Bahaya.
Bisikan yang mendesak menembus awan mimpi dan kenangan, tempat yang tak bisa ku lari.
Tapi itu mereda, dan rasa mendesak di dalamnya juga menghilang.
"Kamu akan menjadi Alfa suatu hari nanti, Lukas. Kamu harus belajar untuk mengutamakan rakyatmu."
"Tapi Ayah, itu tidak ada hubungannya dengan pai blackberry." Berpegang pada cabang tinggi di atas kepala ayahku, aku menolak turun dan menghadapi hukuman.
Kellan sudah dibawa oleh ayahnya, si Jericho berkali-kali. Aku? Aku lari dengan wajah penuh noda blackberry ke dalam hutan, tahu Ayah—Alfa dari kelompok—akan menghajar pantatku karena mencuri beberapa pai.
Ibu memang selalu suka memanggang.
"Pai-pai itu seharusnya untuk para janda dari serangan tadi malam," kata Ayah, wajahnya memudar dan menjadi kabur dari pandangan.
Bahaya, bisikan suara asing itu lagi, dan aku duduk di cabang, tidak lagi berumur lima tahun.
Aku lebih tua sekarang, tapi masih anak-anak.