Di pinggiran kota kecil yang tenang, terdapat sebuah rumah tua yang berdiri megah namun terlantar. Rumah itu dikenal oleh penduduk setempat sebagai "Mawar Neraka" karena aura misterius dan cerita-cerita seram yang mengelilinginya. Rumah itu dikelilingi oleh kebun yang penuh dengan tanaman liar yang tumbuh tak terkendali, memberikan kesan bahwa tempat itu sudah lama ditinggalkan.
Meskipun banyak yang merasa penasaran, tak seorang pun berani mendekati rumah tersebut. Konon katanya, rumah itu dihuni oleh roh-roh yang mewakili tujuh dosa besar: Kesombongan, Ketamakan, Iri Hati, Kemarahan, Ketamakan, Nafsu, dan Kemalasan. Cerita-cerita tentang rumah itu menjadi legenda lokal, dituturkan dari generasi ke generasi sebagai peringatan untuk menjauhi dosa-dosa besar tersebut.
Suatu sore yang mendung, tujuh sahabat berkumpul di sebuah kafe di pusat kota. Mereka adalah Alif, seorang pengusaha muda yang ambisius; Bram, seorang broker saham yang selalu haus akan kekayaan; Chandra, seorang penulis yang sering merasa iri pada kesuksesan orang lain; Devi, seorang pengacara dengan temperamen mudah marah; Evi, seorang koki yang tidak pernah puas dengan hasil kerjanya; Farah, seorang model yang selalu mencari kesenangan fisik; dan Gino, seorang mahasiswa yang lebih suka bermalas-malasan daripada belajar.
Ketujuh sahabat itu berbincang-bincang ketika Alif tiba-tiba mengeluarkan sebuah amplop dari dalam tasnya. Amplop itu terlihat usang dan misterius.
"Hei, lihat ini. Aku menerima undangan aneh tadi pagi," kata Alif sambil membuka amplop tersebut.
Di dalam amplop, ada selembar kertas tebal dengan tulisan tangan yang indah, berbunyi: "Temukan dirimu di dalam dosa. Datanglah ke Mawar Neraka pada malam purnama."
Semua sahabatnya memandang Alif dengan ekspresi campuran antara penasaran dan ketakutan. Bram mengambil kertas itu dan membacanya keras-keras, lalu menggelengkan kepala.
"Siapa yang mengirim ini? Dan kenapa harus ke rumah itu?" tanya Bram dengan nada skeptis.
"Aku tidak tahu," jawab Alif. "Tapi aku merasa kita harus pergi. Mungkin ini adalah kesempatan untuk mengungkap misteri yang selama ini menyelubungi rumah itu."
Chandra, yang biasanya skeptis terhadap hal-hal supranatural, malah menunjukkan minat. "Bagaimana kalau kita pergi bersama-sama? Siapa tahu, ini bisa menjadi inspirasi untuk novel baru."
Devi, yang terkenal berani, menambahkan, "Aku setuju. Lagipula, kita punya satu sama lain. Apa yang bisa terjadi?"
Setelah berdiskusi cukup lama, akhirnya mereka semua sepakat untuk pergi ke rumah tua itu pada malam purnama, yang kebetulan jatuh pada malam itu juga. Meskipun perasaan cemas dan takut menyelimuti, rasa penasaran mereka lebih kuat.
Malam itu, di bawah cahaya bulan purnama yang pucat, mereka berkumpul di depan pintu gerbang rumah tua tersebut. Jantung mereka berdebar kencang saat mereka melangkah masuk ke dalam kebun yang lebat. Setiap langkah mereka membawa mereka semakin dekat ke pintu depan rumah tua yang besar dan berderit.
Alif, yang memegang undangan itu, melangkah maju dan mengetuk pintu kayu yang sudah mulai lapuk. Ketukan itu menggema di seluruh rumah, diikuti oleh keheningan yang menakutkan. Tiba-tiba, pintu terbuka dengan sendirinya, menyambut mereka masuk ke dalam kegelapan rumah.
Satu per satu, mereka melangkah masuk, menyadari bahwa perjalanan mereka malam itu akan membawa mereka ke dalam labirin dosa yang paling dalam, yang akan menguji keberanian dan ketulusan mereka. Ketika pintu tertutup dengan keras di belakang mereka, tujuh sahabat itu tidak tahu bahwa hidup mereka tidak akan pernah sama lagi setelah malam itu.