Chereads / Drop Blood: Amai Akai / Chapter 66 - Chapter 66 The Worked Hard

Chapter 66 - Chapter 66 The Worked Hard

"Aku lupa bagaimana caraku melakukan nya dan siapa yang pertama kali mendapatkan nya," kata Neko.

"Lalu, soal aku bertanya padamu waktu itu, kamu menjawab lebih tertarik dengan perempuan?" Yechan menatap.

Neko terdiam, dari sana dia tahu maksud perkataan Yechan. "(Meskipun dia mabuk, dia ingin berusaha keras mengatakan sesuatu padaku bahwa dia harus membuat ku mendengar kan nya, begini saja... Aku akan membuat nya menjawab pertanyaan ku kali ini.) Hei, kamu melemparkan dua pertanyaan," Neko melirik.

"Oh maaf, hehe.... (Aku hampir lepas kendali.) Um.... kalau begitu aku akan mulai," Yechan memutar botol itu, awalnya itu mengarah ke Neko tapi sedikit putaran serong ke Yechan membuat Yechan terkejut.

Neko menatap Yechan dengan wajah seringai membuat Yechan terpaku.

"Yechan, apa kau, suka aku?" Neko menatap.

Seketika suasana terdiam, Yechan terpaku dengan pertanyaan itu.

Neko juga ikut terdiam karena Yechan tidak menjawab. "Hei... Apa kau mau curang dengan tidak menjawab pertanyaan ku?"

"U... U... Um... Aku..." Yechan gemetar, dia mendadak gugup.

"(Aku yakin dia mabuk tapi kenapa sadar dengan pertanyaan ku?)" Neko mengira bahwa Yechan memang tidak mabuk, dia hanya berlebihan pura puranya.

"Jika kamu tidak mau menjawab, ini tak apa, aku anggap kau tidak suka a--

"Aku suka kau!!" Yechan langsung berteriak membuat suasana kembali terdiam tapi dia kembali berteriak. "Aku suka kau!! Aku suka kau Akai!! Karena itulah jangan sembarangan mendekati orang lain apalagi orang itu lebih baik dari aku!!" kata Yechan.

Neko terdiam sebentar hingga ia tersenyum kecil. "Wanita sekalipun?"

"Ya, wanita sekalipun, karena aku suka kau!!" Yechan kembali berteriak, sekarang dia terlihat mabuknya secara permanen dan nyata.

"Jadi itu yang membuat mu diam tadi?" tatap Neko.

Lalu Yechan mengangguk. "Pokoknya aku suka Akai... Aku suka Akai!!" teriaknya kembali.

"(Ini seperti aku menghadapi anak kecil....)" Neko terdiam memegang kening nya.

Tiba tiba saja Yechan beranjak membuat Neko bingung.

Yechan berjalan ke dapur dan melihat bunga mawar putih yang masih sehat di vas nya, dia lalu mengambil setangkai dan kembali lagi berjalan ke Neko. Dia lalu berlutut mengulurkan mawar itu membuat Neko terdiam.

"Oh, Akai... Aku mohon, aku suka padamu... Kulit mu sangat putih, seperti mawar yang aku bawakan untuk mu, kamu sangat cantik dengan mata indah mu dan rambut yang begitu halus," kata Yechan.

Tapi Neko membalas lain. "He em... Terserah," dia seperti mencueki nya dengan membuka buku langsung membaca membuat Yechan terkejut.

"K... Kau berpikir aku ini apa?" Yechan menatap kesal.

"Hem... Kau mabuk bukan...?" Neko menatap.

"Akhh... Memang nya kenapa jika aku mabuk, aku tetap suka padamu... Akai... Kamu harus suka aku juga ya."

"Tidak," Neko langsung membalas membuat Yechan terpaku.

"(Aku sudah sering banyak mendengar kalimat itu tapi aku tak mau menerima kalimat itu, karena aku tak mau di tunjukan melalui sebuah kalimat, tapi sebuah kepastian yang dilakukan fisik dan di pandang oleh mataku sendiri, karena dalam hal ini, aku sama sekali tidak membuka telinga untuk perkataan yang seperti itu.) Kita tidak bisa melakukan sebuah hubungan," kata Neko.

"Apa?! Tapi, paling tidak, kita bisa mencobanya.... Aku mohon Akai..."

"Tidak akan," Neko tetap membalas begitu.

"Hmp... Baiklah, begini saja... Aku akan membuat mu percaya padaku bahwa aku menyukai mu, aku suka kamu dan ketika kamu tahu bahwa aku suka kamu, kamu akan suka aku," kata Yechan.

". . . Sebenarnya, apa yang kau bicarakan...." Neko menatap tak mengerti, itu karena memang Yechan mabuk.

"Akai... Kemarilah, aku akan menunjukan padamu bahwa aku suka kamu," Yechan berdiri, seketika bayangan nya dari tubuh besarnya menutupi Neko membuat Neko terdiam menatap tubuh besar Yechan akan menangkap nya.

Hingga ia jatuh akan memeluk Neko, tapi dengan cepat, Neko menyingkir membuat Yechan terpukul sofa.

"Ugh..." ia memegang hidung nya dengan kesakitan.

"Yechan... Kau mau aku ikat!!" Neko menatap.

"Akai, aku suka kamu!!" Yechan tetap berteriak dengan tingkah anak kecilnya, orang mabuk memang tidak bisa di definisikan.

Ia lalu berlari cepat dan di saat itu juga, Neko terpaku, akhir dari dia.

Mereka jatuh di lantai dengan Neko yang ada di bawah dan Yechan menahan tubuhnya sendiri di atas Neko.

Dia berposisi merangkak sementara Neko terbaring kesakitan di lantai. "Ugh... Sial... Yechan, apa yang kau lakukan?" Neko menatap, dia akan bangun tapi tangan Yechan menahan bahunya membuat nya tetap tertempel di lantai.

Tiba tiba saja, suatu cairan menetes di pipi Neko membuat Neko terdiam, rupanya Yechan menangis. "Hiks... Kamu benar benar begitu kejam, apa kamu sengaja menghindari ku... Kenapa Akai... Aku hanya ingin menunjukan bahwa aku suka padamu, kamu tidak tahu bahwa setiap hari aku harus memikirkan mu?" kata Yechan, dia benar benar merengek seperti anak kecil membuat Neko masih terdiam.

"Aku.... Suka... Kamu," itu kalimat terakhir Yechan hingga ia harus jatuh, kepalanya jatuh di bantal empuk yakni buah dada Neko.

"Sialan.... Ugh..." Neko berwajah kesal sekalipun marah.

Hari berikutnya, Yechan membuka mata dengan sulit. "Ugh... Kepalaku..." dia terbaring di sofa dengan selimut dan bantal ada di tubuhnya.

Lalu ia bangun dan melihat Neko yang membaca buku di depan nya, tepatnya di sofa yang lain, dia membaca buku lalu menoleh ke Yechan yang bangun.

"(Akai? Ugh... Kenapa leherku... Serak sekali?)" Yechan memegang lehernya lalu Neko meletakan botol minuman di meja.

"Ah, terima kasih..." Yechan mengambil itu, tapi mendadak, dia mengingat semua memori nya tadi malam dimana dia berhasil mengatakan pada Neko bahwa dia suka pada Neko dengan cara yang agak lain.

"(Ada apa dengan semua memori ini?!)" dia mulai terpucat tapi ketika melihat wajah Neko yang tenang tenang saja membaca buku.

Lalu ia bertanya. "Um... Akai... Semalam?"

". . . Kau mabuk, berteriak beberapa kali, membuat tubuh ku berantakan dan membuat semuanya kacau," Neko langsung mengatakan tadi malam seketika Yechan tambah terpaku malu.

"(Astaga, aku benar benar malu seharusnya yang mabuk itu bukan aku, itu bukan rencana ku sama sekali...) Akai.... Um... Aku minta maaf, aku benar benar sangat minta maaf," Yechan menatap memelas.

"Hem... Ini baik baik saja, aku sudah membersihkan semua juga," tambah Neko lalu Yechan melihat sekitar memang sudah bersih.

"Akai, aku benar benar minta maaf," Yechan kembali meminta maaf membuat Neko menghela napas panjang.

"Ini baik baik saja..."

"Um... Lalu, soal tadi malam itu... Apa kamu benar benar tidak membalas bahwa aku suka padamu," Yechan menatap.

Neko menjadi terdiam, dia memegang lehernya. "Aku tidak bisa."

"Apa!! Kenapa?! Akai, aku mohon, aku suka padamu!!"

"Tetap tidak bisa, apa kau mau mengulangi jawaban ku?" Neko menatap tajam membuat Yechan terdiam cemberut.

Tapi rupanya, dia tidak sepenuhnya putus asa, dia langsung berdiri dan bertekad. "Hmp! Bagaimanapun juga, aku suka padamu, aku tak peduli apapun itu," dia langsung mengatakan itu lalu berjalan pergi dari sana membuat Neko masih terdiam.

"(Ha.... Dia memang seperti anak kecil,)" ia menghela napas panjang lalu melihat tanggapan hari ini yang rupanya kampus libur.

Neko lalu berdiri dari tempatnya dan membuka lemari es, dia mengambil kantung darah di lemari es dan menyiapkan nya di gelas untuk meminum nya.

Ketika selesai menuangkan, dia menoleh ke meja melihat bahwa ponselnya bergetar, dia lalu mendekat dan mengambil ponsel itu.

Rupanya dari Kim. Pesan itu bertuliskan sesuatu yang membuat Neko membacanya.

== Nona Akai!! Aku menemukan Tuan Matthew, dia benar benar apa yang telah kami tebak untuk anda, memasang tatapan tajam dan kini dia tidak lebih berbeda dari anda yang dulu ==

Seketika Neko terkejut seperti tersambar petir, sama seperti saat Matthew melihatnya pertama kali, Matthew juga terkejut seperti itu.

Neko mengingat sesuatu soal perkataan Matthew.

Itu saat ketika dia ada di hotel di chapter 17-18

"Apa maksudmu sampai aku tahu kau yang sebenarnya, apa kau orang lain... Orang yang lebih dari aku... Kau tidak lebih dari pelayan kafe dan pekerja sampingan kenapa kau menyebut dirimu sendiri seorang pelari dari rumah?"

". . . Aku sudah bilang padamu Neko, tapi apa kau pernah memasukan setiap kataku ke dalam telingamu dan menyimpannya di kepalamu... Aku bukan orang yang tidak bisa berubah, aku berbeda denganmu atau kau yang berbeda denganku."

"Saat aku tahu kau sedikit memasang senyuman itu, aku mulai mengerti bahwa kau tidak pernah mendapat senyuman seperti itu sebelumnya," kata Matthew. Seketika Neko terdiam kaku dan mengingat semuanya.

"Kau! Sebenarnya siapa kau! Katakan padaku!" Neko menatap kesal dengan taring nya.

". . . Selama ini kau mungkin berpikir aku hanyalah seorang lelaki biasa yang berusaha mencari uang untuk kehidupan ku sendiri, tak ada hubungan keluarga, tak ada hubungan dunia dan menjadikan ku tidak lebih dari biasa saja..."

"Kau mengatakan bahwa kau terlahir dari keluarga Yakuza, aku mungkin bisa mempercayai itu tapi soal keluarga mu, aku tidak tahu dari Yakuza mana kau..."

"Aku tidak mau kau mengaitkan ku dengan keluarga ku, aku tidak suka sebuah keluarga, mereka hanya berpikir soal ketingkatakn mereka, haus akan jabatan dan tak peduli dengan sekitar nya," kata Matthew membuat Neko terdiam.

Ia lalu membuang wajah. "Kalau begitu pergilah dari ku...." gumam nya, Matthew kini yang terdiam.

--

Begitulah, intinya, Matthew sudah mengatakan pada Neko bahwa akan ada saat dimana dia muncul pada Neko dengan sikap yang berbeda dan Neko juga ingat bahwa ia mengatakan kalimat pergilah darinya.

"Sialan..." Neko memegang kening nya dan mendadak, tak sengaja gelas di tangan nya jatuh dan pecah, membuat darah yang akan ia minum itu jatuh mengotori lantai dan saat ini kepala nya pusing.

"(Aku tak bisa berpikir jernih...)" ia juga tanpa sadar melepaskan ponsel nya membuat ponsel itu jatuh dan di saat itu juga, dia menatap langit langit dengan mata yang begitu lemah, membuat nya jatuh kebelakang pingsan, tanpa ada seseorang pun yang tahu.