Lucyana yang sudah menikah dengan seorang pria bernama Riyandi. Rumah tangga mereka baru berjalan 2 tahun. Dan mereka juga belum di karunia keturunan.
Bukannya tidak mau punya keturunan atau anak sendiri. Tapi bagaimana ?
Lucy, nama panggilannya, tidak pernah lagi di sentuh suaminya sama sekali. Bahkan Lucy sempat berfikir apa yang salah dengan dirinya sendiri. Apakah dia pernah melakukan suatu hal yang membuat suaminya ilfeel padanya ? Atau apa ?
Tapi,bukankah normalnya pasangan yang baru menikah itu, sedang panas-panasnya urusan ranjang ? Sedang hanga-hangatnya saling mendekap ? Tidak ingin berjauhan ? Dan inginnya saling mendekat dan menyentuh ?
Sambil berkaca di standing mirror Lucy berkata "Apa yang salah dengan diriku ? Apakah aku jelek ? Apakah aku bau ? Apakah aku seburuk rupa itu di mata suamiku sendiri ?"
Membolak balikkan tubuh di depan standing mirror. Dia melihat ukuran lengannya, lingkar pinggangnya, lingkar pahanya, lingkar betisnya, ukuran dadanya. Lucy merasa itu normal, dan tidak ada yang salah.
"Hanya malam pertama saja aku di sentuh suamiku." Bahu Lucy melemas saat mengingat malam pertama mereka.
Lucy merasa, Riyan, suaminya hanya melakukan rutinitas sebagai pengantin malam pertama saja. Bukan meminta haknya sebagai suami. Bukan meminta istrinya untuk memberikan hak suaminya.
"Bahkan selesai melakukan malam pertama kamu tidak menatap wajahku. Kamu langsung meninggalkanku sendirian di tengah dinginnya malam itu."
Lucy berjalan ke arah tempat tidur dan duduk disana. Lucy mengambil bingkai foto pernikahan mereka.
"Bahkan saat foto pernikahan kita pun, kau tidak ada senyum sedikit pun."
Lucy membelai lembut bingkai foto tersebut. Matanya mengembun dan jika sekali kedip saja air mata itu akan tumpah.
"Seharusnya jika kau sudah tidak mencintaiku, tidak usah kau pinang aku. Jika hanya kehampaan yang aku rasakan saat ini."
Iya, dulu Lucy dan Riyan adalah sepasang kekasih sejak sekolah SMA. Namun mereka harus putus karena Riyan pergi ke luar kota dan pindah mengikuti Kakaknya.
Selama masa perpisahan itu pula Lucy dan Riyan tidak ada komunikasi sama sekali. Bahkan Lucy tidak dapat menemukan sosial media milik Riyan.
Awalnya hanya di blokir saja, namun akhirnya Lucy sadar jika Riyan benar-benar ingin menghilang dari pandangan Lucy.
Dan saat usia mereka 23 tahun mereka tidak sengaja bertemu di reuni sekolah yang di adakan di sebuah gedung mewah.
Lucy yang sebelumnya tidak pernah ikut acara reuni sama sekali, tidak tahu jika Riyan pun akan hadir disana.
Karena Lucy datang pun atas paksaan teman-temannya.
"Ayolah, datang sebentar untuk bertemu kawan lama." Seru salah seorang teman Lucy mengirim pesan padanya. "Jika kau sudah say hello sebentar and stay 10 minute , kau boleh kemana saja. Asal jangan pergi dulu."
Akhirnya Lucy pun mau datang ke acara reuni itu. Dan disanalah Lucy dan Riyan bertemu kembali.
Ada sedikit kecanggungan saat Lucy menatap manik gelap milik Riyan. Dia mencoba menarik garis bibirnya untuk tersenyum pada Riyan. Namun Riyan balik menatap Lucy dengan pandangan yang tidak bisa di tafsirkan.
Hingga beberap bulan kemudian Riyan mendatangi kediaman Lucy dan mengutarakan niatnya untuk meminang Lucy menjadi istrinya.
Kaget bukan main rasanya. Lucy yang masih menyimpan perasaan pada Riyan tentu saja menerima pinangan tersebut.
Hingga 2 bulan kemudian mereka melangsungkan pernikahan. Lucy tidak curiga sama sekali pada Riyan. Lucy hanya menyangka jika Riyan kelelahan saat melangsungkan resepsi pernikahan mereka.
"Huh, hanya saat malam pertama saja aku kau sentuh. Sebenarnya mau mu itu apa ? Jika kau sudah tidak menginginkan diriku, seharusnya kau lepaskan aku. Bukannya mengikatku disini."
Terdengar suara mobil memasuki pekarangan rumah tersebut. Lucy yang biasanya selalu menyambut kepulangan suaminya hari ini enggan sekali beranjak.
Pintu kamar terbuka, Riyan masuk ke dalam kamar tersebut. Dia menatap Lucy yang sedang memegang bingkai foto pernikahan mereka.
Riyan mengabaikannya seperti biasa, dia langsung pergi ke kamar mandi dan bersih-bersih.
Lucy yang biasanya menyiapkan pakaian ganti Riyan pun, diam saja tidak beranjak juga.
Saat Riyan kembali masuk ke kamar, dia tidak menemukan pakaian ganti di atas tempat tidurnya.
Sekali lagi, dia mengabaikannya dan pergi mengambil pakaiannya sendiri. Setelah selesai berpakaian, Riyan ingin keluar dari kamar itu. Namun perkataan Lucy membuat Riyan menghentikan langkahnya.
"Riyan. Haruskah kita berpisah saja ?"
Riyan tidak menjawab pertanyaan tersebut.
"Riyan..... "
Riyan pun berbalik dan menatap Lucy yang sudah menangis di atas tempat tidur itu.
"Ayo kita berpisah.. "
"Ayo kita bercerai..."
Bersambung....