Penginapan utama adalah sebuah kabin kayu yang sederhana dengan tata ruang terbuka yang entah bagaimana bisa terasa luas dan nyaman. Balok kayu yang terbuka membentang di langit-langit, dan sebuah perapian batu besar mendominasi salah satu dinding. Perabotannya sederhana tapi kokoh—semuanya pasti buatan tangan, kutaruhkan.
Ada sebuah panggung yang lebih tinggi di mana aku berdiri, dan cukup banyak ruang bagi orang-orang untuk berdiri.
Tidak ada kamar. Tidak ada dapur. Kurasa mereka bahkan bilang tidak ada kamar mandi.
Aku menarik ujung baju hitamku yang agak longgar di tubuhku. Celana jeans yang kupakai juga sedikit kebesaran, tapi itu yang terbaik yang bisa kupilih dalam waktu singkat. Rambutku diikat rapi ke belakang, praktis jika tidak terlalu bergaya.
Tidak glamor. Tidak menakutkan. Yang bisa kucoba capai adalah bersih dan rapi. Semoga itu cukup.
Jari-jariku mengetuk irama cemas di pahaku saat aku mengamati shifters berbaris memasuki ruangan.