Tanganku menyelam ke rambutnya, menariknya lebih dekat saat aku bergesekan dan berkelojotan di atasnya, mengabaikan tangan-tangan yang mencoba menarikku, mencoba memisahkan aku dari pasanganku. Lukasku. Alfa-ku.
Ciuman itu menyita jiwaku, dan aku melingkarkan kakiku di sekelilingnya, menikmati rasanya bersentuhan dengannya saat dia memelukku, menenangkan inti diriku tepat di atas ereksinya yang bisa kurasakan menekan terhadap jeansnya.
Aku terengah-engah di antara ciuman, dan menggiling ke bawah, meminta lebih, mengabaikan suara-suara di sekitar kami.
Aku merasakan cubitan lain di pahaku, dan aku terus menggenggam alfaku, merintih saat lidahnya menyelam ke dalam mulutku lagi dan lagi, menjelajahi setiap milimeternya.
AVA.
AVA!
AVA. BANGUN. UP.
Suara Selene menembus ciuman, tapi aku hanya bisa merasa kesal. Pergilah!
Tangannya naik ke bawah gaunku, meremas payudaraku, dan ohmygod, dia memilin puttingku dengan cara yang membuatku mendesak pinggulku padanya dan merintih.
