Chereads / PASANGAN TERBAIK / Chapter 5 - 5

Chapter 5 - 5

Saka kembali ke rumah saat waktu menunjukkan pukul sembilan malam. Biasanya kalau sudah di atas jam delapan sang ibu sudah bobok manis terbuai mimpi indahnya. 

Saka berjalan menuju dapur untuk mengambil minum dan duduk di meja makan. Membuka tudung saji, masih ada beberapa lauk dan Saka mencomot bakwan jagung kesukaannya. Saka menikmatinya sambil membuka HPnya. 

Melihat grup bengkel miliknya, siapa tahu ada berita penting. Dari sekian pesan yang masuk di HPnya, ada pesan dari salah satu montir nya. Memberi tahu kalau motor Masha sudah selesai. Saka mengangguk. 

"Malam banget ka pulangnya? Banyak kerjaan? " Suara sang ibu mengalihkan atensi Saka dari HPnya. 

"Enggak bu, tapi tadi kerumah sakit dulu"

"Siapa yang sakit? apa ada kecelakaan?" Tanya bu Murni terdengar cemas. Saka mengulum senyum. 

"Satu-satu dong bu tanyanya" Saka terkekeh melihat wajah khawatir sang ibu. 

"Bukan karyawan Saka yang sakit tapi tante Arum" Ucap Saka. 

Ibu murni yang mendengar nama Arum malah mengerutkan dahinya. 

"Siapa tadi yang sakit ka? Ibu gak salah dengar kan kalau kamu bilang yang sakit si Arum? "

"Enggak, emang tante Arum kok yang sakit, tadi aku habis dari sana buk"

"Kok bisa ka? "

"Tadi sore si Masha motornya bocor, kebetulan dia mampir ke bengkel buk, gak sengaja ketemu waktu aku beli kopi. Agak kaget juga tadi lihat dia di sana buk, ngobrol bentar terus dia dapat telpon dari keluarganya kalau tante Arum di bawa ke rumah sakit. Ya karena motor dia belum jadi aku tawarin buat aku anter, eh dia mau. Terus nunggu sebentar di sana. Lalu pulangnya sekalian nganter Masha pulang" Jelas Saka panjang lebar. 

Bu Murni yang mendengar cerita Saka malah senyum-senyum sendiri. Saka binggung dibuatnya. 

"Ibu kenapa? Kok senyum kayak gitu"

"Ibu lagi seneng aja, semoga ini awal baik " Ucap bu Murni senang. 

"Awal kamu sama Masha lah, kamu gak sadar ya, dulu kita ketemu itu tujuannya ya jodohin kamu sama Masha, eh hampir sebulan paska bertemu malah adem-adem bae. Sebel ibu" Ucap bu Murni kesal. 

Saka terkekeh melihat sang ibu. 

" Ya kali Masha mau sama aku buk, kayaknya gak mungkin lah"

" Jodoh gak ada yang tahu ka, siapa tahu memang Masha jodohmu" Harap bu Murni. 

Saka tersenyum hambar, binggung mau jawab apa. 

" Hidup harus terus berjalan ka, jangan terjebak masa lalu, apalagi terjebak sama sesuatu yang tidak pasti. Tolong jangan. Ibu sedih kalau kamu tetap seperti ini. Ibu sudah tua ka, tidak banyak yang ibu mau, alkhamdulillah kehidupan kita sekarang serba berkecukupan. Sekarang yang ibu mau kamu bisa bertemu jodohmu. Membina rumah tangga dan memiliki keturunan. Ibu tidak mau kamu kesepian di sisa umurmu. Ibu akan sangat berdosa kalau sampai itu terjadi. Yakinlah ka kamu tidak sama dengan laki-laki itu. Kamu akan jadi suami, kepala keluarga serta bapak yang hebat nak, percayalah" 

Lagi dan lagi bu Murni tak pernah lelah untuk menguatkan sang anak agar bisa lepas dari belenggu masa lalu. Apa yang menjadi keputusan Saka saat ini adalah imbas dari kesalahannya di masa lalu. Kesalahan dalam memilih pasangan. Bu Murni sedih karena tak bisa menghadirkan sosok bapak yang baik untuk anak-anaknya. 

"Stop bu, jangan diteruskan kalau hanya membuat ibu sedih"

"Ibu sudah ikhlas dan gak mau ingat juga. Tapi apa yang tadi ibu minta bisa kan kamu wujudkan? "

"Jodoh itu rahasia bu, Saka gak bisa menjawab iya atau tidak. Tapi kalau memang jodohku datang dengan senang hati aku Terima"

"Ya jangan cuma menunggu mas, usaha juga dong. Masha itu gadis yang manis menurut ibu"

Saka terdiam tak bisa menjawab. Jujur saja sejak pertama kali melihat Masha, Saka sudah tertarik dengan wanita cantik yang berprofesi guru itu. Masha itu wanita dengan usia matang yang sangat dewasa dan juga penuh percaya diri. Saka suka melihatnya. Diusianya yang tidak lagi muda Saka sangat butuh pasangan yang sama-sama dewasa. Menurutnya akan lebih nyambung saja kalau mereka bersama. 

Tapi Saka sadar diri, apa iya Masha mau dengannya. Dia bukan orang berseragam. Hanya seorang pedagang dan montir bengkel. 

"Menurut ibu Masha mau gitu sama aku? Aku lho insecure bu sama dia, rasanya kayak gak pantas aja"

"Shut, jangan kayak gitu. Kayak gak punya Tuhan saja. Semua akan jadi mungkin kalau memang Tuhan berkehendak. Kamu yang penting usaha, hasilnya biar Tuhan yang menentukan"

Saka terlihat berpikir meski ada sedikit keraguan tapi dia mencoba meyakinkan dirinya. Tidak seperti yang sudah-sudah, kali ini pertemuannya dengan Masha sungguh membekas. Saka selalu terbayang wajah ayu itu. 

"Udah jangan cuma berpikir ka, tapi bertindak. Doa ibu selalu bersamamu. Jujur saja semenjak bertemu Masha kok ibu yakin ya dia bakal sama kamu"

"Aminin aja deh buk, hasilnya tinggal tunggu kehendak yang Maha Kuasa"

"Iya deh, eh si Arum di rawat di mana? Ibu mau nengok lah besok"

"At tinn buk, lantai dua kelas 1"

"Oke deh, udah ya ibu tidur dulu. Kamu jangan begadang. Sayangi badan kamu" Bu murni berjalan meninggalkan sang putra menuju kamarnya. 

Selepas ibunya pergi Saka kembali memikirkan apa yang ibunya ucapkan. Memang ia tertarik dengan Masha, tapi kalau harus mendekati rasanya Saka belum siap mental. Seperti gak pantas aja rasanya. Ah belum apa-apa kenapa sudah insecure ka Saka, batinnya. 

Pagi datang kembali. 

Pagi ini Saka telah memantapkan niatnya untuk mendekati Masha. Setelah berpikir dan meminta petunjuk pada sang pemilik hidup, Saka akan mencoba kembali menjemput jodohnya. 

Ah rasanya sudah lama sekali perasaan menggebu ini hilang dalam diri Saka. Dan sekarang rasa itu hadir lagi karena seorang perempuan bernama Masha. 

Saka menghubungi salah satu montir bengkelnya dan meminta mereka untuk mengantarkan motor Masha ke rumahnya. Rencananya ia akan mengantarkan ke rumah Masha. 

PDKT ceritanya. Saka geli sendiri dengan tindakannya. Usianya 33 tahun dan harus mengalami lagi masa-masa PDKT, sungguh sangat menggelikan. Dulu saja saat sekolah Saka tidak pernah pacaran. Bahkan PDKT dengan perempuan tidak pernah. Tapi sekarang? Hah ini namanya puber kedua, batin Saka. 

Tapi saka tidak berniat untuk mengajak Masha pacaran, tapi langsung menikah. Saka tidak mau membuang waktu. Usianya terlalu lapuk untuk melalui masa yang namanya pacaran. 

Pukul setengah delapan, orang suruhan Saka telah datang mengantarkan motor Masha. Tanpa membuang waktu Saka pun langsung menggeber motor matic itu menuju rumah Masha. 

Jantung Saka berdebar setiap mengingat Masha. Sekarang malah lebih berdebar lagi. Entah nanti kalau sampai rumah Masha, bisa-bisa pingsan Saka ini. 

Hanya dua puluh menit perjalanan Saka menuju rumah Masha. Rumah itu masih tertutup rapat. Saka mengetuk pintu itu sekali lagi, tapi tetap tak ada balasan. Akhirnya Saka memilih duduk dan menunggu. Mungkin saja Masha masih tidur pikirnya. 

Sepuluh menit menunggu akhirnya yang dinanti datang bersama Ibra. Masha kaget saat melihat Saka telah duduk di terasnya. 

"Lho mas Saka ada apa? Kok pagi-pagi sudah di sini? " Tanya Masha. 

"Nganter montor.... "

"Nyamperin calon istri ya mas" Sahut Ibra membuat Saka mengangkat jempolnya. Sementara Masha malah salah tingkah sendiri.Tapi Masha tak lupa mengajak masuk tamunya. 

"Sudah lama mas? " Tanya Masha.

"Belum, paling sepuluh menit"

"Padahal bisa aku ambil sendiri lo mas, gak usah dianterin"

"Gak papa, takutnya kamu butuh buat sekolah"

"Sabtu libur mas"

"Lah iya to? Maaf gak tahu" Jawab Saka terkekeh sendiri. 

"Sibuk cari uang ya gini sampai lupa hari " Sahut Ibra yang muncul dari dalam rumah sambil membawa piring dan panci mejikom. 

"Ayo sarapan mas, mbak. Aku laper" Lanjutnya sambil menuang beberapa lauk yang ada di bungkusan dan mengambil nasi. 

"Gak sopan amat kamu bra, malu sama mas Saka" Bisik Masha gemas dengan sepupunya ini. 

"Santai ngapa mbak, sama calon suami ini, ya gak mas? " Ucap ibra lantang semakin membuat Masha gemas dan menabok sepupunya itu. 

Saka malah terlihat senang dengan interaksi keduanya. Suasana jadi cair karena ada ibra. 

"Mas Saka mari makan, jangan malu. Nanti kan mas Saka juga jadi penghuni tetap rumah ini" Ucap ibra di sela-sela aktivitas makannya. 

Kembali Masha menabok ibra. Sumpah gemes banget dia dengan pemuda cungkring ini. Masha jadi semakin salah tingkah di depan Saka. 

"Ayo mas Saka makan juga, tadi aku beli lauk banyak kok" ucap Masha malu-malu.

Sumpah Masha jadi salah tingkah sendiri. Padahal kemarin dia biasa saja dengan Saka, kenapa sekarang jadi kayak gini. Duh apa sih ini, baru kali ini aku salting, batin Masha sambil mencuri pandang ke Saka yang asik ngobrol dengan ibra. 

..