```
Gah gah— Suara merak tua berdering dari puncak pohon.
Alva menjadi serius. Dia dengan cepat melepas rok kulit hewan dan berubah menjadi merak, sebelum terbang menuju puncak pohon tersebut.
[Ayah, ada apa?] Alva berdiri di hadapan merak tua itu dengan penuh hormat.
Merak tua itu mengibaskan sayapnya dan mengirim Alva terbang. Bam! Alva menabrak dinding kayu.
Alva menyusutkan sayap yang terbuka lebar itu, namun sebelum dia bisa bangkit kembali, sepasang cakar berwarna coklat muncul di depan matanya.
[Tahukah kamu mengapa aku memukulmu?] Suara merak tua itu serak dan suram, namun memancarkan martabat yang hanya dimiliki oleh seseorang yang berkuasa untuk waktu yang lama.
[Karena menindas perempuan,] Alva menjawab tanpa perlu berpikir panjang.
[Memang benar. Namun itu bukan alasan utama kenapa aku marah kepadamu. Yang paling membuat aku marah adalah melihatmu mengucilkan seorang perempuan, khususnya yang sedang hamil.]