Srigala baru itu berbalik, dan aku merasakan sedikit pengenalan. Aku tahu dia dari mana, tapi namanya terlepas dari ingatanku. Dia berlari menghampiriku, tersenyum ramah. Muda. Sangat muda. Sedikit kurus dibanding yang lain, tapi berbahu lebar dan berkulit cokelat. Rambutnya acak-acakan dan berwarna pirang.
"Hai Luna, aku Wes. Ikuti aku."
Saat kita mulai berjalan, aku mencoba mengingat di mana aku pernah melihatnya sebelumnya. "Bagaimana kabarmu, Wes?"
Dia mengangkat bahu, senyumnya sedikit memudar. "Situasinya sulit untuk semua orang, tapi kami mengatasinya."
Aku memerhatikan wajahnya, mencoba menaksir umurnya. Dia hampir lebih dari seorang anak, berdasarkan janggut tipis di wajahnya. "Kalau kamu tidak keberatan aku tanya, berapa usiamu?"
Wes melirik kepadaku dan tertawa. "Aku enam belas tahun."
Mataku membulat kaget. "Enam belas," aku mengulangi, suaraku lembut. Namun dia mengenakan pakaian taktis serupa dengan yang dikenakan pengawalku.