Setelah sempat melepas kangen dengan adik bungsunya, Dania beserta sang Ibu dan Adik bungsunya, kini mereka menikmati makan siang bersama. Disela menikmati makan siang mereka, Bu Hermina memulai pembicaraan.
"Dania, tumben pulang mendadak tidak biasanya. Ada penting apa Sayang, jujur daritadi Ibu penasaran nak!" tanya Bu Hermina, dengan penuh kelembutan.
"Pertama aku kangen banget sama Ibu, dan Yandra. Yang kedua, Dania membawa uang untuk perbaikan rumah kita Bu. Dania mengajukan pinjaman ke Bank, Lima Ratus juta untuk pembangunan rumah kita agar lebih layak. Kebetulan kan tahun depan, aku naik pangkat Buu jadi uang bonus aku tentu akan bertambah, jadi gak masalah walau aku punya pinjaman!" jawab Dania, dengan jelas walaupun sedikit berbohong.
"Yaampun Nak, kamu repot-repot. Padahal kamu gausah melakukan itu, selama ini sudah cukup kamu menanggung biaya hidup kami, juga biaya sekolah adik-adik kamu, lebih baik uang itu kamu gunakan untuk keperluan kamu saja Nak!" jawab Bu Hermina, merasa taenak dengan Dania.
"Gapapa Buu, Dania ikhlas ko membantu Ibu. Oi'yah, mulai besok Ibu belanja bahan material minta bantuan paman Jalil saja Buu, biar Dania yang ngasih upah ke Paman Jalil. Paman Jalil kan mandor bangunan, biar jelas juga dan pas harus apa saja yang kita beli, sesuai dengan uang yang kita punya." tutur Dania, pada sang Ibu.
"Iya memang lebih baik seperti itu, pamanmu juga lebih berpengalaman, jadi kita gaakan dibohongi sama Toko Material. Oi'yah kamu mau berapa hari disini, Dania?" tanya Bu Hermina pada anak sulungnya itu.
"Dania disini cuma satu minggu Buu, jadi besok kita jalan-jalan ya, bawa De Yandra biar dia senang. Oi'yah Buu, itu aku bawa oleh-oleh buat Ibu dan De Yandra. Juga keluarga Paman Jalil, serta anak-anaknya kita berikan besok pada mereka!" tutur Dania, panjang lebar yang membuat Adik bungsunya merasa senang.
"Yes dapet oleh-oleh dari Kakak, terus oleh-olehnya buat Ade apa kak?" tanya Yandra, dengan antusias.
"Kakak bawa Handphone terbaru, sama PS lima sebagai hadiah ranking kamu kemarin Sayang, maaf telat ya hadiahnya!" tutur Dania, pada adik bungsunya.
"Yeah Hp baru, akhirnya aku punya Hp Baru sama PS baru lagi, jadi aku gak harus pinjam temen lagi deh!" jawab Yandra, dengan begitu senang.
"Yaudah kamu ambil sana di kamar Kakak, di dalam Koper yang warna biru ya!" Pinta Dania, pada sang adik.
"Iya Kak, Yandra ambil ya sekarang!" jawab Yandra.
Adik bungsu Dania yang terlihat Tampan, diusia yang baru empat belas tahun itu, kini berjalan menuju kamar Dania. Lanjut membuka Koper yang berwarna biru, dan alangkah senangnya Yandra melihat Hp yang berlogo Apple tebelah itu, sekaligus PS Lima impiannya, diapun langsung mengambilnya. Taklupa menutup Koper itu kembali, dan langsung memamerkan pada sang Ibu, taklupa memeluk Dania sebagai ucapan terima kasih.
"Buu, lihat nih Dania ngasih Hp mewah buat Yandra Buu, PS nya juga keren nih, Yandra seneng banget Buu!" Tutur Yandra, pada sang Ibu.
"Iya Nak, selamat ya kamu beruntung punya Kakak yang baik dan Sayang sama kamu. Jadi nanti kelak kalau kamu sukses, jangan pernah melupakan jasa Kakak kamu ya Sayang, bahkan Kakakmu rela menunda Pernikahannya demi masa depan kalian!" tutur Ibu Hermina pada anak bungsunya.
"Iya dong Buu, pokoknya nanti ketika aku sukses pasti aku tidak akan melupakan jasa Kak Dania, kita pasti saling menjaga hingga tua nanti!" jawab Yandra,sambil memeluk Dania dengan erat.
"Oi'yah Buu, apa oleh-oleh punya Ibu mau Dania ambilkan sekarang?" tanya Dania, pada sang Ibu.
"Boleh nak, Ibu penasaran apa oleh-oleh buat Ibu?"
"Yaudah Dania ambil dulu ya Bu ke kamar, sebentar ya Ibu tunggu sini!" tutur Dania, sambil beranjak darisana, sedangkan Yandra kini tengah asyik bermain PS diruang keluarga Rumah sederhana itu. Taklama Dania keluar dengan satu kotak perhiasan, serta baju shet gamis dari butik ternama juga sepatu dengan warna senada dengan gamis itu.
"Ini Buu, buat Ibu maaf hanya ini yang bisa Dania kasih!" Dania memberikan hadiah itu, serta membuka kotak perhiasan yang berisi satu shet gelang serta cin-cin, lalu diserahkan pada Bu Hermina.
"Makasih banyak Sayang, Ibu seneng banget ini baju sama sepatunya sangat bermanfaat buat Ibu gunakan untuk pengajian nanti!" jawab Bu Hermina, sambil memeluk Dania penuh haru.
Bu Hermina lalu ke kamar, untuk menyimpan hadiah itu. Setelah menyimpan dengan aman, Bu Hermina keluar menemui Dania di dalam kamarnya, hendak berpamitan untuk menyampaikan oleh-oleh pada Paman Jalil. Memang selama ini, setelah Dania bekerja di Ibu Kota, Dania selalu baik pada Paman Jalil. Karena sewaktu dulu, ketika hidup Dania dalam kesusahan Paman Jalil yang selalu membantunya dalam kesusahan. Bahkan ketika Dania daftar Pendidikan Ke****sian, Paman Jalil lah yang mengantar, juga memberikan bekal serta ongkos kesana kemari. Beruntung Dania merupakan anak yang cerdas, sehingga Dania berhasil lolos dan langsung diterima menjadi Anggota Ke****sian. Karena itulah Dania tak akan pernah lupa, akan jasa Paman Jalil.
"Dania Sayang, biar Ibu yang memberikan oleh-oleh untuk Pamanmu ya Nak!" tutur Bu Hermina.
"Kita berdua saja Bu kesananya, sekalian Dania mau membicarakan soal rencana pembangunan renovasi Rumah kita nanti!" jawab Dania, pada sang Ibu.
"Yasudah yu, kita berangkat kalau gitu!" jawab Bu Hermina.
"Sebentar Buu, Dania ikat rambut dulu!"
Dania pun mengikat rambut lebih dulu, lanjut sedikit memakai parfum. Sedangkan baju yang dikenakan tidak perlu Dania ganti, karena saat itu Dania sudah menggunakan baju yang terlihat santai namun berkelas. Dania saat itu menggunakan kaos lengan pendek dari brand ternama, dengan bawahan celana jeans panjang dari brand yang sama pula. Taklupa Dania memindahkan oleh-oleh untuk sang Paman, pada satu Paper bag sekaligus, taklupa Dania membawa dompet, juga Phone'cell mewahnya. Lanjut menggandeng tangan sang Ibu, untuk segera pergi kerumah sang paman. Lanjut Dania mengendarai motor sang Adik, dan Sang Ibu dibelakangnya untuk berangkat menuju kediaman paman Jalil yang berbeda RT dengan mereka.
Tak butuh waktu lama, Dania juga sang Ibu telah sampai di halaman Rumah sang Paman, setelah mematikan mesin motor, Dania dan sang Ibu segera turun, lanjut menuju pintu utama Rumah dua lantai itu, kemudian mengetuknya. "Tok, tok, tok" Taklama setelah ketukan ketiga, pintu itupun terbuka. Terlihat disana Perempuan berumur sekitar empat puluh tiga tahun, yang masih terlihat Cantik, menyambut mereka dengan senyuman. Perempuan itu, bernama Diana istri dari Paman Jalil.
"Yaampun, Dania Kak Hermina apa kabar kalian?" tutur Tante Diana, sambil memeluk mereka dengan erat.
"Kabar kami baik Tante, paman Jalil ada Tante?" jawab Dania, sambil menanyakan sang Paman.
"Ada Sayang, kalian masuk dulu aja biar Tante pangglin paman kamu dulu.!" jawab Tante Diana, pada mereka.
Dania serta Bu Hermina segera masuk, lalu duduk di sofa ruang tamu. Sedangkan Tante Diana, memanggil Paman Jalil lebih dulu sambil ke dapur membuat minuman untuk mereka, juga satu toples cemilan untuk disuguhkan pada Dania dan Bu Hermina. Taklama paman Jalil, muncul dihadapan Dania dan Bu Hermina. Pria berusia 45 tahun itu, kini masih tampak kekar juga tampan diusia yang tidak muda lagi. Dengan penuh senyuman hangat, paman Jalil menyalami Dania serta sang Kakak Bu Hermina.
"Hey Dania, Kak Hermi apa kabar kalian sehat?" tanya Paman Jalil, sambil menyalami mereka.
"Kabar kita baik Paman, kami kesini kangen sama kalian sekaligus ini oleh-oleh buat kalian dari Ibu Kota!" jawab Dania, sambil memberikan oleh-oleh yang didalam paper bag pada Paman Jalil.
"Waah repot-repot Dania, makasih ya oleh-oleh nya, tante kamu pasti seneng banget itu. Gimana kerjaan kamu di Kantor, cukup berat gak?" tanya Paman Jalil, pada Dania.
"Berat ya pasti Paman, cuma aku anggap ringan aja tidak dijadikan beban, jadi terasa ringan dan mengalir aja!" jawab Dania, pada sang Paman.
"Syukur kalau gitu, Paman ikut senang Dania. Oi'yah ada perlu apa menemui Paman Dania, pasti ada penting kan kamu sampao datang kemari. Biasanya kalau ada oleh-oleh, Ibumu cukup menitipkan saja pada Yandra.!" tanya Paman Jalil, pada Dania. Disela perbincangan mereka, datang Tante Diana dengan membawa nampan berisi minuman, serta cemilan untuk mereka.
"Dania, Kak Hermi diminum ya maaf cuma ada ini saja.!" tutur Tante Diana.
"Makasih Tan, sudah cukup ini juga. Lagian kalau kita mau minum juga, tinggal ambil ke dapur gak harus diambilkan, jadi ngerepotin Tante!" jawab Dania, sambil tersenyum hangat.
"Gapapa Dania, ala kadarnya aja!"
"Oi'yah Paman, sampai dimana tadi?" tanya Dania pada sang Paman, setelah selesai berbasa basi dengan Tante Diana.
"Ini kamu kesini ada apa, tumben temui Paman langsung?"
"Jadi gini Paman, aku ada uang lima ratus juta, rencana buat memperbaiki Rumah Ibu, biar lebih layak Paman, kira-kira Rumah yang seperti apa dengan uang segitu Paman?" Jelas Dania pada sang Paman.
"Gini saja, kan tanah kosong yang di dekat Rumah kamu itu mau dijual, sebaiknya kita beli dulu tanah itu, baru Renovasi Rumah. Biar bisa membangun Rumah satu lantai, tapi luas serta modern. Jadi uang yang lima ratus juta itu, bisa untuk beli tanah sekaligus membuat Rumah yang lebih besar lagi, gimana Dania?" jelas Paman Jalil, panjang lebar.
"Memangnya tanah siapa itu Paman?" tanya Dania balik.
"Tanah adiknya Pak Sanusi, kepala dusun kita yang di kota sebelah!" jawab sang Paman.
"Memangnya, berapa harganya? tanya Dania.
"Paman dengan dia minta seratus lima puluh juta, tapi biar nanti Paman yang nawar siapa tahu dikasih harga dibawah itu, sebab Paman dengar orangnya lagi butuh uang."
"Ohw, yaudah atur aja sama Paman. Kalau gitu, besok Paman temui orangnya kalau udah jadi, ambil uangnya ke Rumah Dania." pinta Dania, pada sang paman.
"Okey siap, yaudah kalian santai dulu saja ya sama Tantemu, Paman mau ke Rumah orangnya sekarang!"
"Iya Paman, hati-hati!"
Paman Jalil pun pergi, hendak menemui Pak Sanusi di Rumahnya, sedangkan Dania dan sang Ibu berbincang ringan dengan Tante Diana.
Keesokan harinya, Paman Jalil datang menemui Dania, untuk mengabarkan bahwa telah terjadi kesepakatan dengan Pak Sanusi, bahwa tanah adiknya Pak Sanusi, akan dibeli dengan harga seratus dua puluh lima juta. Saat itu Paman Jalil menghampiri Dania, setelah mendengar penjelasan Paman Jalil tentang harga tanah yang telah disepakati, Dania langsung memberikan uangnya pada Paman Jalil untuk membayar tanah adiknya Pak Sanusi.