Saka dan Masha berjalan menuju salah satu rumah makan yang ada di depan rumah sakit. Awalnya keduanya ingin ke kantin, tapi karena ramai keduanya memilih untuk keluar saja.
"Mau makan apa mas? " Tanya Masha.
"Soto saja sha, sama air mineral" Ucap Saka sambil melihat deretan menu yang terpampang di banner besar yang di pasang di dalam rumah makan itu.
Masha mengangguk dan berjalan ke arah tempat pemesanan. Masha menuju meja Saka sambil membawa dua botol air mineral.
"Mas..." Masha mendorong botol air mineral ke arah Saka. Saka membuka botol itu dan memberikannya kepada Masha lagi. Mengambil botol yang ada di depan Masha dan membukanya juga. Masha sedikit speechless. Tindakan sederhana tapi memang tak banyak dilakukan orang.
Selama ini belum pernah Masha melihat ada laki-laki yang seperti Saka. Atau mungkin karena Masha jarang berinteraksi dengan lawan jenis. Memang itu tindakan kecil tapi efeknya sangat terasa. Dan menjadi nilai lebih untuk Saka.
"Masha....kamu baik-baik saja? "Tanya Saka saat melihat Masha dengan pandangan kosong.
"Kenapa mas? Ada apa? " Tanya Masha sedikit linglung.
"Kamu kenapa? Memikirkan apa? Tante Arum? "
"Bukan. Mama sudah stabil, aku sudah tenang"
"Terus kenapa kayak orang binggung gitu? "
Masha tersenyum binggung mau menjawab apa. Gak mungkin juga kan kalau Masha bilang kalau dia terpukau dengan tindakan sederhana dari Saka. Hehehehe.
"Silakan mas, mbak" Seorang wanita, karyawan rumah makan itu datang membawa pesanan Masha dan saka. Dua porsi soto ayam.
Semangkok soto panas telah tersaji di depan Masha dan Saka. Aroma rempah menguar dari makanan berkuah itu. Saka menambahkan perasan jeruk dan juga kecap. Tidak menambah sambal karena Saka tidak terlalu suka. Tapi hal itu berbeda dengan Masha yang menambahkan dua sendok penuh sambal kedalam sotonya.
Saka begidik melihat kuah soto Masha yang berubah menjadi merah.
Keduanya makan tanpa mengobrol. Jujur saja Masha memang sudah sangat lapar.
"Kalau boleh tahu kamu ngajar dimana sha? " Tanya Saka saat keduanya selesai makan.
"SMP 5 mas" Masha terlihat masih canggung dengan Saka. Jarang Masha ini dekat dengan laki-laki. Apalagi duduk berdua seperti ini.
"Sudah lama di sana? "
"Lima tahunan lah"
"Mas sendiri sudah lama kerja di bengkel tadi? " Kini giliran Masha yang bertanya.
"Dari pertama buka"
"Senior dong? Udah berapa lama mas di situ? "
"Sekitar delapan tahun lah. Bisa dibilang begitu sih, tapi yang baru-baru ini skillnya jago juga sih"
"Bengkelnya buka sampai malam ya ? "
"Enggak, jam empat harusnya tutup tapi kalau ada kayak tadi ya bisa lah molor dikit, nanggung sih" jelas Saka dan diangguki oleh Masha.
Hening. Tak ada lagi obrolan antara keduanya. Sama binggung dan canggung. Mau ngobrol binggung apa yang di bahas.
"Mau kembali kedalam lagi sha? Atau mau pulang? " Ucap Saka saat keduanya keluar dari warung makan.
"Masuk dulu mas, takut kalau mama butuh sesuatu"
Keduanya berjalan ke dalam, menuju ruangan mama Arum. Sampai di sana ternyata sudah ada Nesa, kakak Masha nomer dua.
"Lho mbak Nes kapan datang? " Tanya Masha.
"Baru lah, tadi ditelpon mas Faruq, katanya minta gantian dulu. Dirumah katanya ada acara, habis acara nanti mas Faruq ke sini lagi" Balas Nesa sambil menyuapi sang mama dengan potongan buah.
"Lho siapa ini? " Nesa terlihat kaget saat Saka muncul dibelakang Masha.
"Mas Saka, kenalin mas, ini mbak aku, mbak Nesa" Saka menyalami Nesa dan tersenyum sopan.
"Anaknya tante Murni itu Nes, yang punya toko di pasar besar itu lho? " Sahut mama Arum.
"Oh iya, ingat ma, tapi dulu aku paling sering ketemu sama yang perempuan itu, siapa ya namanya? " Nesa mencoba mengingat-ingat.
"Della" ucap Saka, membuat Nesa menepuk kedua tangannya.
"Iya, tapi sekarang jarang ketemu" Lanjut Nesa sedikit lesu.
"Maklum sudah pada berkeluarga sih, jadi pada repot" Sahut mama arum.
"Sha, baju ganti mama belum sempat ke bawa lho, kamu bisa pulang gak, bawa ke sini atau kamu titip mas Faruq. Malam ini kamu pulang dulu, kamu jaga besok pulang sekolah aja gimana? Kamu besok kan masih ngajar juga kan? " Ucap Nesa pada adiknya.
"Besok aku libur. Tapi aku ingin jagain mama mbak, kalau di rumah aku ngak tenang, kepikiran terus" Jawab Masha.
"Mama kan udah gak papa sha, lagian kamu juga seharian belum istirahat lho, pulang dulu gih, istirahat. Nanti kamu kecapekan ikut tumbang juga kan bahaya" Sahut mama Arum.
Masha terlihat berpikir sampai akhirnya mengangguk. Jujur saja memang dia butuh istirahat. Seharian ini Masha sama sekali belum meluruskan badannya.
"Biar sekalian sama saya tante, sekalian saya mau pulang, maaf tidak bisa menemani" Ucap Saka pamitan.
"Iya gak papa kok mas Saka, tante juga terima kasih sudah sudah di jenguk dan maaf ya merepotkan Saka" Ucap mama Arum.
"Gak repot kok tan, ya sudah saya permisi" Saka keluar meninggalkan ruangan mama Arum bersama Masha.
Keduanya berjalan tanpa mengobrol.
"Mau mampir dulu kemana gitu sha? " Tanya Saka saat keduanya berada di dalam mobil.
"Gak mas, langsung pulang aja. Capek" Masha terlihat sangat lelah. Jarak rumah sakit dan rumah Masha lumayan jauh. Hingga tanpa terasa Masha hanyut dalam buaian mimpi. Saka melirik Masha dan menyunggingkan senyuman.
Sampai di depan rumah Masha, Saka tidak langsung membangunkan Masha. Yang ada dia mslah keluar untuk menyalahkan rokoknya. Menunggu sampai Masha bangun. Tak tega kalau harus membangunkan Masha yang kelihatan sangat lelah.
Cukup lama Saka menunggu Masha bangun. Sampai menghabiskan tiga batang rokok. Masha masih terlelap.
"Nunggu siapa mas? " Seorang laki-laki berhenti di depan mobil Saka.
"Nunggu Masha mas" Jawab Saka ramah.
"Udah di ketuk pintunya mas? Tapi kayaknya gak ada orang mas, itu masih gelap" Lanjut laki-laki muda itu. Saka terkekeh.
"Orangnya lagi di mobil saya mas, lagi tidur. Saya mengantarkan dia pulang tapi tidak tega membangunkannya" Jelas Saka membuat laki-laki muda itu ikut melongok ke mobil Saka dan ikut terkekeh juga.
"Ya ampun mbak Masha, tidur gak tau tempat" Ucap laki-laki muda itu lalu terkekeh.
"Mas calonnya mbak Masha ya? " Tanya laki-laki itu membuat Saka tersenyum menggeleng.
"Bukan mas, saya anaknya teman mama Arum. Tadi nganterin Masha sekalian pulang. Eh ini malah tidur" Ucap Saka membuat laki-laki muda itu terkekeh.
"Bu guru kayaknya lelah mas, mau saya temenin? Kenalin mas saya Ibra, masih sepupu juga sama mbak Masha" Jelas laki-laki itu.
"Saya Saka, Ibra rumahnya mana? "
"Jarak dua rumah dari sini, budhe Arum sama bapakku adik kakak mas" Jelas Ibra. Saka manggut-manggut.
"Ini budhe Arum kemana ya kok rumah sepi mana gelap lagi" Ucap Ibra sambil melihat ke dalam rumah.
"Lagi di rumah sakit, ini kita baru pulang dari sana" Ucap Saka membuat Ibra kaget.
"Lah kok bisa mas? Tadi pagi lho masih sehat, masih main ke rumah ngantar makanan, kok bisa ini malah di rumah sakit? Budhe kenapa mas? "
"Sarafnya kecepit katanya, habis main sama cucu katanya"
Ibra tertawa cukup keras membuat Saka mengerutkan kening.
"Pasti habis main sama si karung beras kan? " Tebak Ibra dan diangguki Saka yang tadi mendengar percakapan Masha dan keluarganya.
Meski baru pertama bertemu ternyata sangat nyambung saat ngobrol. Banyak hal yang mereka bahas hingga tanpa mereka sadari Masha telah berdiri di depan mereka.
"Udah sana pulang, ngapain malam-malam ngrumpi depan rumah orang" Ucap Masha dengan muka bantalnya lalu membuka pintu rumahnya dan masuk lalu menutup pintu.
Saka dan Ibra saling berpandangan. Mereka terpukau dengan kelakuan ajaib Masha. Gelak tawa pun terdengar saat Masha masuk rumah dan menutup pintunya. Masha sendiri tak mau ambil pusing. Masih ngantuk dia. Pengen bobok lagi
.
.
.