Chereads / Drop Blood: Amai Akai / Chapter 91 - Chapter 91 Caged The Beast

Chapter 91 - Chapter 91 Caged The Beast

Setelah Kim pergi, ponsel Neko berbunyi dari kontak yang bertuliskan Jun, Neko langsung memasang tatapan tajam lalu ia mengangkatnya dari Jun.

"Boss, Ketua meminta anda datang untuk rapat," Jun langsung berkata pada intinya.

"Rapat... Apa maksudmu, apa yang mau aku rapatkan jika museum itu milik Beum."

"Tapi Boss, ini pertemuan yang hanya singkat yang dilakukan oleh Anda dan Ketua sendiri," kata Jun, Neko terdiam dan menjadi menghela napas panjang.

--

Jun membuka pintu mobil dan Neko keluar dari sana menatap atas, tepatnya melihat gedung organisasi.

"(. . . Sudah lama....)" ia lalu berjalan duluan dan Jun menutup pintu, dia melihat Neko yang masuk ke dalam, ketika sudah masuk, dia berjalan mengikutinya, maksud dari itu tadi adalah dia harus menjaga sebuah jarak.

Meskipun pengawal yang harus menjaga atasan, dia juga harus menjaga jarak agar tak ada yang tahu bahwa Neko di kawal penjaga.

Neko menatap ke pintu besar milik ketua sindikat. Lalu Jun mendekat dan membuka nya, sebelumnya, dia menatap Neko lalu mengelus pelan bahu Neko dari debu karena di depan ketua sindikat memang harus rapi.

"Boss, seperti biasa, aku akan menunggu di sini, jika butuh bantuan, Anda perlu berteriak," tatap Jun.

Neko hanya menganggap itu angin dengan mengabaikan nya lalu berjalan masuk, di saat itu juga terlihat Ketua sindikat yang duduk menatap padanya, dengan rambut pendek seperti lelaki, mata tajam dan pakaian rapi jas putih nya. Tidak rapi, karena dia hanya sebatas memakai jas nya di pundak nya.

Neko berhenti berjalan di hadapan nya.

"Kau dengan berani datang kemari? Setelah kau tak punya kekuasaan apapun," tatap Ketua sindikat.

". . . Jika kau harus menuntut ku mengambil kekuasaan ku, aku hanya harus butuh sebuah waktu," kata Neko.

"Lupakan saja itu, lebih baik aku menambah proyek baru," kata Ketua, seketika Neko terdiam kaku mendengar itu.

"Kenapa kau mau menambah projek baru, aku sudah bilang akan melakukan tugas merebut museum darimu," Neko menatap dingin.

"Aku tak bisa menunggu ini, projek kali ini adalah projek pembangunan kota," kata Ketua, mendengar itu tentu saja Neko terkejut.

"Apa kau sudah tidak waras, pembangunan kota akan mudah direbut, kita tak bisa mendapatkan dana sebegitu banyaknya. Dan juga tidak hanya itu, tentunya juga akan membuat kesulitan jika harus membuat hal itu!"

"Apa kau lupa, kau juga pernah menjalankan tugas ini," Ketua menyela membuat Neko terdiam.

". . . Itu sudah lama, aku tak bisa melakukanya lagi."

"Jangan bilang kau mau menolakku, hal seperti ini hanya kau yang harus ku tugaskan. . ."

"Itu suatu tindak kriminal, dan ilegal," Neko menyela.

". . . Apa kau pikir kita selama ini melakukan tindak yang legal," Ketua meliriknya. Lalu Neko terdiam.

"Ini agak aneh padamu huh, lakukan saja perintahku dengan cepat, jika mau tinggalkan saja soal perebutan museum," Ketua menambah.

"Tapi aku sudah melakukan ini, kau mengerti aku bukanlah orang yang mudah meninggalkan usahaku... Aku sudah bergabung ke organisasi artikel jika aku sudah unggul disana aku bisa masuk ke kantor museum dan perlahan mengambil dokumen penting museum," Neko menyela.

"Ini terlalu lama, jika kau tidak mau meninggalkanya, terserah kalau itu adalah urusanmu, yang menjadi urusanku adalah kerjakan tugas baruku ini," Ketua menatap.

Neko mengepal tangan kesal. "Banyaaak mauunyaa!!" teriak nya dengan kesal dan di saat itu juga Jun mendengarnya. "(. . . Aku tidak bermaksud meminta teriakan ini....)"

Setelah dari sana, Neko kembali ke apartemen nya, dia menghela napas panjang. "(Jika aku ingin mengambil museum yang dulu sudah tertulis nama ku, harus nya aku mengambil dokumen yang sudah ada tanda tangan miliku, sangat resmi,)" pikirnya.

Tapi kemudian, ada yang mengetuk pintu lalu masuk yang rupanya itu Kim. "Nona Akai, mohon maaf mengganggu," dia berjalan mendekat dan berhenti dengan jarak seperti biasanya.

Dia bertugas memperjelas informasi selanjutnya. "Anda akan menerkam direktur Geun, Direktur Geun sudah sangat lama bekerja sama dengan Tuan Beum, jika ingin mengambil alih museum, harus menaklukan Direktur yang satu ini, jangan khawatir ini sangat mudah, hanya perlu memojok nya saja, Direktur Geun membawa dokumen penting yang ada tanda tangan Anda, jadi dari awal dia sudah bekerja sama dengan Tuan Beum. Yakni menyembunyikan nama Anda maupun tanda tangan Anda sendiri. Hingga dokumen yang lain berisi tanda tangan Tuan Beum sendiri."

". . . Jadi dari awal mereka memang sudah bekerja sama begini? Bagaimana dengan orang yang memakan semua uang yang telah aku berikan," Neko menatap.

"Itu, Direktur Hao...." balas Kim.

Neko menjadi kesal lalu menatap Kim dengan wajah serius. "Bisa kau melakukan sesuatu untuk ku soal Direktur Hao?" Neko menatap.

"Aku akan melakukan apapun, atas perintah mu saja," kata Kim.

--

Terlihat Jun membuka pintu mobil dan keluar Neko. Neko menengadah melihat sebuah gedung besar didepanya. Lalu terlintas perkataan Kim soal dia akan diburu.

"Anda hanya harus mencoba mencari cara agar Direktur Geun memberikan dokumen itu sendiri."

"Kalian ikutlah masuk," tatap Neko.

"Baik Boss," Hyun dan Jun mengangguk. Lalu mereka mengikuti Neko masuk, Tapi ada seseorang memanggil. "Nona Neko...!!!"

Mereka menoleh dan rupanya itu Seu berlari yang langsung begitu saja memeluk Neko. "Nona Neko, aku merindukanmu," ia memeluk Neko hingga wajah Neko terdekap dada Seu. Hyun dan Jun yang melihatnya menjadi terkejut. Lalu Neko mendorong Seu yang bingung. "Kenapa kau ada disini?"

"Ah, aku hanya dipanggil untuk disewa Direktur Geun," Seu membalas, seketika Neko terdiam.

". . . Sejak kapan kau melayani pria!" Neko langsung berteriak membuat Seu terkejut gemetar. Dia tak sadar akan mengatakan kata itu di depan Neko.

"Aku.... Aku minta maaf.... Aku tidak bermaksud.... I.... Itu karena kamu tak pernah lagi datang ke bar, bahkan sudah sangat lama tidak meminum darah ku, aku benar benar kangen dilakukan itu padamu, tapi...." Seu menatap sedih, dia akhirnya memberontak.

Neko terdiam dan menghela napas panjang. "(Itu karena aku sangat sibuk dengan masalah yang terus saja masuk ke dalam hidup ku melalui takdir...)" ia memegang kening nya, tapi menjadi teringat sesuatu soal rencana nya, bisa jadi Seu bisa dimanfaatkan.

"Itu dia, Seu ikutlah denganku... Ikat dia," kata Neko yang berjalan keluar.

"Eh... Apa?" Seu masih bingung. Seketika ia gemetar melihat Hyun dan Jun membawa tali untuknya, mereka berdua menatap dengan wajah seram.

Wajah mereka tampak seperti tersenyum seringai dengan Hyun yang siap mengikatnya dan Jun siap memegangi nya.

"Kya..." Seu berteriak takut.

Hingga ia benar benar dibawa di apartemen Neko secara cepat.

--

"Eh..." Seu menatap sekitar dengan bingung. Ia duduk di sofa lalu menoleh ke Neko yang duduk didepanya.

"Katakan padaku Seu, berapa kali kau di sewa oleh Direktur geun?" Neko menatap dingin.

"Em... Um..." Seu melihat kebelakang dan rupanya Hyun dan Jun ada dibelakangnya. Sontak Seu terkejut dan takut. "HI!!!... Nona Neko, aku beneran takut," ia berlari mendekat memeluk Neko.

"Katakan saja padaku."

"Um... Dia baru menyewa ku besok... Ada apa?"

"Kalau begitu aku akan memberimu tugas," kata Neko. Seketika Seu berwajah merah. "Em... Nona Neko, ayo kita lakukan sekali saja, kau sudah lama tidak menyentuhku."

"Apa aku harus melakukanya?"

"Tentunya iya, dulu kau selalu mampir di kafe malam kami, tapi kenapa sekarang sudah tidak?" Seu menatap sedih. Lalu Neko berdiri. "Kau harus mengerti. Aku memiliki banyak hal yang harus kukerjakan," ia menatap serius membuat Seu terdiam sangat kecewa dan sedih.

Hari selanjutnya di gedung kantor Direktur Geun, Seu berjalan masuk dan melihat Direktur Geun yang duduk di kursi meja. "Seu... Kau datang tepat waktu."

"Ya Direktur, bagaimana jika kita langsung saja."

"Tunggulah sebentar saja," Direktur Geun membalas sambil mengisi selembar kertas.

"Aku membawa obat yang dapat membuat anda hangat bersamaku, Direktur," Seu mendekat sambil memasukan sebuah pil larut ke dalam air putih Geun yang ada dimeja.

"Kau yakin? Aku masih bekerja."

"Sebentar saja ayolah," kata Seu, lalu Direktur Geun meminumnya. Seu tersenyum sambil mengingat apa yang dikatakan Neko padanya.

"Berikan pill ini pada Direktur Geun, pill itu akan membuatnya bergairah mabuk bersamamu, dengan kesadaran dirinya yang hilang tanyakan dimana soal dokumen kerja sama millik Beum dan miliknya, dan juga, pill itu berisi racun untuk umurnya."

Sementara itu Neko keluar dari taksi yang mengantarnya ke kantor. Namun ia ternoleh pada Satori yang berjalan entah akan kemana. Satori berhenti berjalan dan menatap Neko. "Nona Akai," ia mendekat.

Neko hanya terdiam mengangguk dengan tatapan serius.

"Um... Apa Nona Akai akan bekerja? (Setelah kejadian waktu itu ketika aku melihat nya berdebat, kenapa dia tampak biasa dan tenang tengah saja, jika di pikir pikir dia memang selalu tenang kecuali jika dipaksa untuk berteriak seperti kemarin... Tuan Roiyan pastinya akan tahu apa yang dimaksud kemarahan nya kemarin... Ngomong ngomong ini agak canggung,)" Satori terdiam canggung.

"Aku akan bekerja, apa kau akan kuliah?" Neko menatap.

"Eh, iya, bagaimana kamu tahu aku akan ke kampus.... Bukankah aku tak memberitahu umur ku?"

"Aku bisa menebak saja... Kalau begitu aku pergi," Neko akan berbalik.

"Ah tunggu," Satori menahan nya membuat Neko kembali menatap ke arah nya. "Aku ingin tahu, apa kau ada luang sepulang bekerja?"

". . . Sepertinya begitu. Ada apa, kenapa tumben sekali?"

"Mm... Bagaimana jika aku membawamu ke kafe. Kita mengobrol bersama."

". . . Tentu, tapi aku tak bisa membuat janji," kata Neko lalu ia berjalan pergi membuat Satori terdiam kecewa.

Sesampainya di kantor, Neko terdiam karena di depan nya ada Roiyan berdiri menatap serius menyilanh tangan.

"Tidak kah kau berpikir kau menghalangi jalan ku?" Neko menatap kesal.

"Luna, sekarang katakan padaku, aku sudah mengetahui semuanya, katakan padaku bahwa sebenarnya siapa kau," Roiyan menatap serius.

Seketika Neko terdiam dan berpikir sesuatu. "(Apa maksud nya? Apa dia tahu bahwa aku bukan orang yang bernama Luna.... Dia tahu aku menyamar begitu?)"

"Katakan padaku, Luna... Apa kau ingin merebut kekuasaan Direktur Beum? (Aku mengetahui itu dari Satori sendiri.)"

". . . (Tunggu? Aku mengerti, dia mengira yang itu kupikir dia tahu identitas ku....) Pergilah saja," Neko berjalan melewatinya begitu saja membuat Roiyan terdiam masih serius.