Kesadaran itu datang dan pergi, tak bisa diandalkan. Getaran lembut mobil menjadi irama yang mengayun untuk mengantarkan saya ke sebuah keadaan setengah sadar, kenyataan dan mimpi menjadi kabur. Saya bergantian antara merasa aman sampai ketakutan bahwa Phoenix menangkap saya. Kadang, saya bisa mendengar kata-kata kejam Alpha Renard. Bahkan saya sempat bermimpi tentang Suster Miriam.
Tiba-tiba, suara memotong kabut pikiran saya, menembus dengan kejelasan yang mengejutkan. Itu suara yang saya kenali, meskipun saya tak bisa benar-benar menghubungkannya. Kelopak mata saya berkedip terbuka, dan saya mendapati diri saya dalam dekapan sepasang lengan kuat, bersandar pada dada yang lebar.
Rasanya aneh.
Jadi, bukan Lukas?
Saat penglihatan saya menyesuaikan, saya bisa melihat wajah berwibawa Kellan Ashbourne, beta Lukas. Matanya tertuju pada saya, kekhawatiran dan kelegaan terukir di wajahnya.