Matthew rupanya Matthew juga memakai kalung dan liontin nya terselip di dalam, lalu Neko memasukan tangan nya ke sela baju dada Matthew, ia mengeluarkan kalung Matthew yang berwarna merah. Ia menggabungkan kalung itu dengan kalungnya, seketika Matthew terkejut karena kalung itu menyatu. Ditengah itu Neko langsung menggigit lehernya.
"Aku tidak pernah bertemu denganmu bukan?" kata Matthew, bahkan ketika di gigit pun dia tidak memasang ekspresi apapun selain ekspresi tenang dengan tangan masih memegang pinggang Neko.
Lalu Neko menatapnya membuat tatapan mereka sangat dekat. "(Aku sudah sangat lama tidak melakukan hal ini, aku benar benar sudah sangat lama ingin menggigit lehernya.... Darah yang enak dan merupakan pilihan lidah ku sendiri harus menjadi pilihan takdir yang salah....)" Neko meletakan wajahnya di bahu Matthew membuat Matthew terdiam.
Tapi Neko merasakan sesuatu, ia mengangkat kembali wajahnya dan menjadi mengendus endus metthew yang bingung. "Kau... Bau rokok."
"Apa itu sebuah masalah?" Matthew menatap dingin.
"Hmp... Kau orang yang berbeda, kau telah membuat janji palsu padaku, ingin menciptakan kebahagianku masa bodoh, aku akan kembali ke diriku yang semula, mampir ke kafe malam dan menendang setiap laki laki," kata Neko sambil berdiri, namun Matthew menariknya membuat Neko terpaku kembali jatuh dan jatuh di pangkuan Matthew, mereka saling menatap dan Matthew memeluk Neko dengan erat, dia meletakan kedua tangan nya melingkar pinggang dan punggung nya, wajahnya, ia letakan di bahu Neko yang terdiam.
"Aku benar benar merindukan mu..." gerang nya.
"Aku benar benar merindukan suara mu, perkataan mu, wajah mu, tubuh menawan mu dan aroma yang sangat hangat..." tambah nya, dia masih tetap memeluk Neko membuat Neko terdiam.
"(. . . Jadi, dia sudah tahu bahwa aku Neko...)"
"Neko.... Neko... Aku sakit memikirkan mu... Kenapa kau harus pergi meninggalkan ku dan tidak menolong ku saat kakak ku memaksa ku ikut dengan nya, aku lelah dengan semua itu, aku ingin kembali menjadi seorang lelaki yang ada di kafe dan selalu menunggu mu datang..." kata Matthew.
Neko yang mendengar itu menjadi sama sepemikiran. "(Yeah, dari awal aku juga meninggalkan nya... Ini semua kesalah pahaman.
Dia lelaki yang patut di bilang akan patuh pada siapapun selagi dia mendapatkan jawaban kenapa suasana selalu berbeda dari jiwa nya... Aku tak bisa terus seperti ini.... Hal ini bahkan terlalu berbahaya jika harus di bilang hubungan,)" Neko memegang kedua pipi Matthew dan mereka saling menatap.
Siapa sangka, Matthew mengalirkan air mata membuat Neko terpaku. Seketika Neko menampar pelan pipi Matthew. "Kenapa kau menangis? Kau bukan lelaki yang kuat!" dia menatap tak percaya.
Matthew terdiam dengan air mata yang perlahan mengalir, dia lalu kembali meletakan nya di bahu Neko.
"Kenapa ini sangat sakit, kenapa ini begitu sakit di dalam.... Apa ini karena aku juga menyakiti mu, aku membuat mu menderita... Ini semua kesalahan ku... Aku benar benar minta maaf, kembalilah seperti dulu, aku ingin kita kembali seperti dulu, aku ingin hanya aku yang bisa menjadikan mu model ku, aku ingin kau menjadu model ku lagi... Aku akan membuat banyak patung agar ini tidak berakhir selama nya..." kata Matthew, dari suaranya, dia benar benar putus asa.
Tapi Neko mencoba tenang dan menghela napas panjang. "Maafkan aku, walaupun kita harus lari sekalipun dari banyak orang yang sama sama memaksa kita, yang sama sama mengekang kita, yang sama sama memiliki banyak keinginan yang hanya dikerjakan oleh kita masing masing, kita tetap tak akan bisa lari kecuali mereka yang membunuh kita," kata Neko, dia juga memasang ekspresi sama pada Matthew.
"Sekarang pergilah, tinggalkan aku di sini... Kau memiliki pekerjaan dan aku juga memiliki pekerjaan," tambah Neko.
Matthew terdiam sebentar dan mengatakan sesuatu. "Sebelum aku pergi lagi, kau harus memberikan ku sesuatu yang bisa aku ingat kembali," Matthew menatap.
Neko lalu melingkarkan tangan nya di leher Matthew dan mengusap air mata Matthew, di saat itu juga dia mencium bibir Matthew, mereka sama sama melakukan ciuman.
--
Setelah Matthew pergi, Neko menatap dia yang berjalan pergi menaiki mobil. "(Cih...)" Neko menatap dari jendela sambil memegangi perutnya.
Ia berjalan ke kamar mandi, dengan cepat memuntahkan sesuatu dari mulutnya. "Ugh.... Cough!" ia memuntahkan darah dari mulutnya, darah itu milik Matthew yang dia minum tadi. "Ukh... Ini sudah terlambat," Neko gemetar kesakitan mengusap mulutnya sendiri.
"(Aku tak bisa meminum lagi.)"