"Akai, aku kembali," kata Yechan, dia membuka pintu tapi ia terkejut ketika mencium aroma amis yang sangat menyengat.
"Kenapa aroma nya..." dia panik dan langsung melepas sepatu masuk, rupanya memang benar, dia melihat Neko masih tergeletak di sana dan darah yang ada di bawah lantai itu jelas mengenai tangan dan wajahnya.
"Akai!!!" dia langsung berteriak tidak karuan, dia berlutut dan mendekat. "Akai, apa yang terjadi, Akai... (Apa yang harus aku lakukan, apa yang sebenarnya terjadi, kau mohon jangan pergi Akai!)" Yechan memeriksa hidung Neko masih bernafas atau tidak, tapi ia terpaku karena Neko tidak bernapas.
"(Akai.... Kenapa... Kenapa ini terjadi.... Akai...) Akai... Aku harus memastikan jantung nya masih berdetak" Yechan memegang leher Neko dan membaringkan Neko yang benar benar berwajah pingsan, wajahnya tampak lemas dan tubuh nya mulai pucat.
Yechan memegang nadi di leher Neko, tapi untung nya jantung Neko masih bisa dirasakan di sana.
"(Jantung nya masih berdebar, tapi dia tidak bernapas...) Aku harus segera melakukan sesuatu," Yechan benar benar panik.
--
Neko tampak membuka mata, dia melihat langit langit putih dan merasakan selang infus menancap di lengan nya. Lalu menoleh ke samping dengan mata yang lemas, rupanya Yechan terduduk di sana dengan ekspresi yang agak aneh.
"Akai... Bisa bisa nya kamu!" dia langsung menatap kesal.
Lalu Neko bangun duduk memegang kepalanya.
"Kamu memang benar benar sakit?" Yechan menatap, ekpresi kesal nya berubah menjadi khawatir dan cemas.
Neko terdiam, dia lalu menoleh ke Yechan yang masih memasang wajah khawatir. "Apa yang terjadi?" Neko menatap.
". . . Dokter bilang, kamu mengalami darah rendah," tatap Yechan.
"(Ha.... Ini bukan soal aku tidak meminum darah itu tapi pikiran ku benar benar kacau...)"
Lalu dia merasakan tangan nya di pegang oleh Yechan. "Akai," dia memegang erat tangan Neko membuat Neko menoleh padanya.
"Akai, jika kamu ada masalah, kamu bisa bilang aku kan, aku akan berusaha keras membantu mu," Yechan menatap dengan kembali cemas.
Neko agak terdiam, dia lalu tersenyum kecil. "Kau sudah banyak bekerja keras untuk membantu ku."
"Tapi ini tidak membantu masalah mu, aku ingin kamu menceritakan semua masalah mu padaku... Dan juga, aku masih bertanya tanya soal darah yang ada di bawah itu," tatap Yechan.
Seketika mata Neko terbuka lebar dan menghela napas panjang. "Baiklah... Aku akan memberi tahu mu, jangan bicarakan ini pada siapapun," tatap Neko, lalu Yechan mengangguk penasaran.
Neko terdiam sebentar dan memegang kening nya dan telapak tangan nya menutupi matanya. "Mata ini, aku mendapatkan nya karena darah masuk ke dalam sini, dari kecil, aku sudah melihat darah dengan sangat banyak, mereka masuk ke dalam telinga ku bahkan bibirku, membuat ku harus memiliki keinginan untuk merasakan darah dengan maksimal yang banyak, saat itu kau melihat kantung darah di lemari es bukan, sebenarnya, aku memasukan nya di tubuh ku dengan meminum nya, bukan melewati nadi darah ku," kata Neko membuat Yechan terpaku.
"Apa kamu... Drakula!" Yechan menatap kagum.
". . . Ha... Itu hanya mitos..."
"Lalu?"
". . . Aku manusia dan aku sama seperti kalian, hanya saja ini sama seperti sebuah sindrom," kata Neko.
"(Tapi aku tak pernah dengar ada sindrom yang membuat kita meminum darah.) Apa itu sakit?" Yechan menatap.
". . . Yeah, sangat."
Lalu Yechan kembali memegang tangan Neko membuat Neko juga kembali menatapnya.
"Akai... Jangan khawatir, aku akan menjaga rahasia ini, tapi jika kamu butuh akan darah, kamu bisa melakukan nya padaku," Yechan menunjukkan lehernya sendiri.
Neko terdiam kaku, dia menatap lebar matanya. "Apa yang kau katakan?"
"Kamu masih ingat ketika kamu di klinik pertama saat itu, kamu menarik ku dan mendekat ke leherku, setelah itu kamu minta maaf bahkan aku tak mengerti, apa saat itu kamu ingin menggigit leher ku?" Yechan menatap.
". . . Entah kenapa akhir akhir ini aku tak bisa mengendalikan tubuh ku."
"Itu mungkin karena kau ingin darah, jika kamu terbiasa melakukan nya, maka kendali tubuh mu pun juga akan putus demi mendapatkan pengisian energi melalui darah," kata Yechan. Lalu dia kembali menunjukkan tangan nya. "Jika kamu tidak mau di leher, aku juga siap jika kamu minta di tangan," tatap Yechan.
Neko terdiam, dia lalu memegang tangan Yechan. "Ini pasti keras...." tatapnya.
"Hehe mungkin."
Neko kembali menatap tangan Yechan lalu mendekatkan nya di bibirnya dan seketika membuka mulut menggigit pelan tangan Yechan membuat Yechan terkejut kesakitan, tapi itu hanya sebentar.
Hingga Neko selesai dan menjilat tangan Yechan itu membuat pemandangan yang super sangat menggoda. Lalu Neko menatap nya.
Yechan melihat ada darah di bibir Neko, dia lalu mendekatkan tangan nya satunya mengusap bibir Neko membuat suasana terdiam.
"(Aku... Aku bekerja keras untuk mendapatkan Akai, aku bekerja keras membantu nya agar aku bisa dekat dan di anggap sebagai orang yang tidak bisa di tinggalkan, entah kenapa aku tertarik pada Akai, padahal aku sendiri tak cocok untuk nya.)"
Tiba tiba saja Yechan terkejut melihat Neko yang bernapas panas.
"Akai, ada apa? Kamu berkeringat dingin?" Yechan menatap.
". . . Tidak kah di sini panas, apakah ini masih musim panas?" Neko menatap.
". . . He em... Ini masih musim panas, oh bagaimana jika kita berenang di sungai jernih, aku tahu tempat nya," tatap Yechan.
Neko terdiam sebentar agak ragu.
"Ayo Akai, ya?" Yechan memohon.
Lalu Neko menghela napas panjang dan menyetujui nya. "Baiklah, jika itu membuat ku tidak panas."
Siang yang menyengat itu, ada sungai yang begitu jernih dengan air terjun kecil dan jembatan pelompatan.
Sungai itu tampak begitu bersih dan banyak ikan berenang di sana, Yechan juga sudah berenang di sana, dia memakai celana renang saja dan ada di dalam air, para ikan pergi ketika dia datang, Dongsik pun juga begitu, dia berenang di pinggir pinggir saja.
Sementara Neko masih berdiri di atas batu pinggir sungai dan dia masih memakai celana panjang dan baju kemeja nya. "(Tempat sebagus ini ada di sini?)"
Lalu Yechan terlihat keluar dari air dan melihat Neko yang masih berdiri. "Akai, ayo cepat kemari, mana baju renang mu?" Yechan menatap dari tengah tengah sungai.
"Ehem.... Aku tidak pernah berenang sebelumnya..."
"Ah aku mengerti, kamu tidak bisa berenang?"
"Aku tidak menyebut itu," Neko menatap suram.
"Tak apa, ayo kemarilah, aku akan memegangi mu," Yechan merentang tangan dari dalam air tapi Neko tetap terdiam.
"Akai... Sebelum kamu berenang, sebaiknya lepas baju berat mu, atau kamu membawa baju renang?"
"Aku tak membawa nya sama sekali."
"Kalau begitu apa kamu membawa baju lain?"
"Yeah."
"Yasudah ayo langsung lompat!" Yechan menatap dengan ceria.
"Aku pergi saja," Neko berbalik badan membuat Yechan terkejut.
"Tunggu Akai, ini sangat segar, kamu harus mencoba nya!" Yechan berenang ke tepian dan berlari mengejar Neko hingga ia berhasil memegang tubuh Neko.
"Ack!" Neko terkejut karena dia terangkat dan Yechan membawa Neko di dada.
Dia langsung berlari ke sungai lagi. "Pegangan erat erat!" kata Yechan.
"Ahk!! Kau sialan!!" Neko berteriak hingga mereka jatuh ke sungai bersama sama.
Neko menutup mata di dalam air, lalu ia membuka mata perlahan dan melihat di dalam air benar benar sangat indah dimana banyak sekali ikan kecil.
Neko juga masih memakai baju nya yakni celana panjang dan kemeja nya itu.
Yechan memegang tangan Neko dan menarik nya untuk ke atas hingga mereka berdua ke atas air.
"Ha.... Cough!" Neko bernapas cepat.
"Hehe, bagaimana rasanya air?" Yechan menatap bercanda.
Neko menatap tajam seketika ia melempar air di wajah Yechan membuat Yechan terkejut.
Tak lama kemudian, mereka selesai berenang dan mengusap tubuh mereka yang basah dengan handuk, Neko melihat Yechan mengusap tubuh Dongsik yang patuh padanya, di saat itu juga Neko juga melihat kulit punggung Yechan.
Ia menemukan kulit Yechan yang berbeda warna. "Apa yang terjadi pada kulit mu?" Neko memegang punggung atas Yechan lalu Yechan menoleh dan berdiri. "Ah soal itu, mungkin karena matahari."
"Apa kau tidak memakai sunscreen?"
"Untuk apa itu? Aku tak suka memakainya, ibu ku selalu mengingatkan ku menggunakan nya, tapi itu membuat kulit ku lengket karena krim nya, itu membuat ku tidak menyukai nya," Yechan langsung memasang wajah tidak suka.
Neko terdiam, dia lalu berjalan mengambil sesuatu, yakni sunscreen. "Kemarilah, kau harus memakai ini agar kulit mu tidak terbakar," tatap Neko.
Tapi Yechan menggeleng tidak mau, wajahnya benar benar mengatakan dia tak mau menggunakan nya.
"Tiga, dua..." Neko menghitung dengan tatapan tajam.
Tubuh Yechan gemetar, dia lalu mendekat dengan tidak ikhlas.
"Membungkuk lah," tatap Neko.
"Begini saja," Yechan langsung memiliki ide, tiba tiba dia menggendong Neko membuat Neko terdiam.
Lalu dia tampak lebih tinggi dari Yechan dan mengusap kan krim itu perlahan di wajah Yechan yang menutup mata.
"Ugh... Rasanya..."
"Diam saja," Neko menampar nya membuat nya terpaku.
"(Tangan nya yang begitu lembut seperti menggelitik di wajah ku, rasanya benar benar begitu aneh...)" Yechan mencoba menahan ekpresi tidak suka nya.
"Kau memasang wajah jelek, relaks saja," tatap Neko dengan senyum kecil.
Tapi ketika Yechan berusaha, dia malah memasang wajah sangat jelek membuat Neko terdiam dan tertawa kecil. "Pft... Baiklah sudah," Neko kembali menamparnya membuat nya terpaku sadar dan menurunkan Neko.
"Sekarang punggung mu," tatap Neko.
"Apa?! Aku tak mau!" Yechan menutup dadanya.
Neko menghela napas panjang, dan itu membuat Yechan menelan ludah, dia lalu membelakangi Neko dan duduk memperlihatkan punggung nya.
Lalu Neko mengusap kan krim nya di pundak Yechan membuat Yechan harus menahan rasanya hingga ia berdiri dan menjauh membuat Neko terdiam. "I... Itu sudah cukup... Kamu membuat ku malu," tatap Yechan dengan wajah Merah.
"Baiklah, itu sudah," Neko menutup wadah krim sunscreen itu dan meletakan nya, tapi mendadak dia melepas kemeja nya di depan Yechan membuat Yechan terkejut membuang wajah.
"(Astaga Akai.... Ini memang pemandangan yang di idamkan banyak orang tapi kenapa rasanya aku merasa bersalah jika melihat nya....)"