"Akai, kau akan pulang?" Pei Lei menatap.
"Ya."
"Kenapa cepat sekali, apa ada sesuatu?"
"Tidak ada, hanya bertemu seseorang," Neko membalas lalu berjalan pergi. Tapi ia menunggu sangat lama di halte buss. Tak lama kemudian muncul Satori yang berlari mendekat. "Huf, huf, huf... Maafkan aku terlambat, apa lama?"
"(Sangat lama...) Tidak."
"Ah, syukurlah, kalau begitu ayo Nona Akai, aku tunjukan kafe bagus," Satori memegang tangan Neko.
Neko terdiam tak berjalan. "Ada apa?" Satori menatap bingung.
". . . Jika kau ingin berkencan, aku harus mencari baju yang lebih lain," Neko menatap bajunya sendiri yang dia masih memakai kemeja putih dan celana panjang nya.
"Um... Kalau begitu gunakan ini saja, kebetulan aku membawa Jaket," Satori mengambil sebuah jaket berwarna putih di tas ransel nya.
Tapi ia terkejut sendiri. "Um.... Di sini.... Tulisan nya.... Um..." Satori ragu.
Tapi Neko menerima nya dan langsung memakainya di tempat dan di saat itu juga, Satori berwajah merah karena di jaket itu tertulis desain kalimat yang bertuliskan. 'I'm Your Girlfriend'
"Ada apa?" Neko tidak menyadarinya.
"Um, ini baik baik saja, kamu tampak cocok memakai itu, jadi ayo," Satori memegang kembali tangan Neko dan berjalan pergi.
Namun, ponsel Neko berbunyi menbuat nya berhenti dan mereka masih ada di pinggir jalan.
"Maafkan aku," Neko menatap sambil memegang ponsel nya.
"Ah, ini baik baik saja, aku akan menunggu," Satori membalas.
Lalu Neko menerima panggilan ponsel nya sambil membelakangi Satori yang menunggu melihat sekitar.
"(Dia benar benar terlihat seperti perempuan penting, dari paras nya benar benar sangat cantik, tak ada yang memiliki paras maupun hal yang menawan seperti nya, dia lebih cocok menjadi model,)" Satori tersenyum sendiri karena dia senang bisa mengajak Neko bersamanya.
Tapi tiba tiba ia merasakan jantungnya berdetak keras, "(Gawat...Tubuhku,)" seketika Satori memegang dada nya.
". . . (Ugh.... Aku tak bisa terlihat begini, aku yakin dia tidak melihat ku, dia tidak mungkin melihat ku,)" sepertinya dia memiliki sakit bawaan dan sekarang kambuh.
"(Aku mohon jangan sekarang, aku tak mau....)" ia mencoba menahan nya dengan bernapas cepat.
Tapi ia merasakan tangan seseorang menyentuh bahunya membuat nya menoleh. Rupanya Neko.
"Kau baik baik saja?" tanya Neko.
Satori terdiam sebentar. "(Kupikir, dia tidak melihat ku sama sekali, dan sekarang dia bertanya keadaan ku, aku tak tahu dia se peduli apa, padahal wajah nya menunjukan kalau dia benar benar dingin dan begitu datar, tidak, aku tidak boleh mengkhawatirkan.) Aku baik baik saja... Hehe, ini tak apa, apa kamu sudah selesai?" Satori menatap.
"Ya, aku sudah selesai," balas nya.
"Baiklah, ayo lanjut," Satori akan berjalan tapi mendadak, dia terpaku dengan ekspresi tak percaya, tubuhnya tak terkendali dan terjatuh pingsan.
"Hei..." Neko terkejut dan menahan jatuhnya. Entah apa yang membuat Satori tak sadarkan diri.
--
Terlihat Satori membuka mata ia melihat Mocha tidur disampingnya, karena terkejut ia mundur, namun ada sesuatu juga disampingnya. Saat ia menoleh ia terkejut lagi karena Neko duduk disampingnya sambil membaca buku.
"Apa.... Apa yang terjadi, kenapa aku ada di kasur mu?" Satori menatap panik Neko yang membaca buku.
"Katakan padaku dengan jelas, apa kau memiliki penyakit bawaan?" Neko meletakan bukunya dan menatapnya dengan dingin.
"(. . . Apa Aku pingsan tadi?) Ti-tidak sama sekali."
"Jangan berbohong," Neko mendekat dan memegang kening Satori. Satori menjadi berwajah merah. "(Apa yang sebenarnya aku lakukan dengan nya, kita sedang duduk di ranjang yang sama dan dia benar benar menatap ku dengan serius, aku tak bisa mengatakan bahwa itu sedang khawatir atau apa...)" Satori terdiam ketika Neko mulai menurunkan tangan nya hampir ke bibir satori.
Tiba tiba Neko memasukan jarinya kedalam mulut Satori.
"Mp...apwa yang kwau lakwukan?!"
Lalu Neko mengeluarkanya lagi. "Kau memiliki imun yang lemah, lidahmu lebih gelap dan air liurmu terlalu lengket," kata Neko yang menunjukan jarinya sendiri pada Satori.
"Ah... Maaf," Satori membersihkan jari Neko dengan kain. "Aku memang memiliki kesehatan yang lemah. Aku hanya bisa berada didalam apartemen."
"Kau berlari itu sudah jelas, dan dengan siapa kau tinggal?" tatap Neko yang membuat Satori semakin terdiam.
"Aku tinggal bersama dengan Tuan Roiyan," balas Nya.
Neko terdiam mengangkat satu alis, dia seperti pernah mendengarnya dan hingga ia ingat dengan Roiyan. "Roiyan? Putra pertama Tuan Ezekiel?" Neko menatap.
"Um, iya..." Satori mengangguk.
"Kau siapa nya?"
". . . Aku... Tunangan nya..." balas Satori seketika Neko terpaku.
Dia tak percaya mendengar itu dan memegang keningnya, siapa sangka dia Tertawa. "Hahaha.... (Jadi dia sudah memiliki tunangan, kupikir ayah nya akan setuju juga dengan gadis cantik seperti nya.... Haha.... Payah...)" meskipun dia tertawa, mata miliknya benar benar sangat kecewa.
"Um, apa yang terjadi... Um..." Satori menatap.
Tapi Neko terdiam membuang wajahnya Lalu Neko keluar dari kasur. Namun Satori memegang tangan nya.
". . . ?" Neko menatap dengan terdiam.
"Aku mohon... Tetaplah disini," kata Satori. Neko menghela napas. Akhirnya ia duduk kembali diranjang dan Satori meletakan kepalanya di pundak Neko.
"Kau terlihat puas," kata Neko.
"Aku hanya, menyukai aroma milik mu, sabun apa yang kau pakai?"
"Hanya sabun biasa," Neko membalas.
Tak lama kemudian Satori tertidur, Neko hanya bisa diam tak dapat kemana mana. Lalu ponselnya yang ada dimeja samping berbunyi, ia mengambilnya dan mengangkatnya dari Seu. "Nona Neko aku sudah dapat jawabanya."
"Katakan saja langsung," kata Neko.
"Dokumen itu, dokumen yang bertuliskan tanda tangan Anda soal Museum memang di pegang oleh Direktur Geun."
"(Jadi begitu, Aku hanya harus mengambil dokumen itu,)" Neko berpikir terdiam. Dan tak disangka sangka Satori mendengar pembicaraan itu.
Tapi ponselnya berbunyi lagi dari Direktur Beum. Ia mengangkatnya.
"Kau Luna bukan?" tanya Beum yang tidak di sangka sangka benar benar menghubungi Neko langsung membuat Neko terdiam bingung.
"Aku ingin bertemu denganmu. Aku ingin kau memilih proposal antara milik Zongze atau Pei Lei," kata Beum.
". . . Proposal itu dijalankan seperti apa?"
"Milik Zongze akan lebih mudah, hanya perlu menjadi pengacara museum untuk tidak ilegal dan pertanggung jawaban, setelah itu Pei Lei yang akan bertugas selanjutnya menemui Direktur baru yang akan bekerja sama denganku, jadi kau pilih mana?"
"Aku pilih keduanya," kata Neko. Lalu Beum terdiam dan menjadi tersenyum sedikit.
Lalu ponsel tertutup dan Neko menatap Satori yang tidur terlelap, dia lalu membaringkan Satori di kasur dan dia sendiri keluar dari ranjang.
Dia meletakan jaket milik Satori tadi yang sudah di lipat, dia meletakan nya di meja dekat ranjang lalu berjalan pergi meninggalkan Satori.
Tapi Kucing Satori bernama Mocha itu memanggil. "Meong.... Meong..." dia menatap Neko dari ranjang membuat Neko terdiam menatapnya.
". . . Katakan saja padanya, bahwa aku harus pergi," balas Neko. Lalu dia berjalan pergi membuat Mocha terdiam, dia lalu menoleh ke Satori yang masih menutup mata.
Setelah sampai di kantor, dia bertemu dengan Roiyan yang berdiri di depan pintu kantor Neko membuat Neko terdiam.
"Aku memberi laporan pada Direktur, bahwa aku dan Pei Lei ditugaskan memiliki sebuah proposal penting, kami berdua butuh bantuan dari seorang manajer yang hanya satu di sini, sudah jelas proposal ku lebih penting, jadi kau harus ikut dengan ku."
". . . Kita hanya akan mempresentasikan nya bukan," Neko menatap.
". . . Setelah mempresentasikan, kita diminta beberapa Direktur untuk meminta tanda tangan, sebenarnya bagian setelah presentasi aku bisa melakukan sendiri tapi aku tetap harus membutuhkan mu."
". . . Aku hanya akan melakukan yang presentasi, jadi cepat lah," Neko berjalan melewatinya membuat Roiyan terdiam menghela napas panjang lalu berjalan mengikutinya.
--
"Menggemakan apa akun eksekutif museum. Memang benar bahwa bagian kami ingin menghasilkan karya berkualitas tinggi dengan anggaran ini tetapi dalam hal ini, daripada membuat iklan tv, kami harus fokus pada internet dan outdoor dan seperti poster di halte bus. Itu tidak berarti kita akan sepenuhnya menyerah pada tv dan tetapi, jika kita terus menggunakan selebriti populer dan membuat rencana untuk iklan yang sangat berkualitas tinggi, maka tidak mungkin untuk melakukan kampanye pemasaran lainnya dengan anggaran terbatas..." kata Roiyan yang mempresentasikan didepan semua Direktur.
Disampingnya duduk Neko dengan aura yang biasa. Dia hanya memasang tatapan datar dari tadi, tidak mendengarkan Roiyan secara semuanya.
"(Kupikir ini membahas soal tawaran museum pada para tertinggi, tahunya malah membahas iklan tv milik para direktur yang akan menyumbang,)" ia memegang keningnya.
Lalu Roiyan memegang tangan Neko yang terkejut. Dia memberi isyarat untuk giliran Neko mempresentasikan. Lalu Neko berdiri.
"(Aku terlalu banyak melamun.) Sarana dari iklan poster sudah pasti akan lebih mudah dan dapat dilihat orang, dengan begitu mereka akan langsung tertarik pada produk kalian. Produk tersebut akan melambung pesat dan kalian akan mendapatkan keuntungan besar, keuntungan tersebut akan di bagi bersama museum ini karena kami yang akan fokus memasarkanya," kata Neko.
Semua Direktur yang melihat menjadi mengangguk, lalu ada yang mengangkat tangan. "Bisa aku mengajukan pertanyaan?"
"Kami akan menjawab nya," balas Neko dengan nada formal nya.
". . . Soal sponsor yang akan dilakukan, kami di sini sebagai sponsor untuk menyumbang dana pada museum yang akan menggelar acara untuk para Direktur juga, jadi maksud kalian adalah, kalian berniat memberikan periklanan pada sponsor kami melewati cara yang begitu bisa dilihat semua orang, tak perlu memfokuskan televisi," kata Direktur itu.
"Ya, kami akan melakukan hal itu sebagai ucapan terima kasih karena telah setia memberikan sponsor untuk kami, kedepan nya, museum akan menciptakan karya yang begitu dalam dan kami, di departemen kekuasaan museum sendiri akan mengurus semuanya, mulai dari bisnis, proposal, periklanan maupun artikel," kata Neko.
Roiyan yang melihat itu menjadi tersenyum kecil. "(Dia benar benar sangat tenang dalam mempresentasikan ini semua, benar benar gadis yang begitu pintar dan cerdas... Aku suka tipe yang seperti ini.)"