```
Setelah pengalaman canggung saat kateter dikeluarkan, beberapa kali berjalan tertatih-tatih ke kamar mandi, ronde obat penghilang rasa sakit, dan makan malam yang tidak menggugah selera berupa kaldu sapi yang asin tapi hambar yang dibawakan ke kamar saya dari kantin (yang tidak lebih dari air panas dan kaldu—tapi saya melantur), saya tertidur, tanpa kabar dari Lukas, menyaksikan cahaya redup dari jendela saya.
Ketika mata saya terbuka lagi, ruangan itu gelap, dengan cahaya rembulan yang samar meringankan bayangan. Ada bipan stabil dari monitor dan suara kegiatan yang tumpul di lorong, tetapi selain itu, kamar saya sunyi dan diam.
Dada saya berdegup kencang, tapi saya tidak mengalami mimpi buruk. Ada sesuatu yang menggelitik kulit saya, kesadaran akan keberadaan seseorang di dalam ruangan.